Kajian Tafqih - Syahadat

Kajian Tafqih – Syahadat [#1]


Bismillah

Sebenarnya ini adalah latepost. Tapi daripada numpuk di draft dan tidak jadi apa-apa, ya sudahlah, saya publish saja. Setidaknya jadi catatan yang bermanfaat. Semoga. Aamiin.


Sudah lebih dari seminggu yang lalu saya memutar balik rekaman audio kajian tafqih sesi 5 dan 6. Bahkan sampai sempat diulang-ulang terutama pada bagian yang membahas hadits dan ayat quran, karena harus detail. FYI, kedua sesi tersebut merupakan salah dua dari rangkaian materi kajian yang inti keseluruhannya adalah perihal aqidah, tauhiid, dan keimanan. Karena ternyata tidaklah sesimpel yang dibayangkan, maka dibagilah menjadi delapan sesi. Nah, ceritanya, kedelapan sesi tersebut sudah usai. Berikutnya adalah tugas para peserta untuk membawakan kembali materi-materi yang pernah diulas dari sesi 1 sampai sesi 8. Kemarin pagi adalah pas giliran saya sebagai pemateri untuk bahasan sesi 5. Kira-kira kurang lebihnya begini rangkumannya:

Mukadimah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhAlhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Asyhadu allaa ilaahaillallah Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuuluh.. ‘Amma ba’du.

Terkait awal pembicaraan di atas, jangan dikira saya memutar balik bahkan sampai mengulang-ulang rekaman audio kajian karena rajin. Bukan, sama sekali bukan. Justru setelah saya putar, astaghfirullah.. rupanya tidak satu pun materi kajian yang saya ingat. Bahkan ingat pernah hadir di sesi 5 pun tidak. 😦 Padahal di buku catatan saya ada lengkap sama tanggalnya. Dan di akhir rekaman pun ternyata ada suara saya sedang mengutarakan sekelumit pertanyaan ketika masuk sesi tanya jawab. Artinya apa?

Ternyata memang benar. Sejatinya kita ini tidak tahu apa-apa. Babar blas. Hanya Allah lah yang berkehendak memberi pengetahuan. Hanya Allah lah yang berkuasa memahamkan. Hanya Allah lah yang menanamkan ilmu pada diri hamba-hambaNya. Sesuai yang termaktub dalam quran surat Al-Baqarah ayat 31-33 halaman 6 baris ke 4 posisi sebelah kiri bagian atas.

quran al baqarah 31

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

quran al baqarah 32

32. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

quran al baqarah 33

33. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”

Penjelasan ketiga ayat tersebut sudah gamblang. Bahwa kita ini memang tidak tahu apa-apa kalau bukan Allah yang menanamkan ilmu pengetahuan. Kita ini bukan siapa-siapa kalau bukan Allah yang memuliakan. Sehingga tidak ada sedikit pun alasan untuk sombong dan membangga-banggakan diri, terlebih di hadapan sesama makhluk Allah. Perlu kita ingat bahwa kesombongan itu tahtanya Allah. Tidak akan masuk surga siapa pun yang masih ada rasa sombong dalam dirinya walaupun sebesar dzarrah. Dan kembali lagi, apanya yang bisa kita sombongkan di dunia ini? Harta tidak bisa kita bawa mati. Raga sudah pasti akan binasa. Kedudukan di hadapan manusia pun tidak serta merta menjadikan kita terhormat di akhirat sana. Jadi apanya yang bisa kita sombongkan kalau awal dan ujungnya hanyalah milik Allah.

Berbicara mengenai kesombongan, rasanya kita ini sudah telat beribu-ribu tahun sebelumnya. Sudah ada iblis yang terlebih dulu menjadi biangnya makhluk yang paling sombong seantero ciptaan Allah sejagat raya. Sesuai dengan kisah yang dijelaskan pada ayat selanjutnya, yaitu Al Baqarah ayat 34.

quran al baqarah 34

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.

Guru SMA saya pernah memberi wejangan yang sebenarnya agak bertolak belakang dengan konsep tauhiid yang jadi pokok pembahasan kajian tafqih ini. Bunyinya begini, “Sombong aja dulu. Kalau nunggu pinternya kapan sombongnya?“. Sekilas jika dinalar menggunakan logika, terlihat benar. Bahwa kita musti pede dulu, hasil pasti akan mengikuti keyakinan kita. Ya, secara sunnatullah tidak ada yang salah. Jika kita yakin 100%, maka akan lebih mudah mencapai hasil. Jika kita belajar dengan sungguh-sungguh, maka kita akan pinter. Semua yang mengacu pada hubungan sebab akibat memang begitu sunnahNya. Namun, begitu kita tidak menyandarkan apa-apa kepada Allah, itulah masalah sebenarnya. Mau bagaimana pun semuanya terserah kehendak Allah. Mau berhasil mau tidak itu ya terserah Allah. Iyyaa ka na’budu wa iyyaa ka nasta’in. Sebelum, ketika, dan sesudah semestinya hanya ada Allah, Allah, dan Allah. Adakah waktu kita luang sedikit saja dari mengingat Allah? Astaghfirullahinnal insaana lafii khusr..

Bersambung…

2 thoughts on “Kajian Tafqih – Syahadat [#1]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.