Bismillaah…
Satuan terkecil dalam dunia digital adalah angka 0 dan 1. Representasi ini sudah umum dikenal sebagai konsep bilangan biner (binary), konsep bilangan yang hanya terdiri atas dua (2) komponen, yaitu 0 dan 1. Kalau mau menilik sejarah awal diciptakannya dunia digital, maka konsepnya hanya sebatas kalau 1 itu ‘nyala’, sedangkan 0 itu ‘tidak nyala’. Atau kalau 1 itu ‘ada’, 0 ‘tidak ada’. Bukan semata-mata merepresentasikan angka 0 dan 1 dalam bilangan desimal yang banyak kita gunakan sehari-hari. Walaupun berangkatnya dari kebutuhan itu-itu juga.
Angka 0 dan 1 awalnya hanyalah sebuah simbol penyederhanaan kondisi. Kita tahu bahwa ada satu elemen dasar dalam dunia digital yang wajib ada, yaitu listrik. Dan kita tahu juga dalam bahasa sehari-hari, hanya ada dua kemungkinan yang terjadi pada listrik, menyala atau mati. Ada setrum atau tidak ada setrum. Inilah dua kondisi yang mulanya direpresentasikan oleh orang-orang ke dalam angka 0 dan 1. Kalau 0 itu mati, kalau 1 berarti menyala. Sama halnya seperti memainkan saklar listrik. Kalau on itu 1, sedangkan off itu 0.
Seiring dengan berkembangnya keilmuan, rupanya listrik tidak hanya bisa dimatikan atau dinyalakan dalam satu jalur. Kalaupun berlaku dalam satu jalur, rupanya juga bisa dihambat, diubah fasanya, atau disimpan muatannya. Sementara, juga bisa dibelokkan menjadi banyak jalur dengan beragam komponen kelistrikan, yang kemudian kita menyebutkan dengan rangkaian elektronika. Dengan rangkaian elektronika, listrik dapat dimungkinan untuk nyala atau mati hanya berlaku pada tiap unitnya saja. Sehingga representasi dalam tiap jalurnya sudah bukan berupa satuan mati atau nyala saja, melainkan bisa (contoh) nyala-mati-mati-nyala-mati-nyala-nyala-nyala (10010111).
Meanwhile… Apa sih sebenarnya yang dapat kita representasikan ke dalam dunia digital? Apanya yang ada dan tidak ada? Atau apanya yang nyala atau mati? Jawabannya adalah ‘sesuatu‘ kalau kata Syahrini. Kita tahu, sesuatu itu jika dikatakan ada, maka dia pasti mempunyai atribut. Contoh: batu. Sebuah batu kita katakan ada bila dia mempunyai warna, berat, bentuk, kerapatan, jenis mineral, lokasinya dimana, namanya apa, suhu permukaannya berapa, dan masih banyak lagi. Sedangkan batu itu sendiri menempati ruang dan terikat hukum waktu. Karena itulah muncul terminologi pemrograman berorientasi objek (object oriented). Konsep yang didasarkan atas analogi sebuah objek di dunia nyata menjadi objek di dunia digital.
Pertanyaannya, sampai sejauh mana kita mampu merepresentasikan objek tersebut sebagaimana adanya. Soal warna saja kita belum bisa menyamai persis seperti apa adanya batu tersebut. Apalagi bentuk, posisi, kerapatan, dan atribut-atribut lainnya. Belum lagi aspek sentuh, bunyinya ketika dipukul, atau tingkat kelarutannya dalam air. Rasanya terlalu banyak parameternya. Bahkan hanya untuk disebutkan saja buanyak banget. Kalau kata Einstein, terlalu banyak faktor deterministik di dunia ini yang tidak akan pernah kita mengerti. Sebanyak unit debu yang beterbangan di angkasa, yang tidak pernah bisa kita pahami kemana arah terbangnya. Satu satuan terkecil 0 dan 1 dalam dunia digital tidak akan bisa mewakili satuan terkecil di alam semesta ini. Bagaimana mau merepresentasikan, lha wong satuan terkecilnya saja kita belum tahu pasti keberadaannya.
Intinya, jangan sombong. Sudah.
