Bismillah…
Beberapa hari yang lalu alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke kota penuh kenangan yang tak terlupakan, mana lagi kalau bukan Surabaya, the city of hero. Dengan panas yang masih saja bergelora. Dan sedikit keringat yang mengucur di kepala. Maklum, kalau dihitung-hitung, ternyata raga ini sudah tinggal cukup lama di dataran Sunda. Hampir sama dengan waktu hidup di kota asal saya yang terkenal dengan boneknya. Seakan lupa adaptasi yang dulu pernah berlangsung belasan tahun lamanya. Eh… ternyata saya terkena sendiri jebakan usia. #hadoh 😆
Menyoal wisata kuliner, oleh-oleh, dan jajanan, terus terang saya tidak bisa bicara banyak. Karena kenyataannya saya lebih sering makan di rumah ketimbang di luar. Bukan apa-apa, kantongnya yang memang tipis, setipis iman di dada. Tapi syukurlah kemarin pas ke Surabaya, saya berhasil menjadi korban isu kekinian seorang teman yang sekarang sepertinya sedang “hahahehe” menertawakan saya. Isu itu bernama Surabaya Snowcake, “oleh-oleh kekinian dari Surabaya“, begitu bunyi slogan yang saya baca.
Impresi Pertama
Namanya juga korban isu, jadilah saya penasaran dengan yang namanya Snowcake ini. Ingat ya, cuman penasaran. Karena jujur, pingin banget sih ngga. Cuman penasaran. Penasaran bagaimana penampakan dan rasanya. Apakah benar-benar seheboh yang diisukan. Ataukah hanya isapan jempol yang menjadi viral belaka. Apalagi ditambah saya sempat menelan bulat-bulat info hoax nan cetek tapi menjebak. Yaitu kehadiran Zaskia Sungkar, artis cantik papan atas pemilik brand Surabaya Snowcake ini, dikabarkan ikut melayani penjual secara langsung. Dikira saya ga terpengaruh apa? **skip>>
Karena cukup penasaran, niat “mampir” ke Surabaya Snowcake ini semakin kuat. Dan ndilalah sekonyong-konyong saya sudah hadir di Jalan Flores 15, Surabaya, gerai penjualan resmi Surabaya Snowcake. Mungkin karena naluri orang Surabaya saya masih ada. Jadi ga perlu muter-muter ke sana ke mari hanya untuk menemukan kawasan nama-nama jalan yang identik dengan nama-nama pulau di Indonesia. Yaa sekitar situ-situ saja. Tinggal sedikit adjustment dari Google Map, beres.
Secara jarak dari tempat saya tinggal, cukup dekat dan cukup cepat. Ibaratnya naik odong-odong, belum jalan 5 menit, sudah diusir sama abangnya. Eh tapi beneran deket kok. Posisinya hampir berada di tengah-tengah kota Surabaya. Jadi kalau posisi Anda tidak berada di kisaran situ, maka untuk menuju ke lokasi Anda akan memerlukan effort ekstra. Setidaknya waktu tempuhnya tidak akan secepat orang-orang yang berada di area pusat kota. Sebut saja, sekitar jalan Kertajaya, Raya Darmo, Gubeng, Ngagel, Dharmawangsa, Keputran, dan sekitarnya. Dari bandara Juanda? Jauh bos. Naik taksi bandara dulu saja, yang model Avanza atau Ertiga, dengan kisaran harga 120-130 ribu. Bergantung cara nawarnya.
Antrian Panjang
Sudah dapat ditebak, bahwa seiring dengan viralnya desas desus oleh-oleh kekinian di Surabaya, pasti pembeli pun otomatis turut menyerbu. Saya pun tidak terlalu berharap banyak. Bisa dapat satu cuil saja sudah bersyukur. Antrinya puanjang mengular dan ada jeda waktu sekitar 30 menit setiap 3-4 jam, mungkin untuk proses pengolahan, istirahat karyawan, packaging, dan persiapan stok. Bahkan di depan pintu masuk, sudah tertulis pengumuman, “PEMBELIAN SURABAYA SNOWCAKE MAKSIMAL 2 BOX”. Dengan modal kepo dan 3 lembar 50 ribuan, saya pun ikut mengantri sampai malam sekitar jam 8-an.