———————————-
**Ngomong-ngomong… Itu dunia matrix bagaimana bikinnya ya?? Tapi okelah konsepnya…
Weladala… tak pikir arep nulis opo…. ternyata “jangan sombong”… tiwas serius moco.. mbok menowo teori opo ngono :p…
LikeLike
wkwkwkwk… sakjane aku yo pingine nulis teori opoo ngono sing berkaitan, tapi jebule lali… hahaha… *buka kartu*
LikeLike
Khas top x classix …penuh filsuf 🙂
LikeLike
ahik… itu yg tadi komen juga penuh filsuf… *nunjuk Rosa*
LikeLike
orang Surabaya kenapa penuh filsuf ya …. hmmm
LikeLike
Rosa orang Sidoarjo… Sand 😀
LikeLike
koreksi orang Surabaya dan Sidoarjo kenapa penuh filsuf ya…
LikeLike
Hahaha…
LikeLike
Oh intinya jangan sombong
Baiklah kalo begitu
LikeLike
Ya begitu kira-kira… :p
LikeLike
Sesuatu adalah kosong, kosong itu isi..
#tambah mbingungi
Yes, betul.
Jangan sombong, bikin batu aja nggak bisa kok.
LikeLike
kyk pernah denger… ooo biksu Tong ya… kera sakti… haha… sip2
LikeLiked by 1 person
Baca 1010 memang inget Matrix sih Mbah. Langsung membayangkan sekeliling gw ijo dengan angka ini. Hahahaha.
Selalu amaze sama bagaimana mentransform ke 101010 itu.
Mantap mbah tulisannya. 😉
LikeLike
Aku juga sebenernya ga terlalu mudeng… makanya kesimpulannya ga nyambung… hahaha *kabur*
LikeLike
Hahahaha mbahhhh.
LikeLike
Wohhh..kompleks sekali
LikeLike
saya memang tinggal di kompleks kok… :)) *ga nyambung*
LikeLike
10010111 = 151??
Mungkin maksudnya “jangan sombong” adalah jangan merasa besar dan mengungguli segalanya, karena untuk hal “sederhana” macam eksistensi 0 dan 1 pun kita belum tentu bisa mengerti 🙂
Implisit, tapi poinnya bagus 🙂
LikeLike
yep… ternyata ada yg tau juga 151 –> ISI *agak maksa*
LikeLike
Isi… *masih nggak ngerti hehe*
LikeLike
Yaa maksudnya ada isinya gt.. *makin absurd*
LikeLike
Nah ini. Lupa biar dapat 151 gimana… dulu pernah diajarin tapi… maklum dah tua.
LikeLike
Tinggal search aja om konverter bilangan online… 😀
LikeLiked by 1 person
Saya masih bingung gimana cara paham sama konsep matriks…
LikeLike
intinya 0 dan 1 juga sih… tapi buanyakkk… unlimited, bayangkan saja bagaimana mendigitalkan seluruh alam semesta dan segala isinya…
LikeLike
Oooh berarti kayak pln dong ya suka 0 1 0 1 aja alias byar pett hehehe
LikeLike
Yap.. byat pett.. betul analoginya.. btw, kyknya sindiran buat pln yah?? Hahaha
LikeLiked by 1 person
Hahaha nggak kok mas, bagus kok tulisannya. Kebetulan aja yang baca ini konsumen yang kecewa, jadi deh cur to the col xDD
LikeLike
Uwowowowowowowowowowowo Mbaaaaaaaah. Huahahahaha. Langsung kagum aku nemu bahasanmu iki. Halh mbalik sepuluh tahunan ke belakang jadinya. Kayaknya itulah kenapa matrix jadi film most favorit ku.
LikeLike
Oiyaaaa. Pesennya keren kok.
LikeLike
Setujuuuuuuu….permulaanya berat banget ampe ngos2an bacanya tapi akhirnya nohok bingits! Saaadaaaappp klo orang Ambon bilang.
LikeLike
hehehe… ga perlu mbalik om, ingat, itu semua hanyalah ilusi digital… only the choosen one has the authority to enter the mainframe… >:)
LikeLike
Nilai 10 buat tulisannya 😀
LikeLike
10 dari berapa mbak? dari 100 kyknya ya… maafkan -_-‘
LikeLiked by 1 person
Seingat saya mah, nilai bagus dan maksimal diraport itu 10 naaah itu maksud saya …
Perasaan lagi sensitip [pake P] ya..?? Hehee
LikeLike
Hehehe… siyap bu guru… 😀
LikeLike
Bacaan yg menarik, tapi cukup rumit. Yang penting saya sudah dapat intinya.
LikeLike
nyerah ya kamu.lewatin aja pikiran mu.cariin sampe dapat bro`ensten uda mati`kita belom.hehehe
LikeLike
Sehat bro? 😀
LikeLike
pernah ngak dengar zero alias nol katanya win ato menang itu.periksalah bro.mumpung kau mau jadi otak enstain kali
LikeLike