Oh ya, soal tempat saya rasa cukup standar. Desain dominan warna putih dengan font hitam kekinian. Juga terdapat bingkai Instagram untuk berfoto ria biar nampak up-to-date. Walaupun gaya-gaya yang seperti ini menurut saya sudah agak lewat masanya. Tapi cukup OK lah. Daripada yang dipasang itu adalah bingkai bermotif karangan bunga. Agak ga nyambung sepertinya.
Varian Rasa
Di brosurnya, tertera ada lima (5) pilihan rasa: Caramel, Choco-Banana, Cheese, Vanilla, dan Choco-Greentea. Saya sendiri sudah ngiler dengan pilihan yang terakhir, Choco-Greentea. Namun apa dikata, rupanya pilihan rasa yang itu sudah kandas diborong orang-orang. Alhasil, saya harus cukup puas dengan yang rasa Cheese dan Vanilla. Inipun sudah sangat bersyukur, karena konon katanya tidak semua yang ngantri hari itu bisa kebagian. Sudah cukup larut malam lagi. Alhamdulillah.
Ada sedikit catatan penting. Kalau bisa bawa uang tunai ya. Karena gerai Surabaya Snowcake belum menyediakan fasilitas transaksi menggunakan kartu debit atau kredit.
Testimoni Bentuk, Bahan, dan Rasa
Sesampainya di rumah, nafsu saya rasanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Selain karena sudah capek ngantri panjang dan lama, rupanya baru nyadar juga kalau ternyata saya belum makan malam. Lengkap sudah penderitaan cacing-cacing di dalam perut yang sudah sedari tadi menggeliat penuh gelisah. Tapi… rasa lapar itu tidak lantas segera terobati, karena ternyata ada beberapa hal yang cukup mengganjal di hati. Apakah itu?
- Saljunya mana?
- Diirisnya susah
- Dimakan berantakan
Ok, yang pertama kali kepikiran di otak saya ketika membayangkan Snowcake adalah salju (snow = salju; cake = kue). Salju jika ditampakkan sebagai makanan tentunya bukan salju beneran ya. Bisa berupa taburan gula putih halus. Bisa serutan es batu halus. Atau mungkin dilumuri whipped cream di atasnya. Namun karena Snowcake ini berjenis kering, maka yang mungkin menjadi efek salju adalah taburan gula putih halus. Sayangnya, di Surabaya Snowcake tidak banyak ditemukan, alias kurang bersalju. Bahkan ada komentar polos dari teman saya yang pernah mencobanya, “lha iki endi saljune? mek legi thok” (lha ini di mana saljunya? kok cuman manis doang). Saya pun ternyata sepakat. Kendatipun sebenarnya saya tidak terlalu paham bentuk standar snowcake itu seperti apa. Atau mungkin nasib saya saja yang kurang beruntung mendapatkan versi yang kurang bersalju. Atau barangkali saljunya sudah rontok terkena guncangan kendaraan ketika saya bawa pulang. Entahlah.
Yang kedua, ada hubungannya dengan bahan yang digunakan. FYI, Surabaya Snowcake ini adalah jenis kue berlapis. Hanya saja bagian atas dan bawahnya terlalu didominasi lapisan yang berbahan croissant. Tolong koreksi ya kalau saya salah. Efeknya, selain rasanya yang menjadi “biasa saja” (karena dominasi croissant), ketika diirispun menjadi susah. Alot. Getas. Ga segampang kue-kue yang berbahan relatif homogen. Semisal brownies, atau bolu kukus. Yang mana terkesan lebih jujur. To the point. Jelas identitasnya.
Di antara lapisan-lapisan croissant dan kue intinya, juga terdapat lapisan krim kental dan basah. Entah apa namanya. Mungkin beda-beda di setiap varian rasa. Sepertinya berfungsi sebagai perekat, bahan isi, dan penambah variasi rasa Surabaya Snowcake. Karena ribetnya lapisan-lapisan ini, jujur saja, agak repot waktu memakannya. Mau dimakan langsung menggunakan tangan belepotan. Mau diiris kecil-kecil susah karena lapisan croissant-nya pasti jadi berserakan. Apalagi kalau yang makan adalah anak-anak, remah-remahnya kemana-mana. Ambyar kalau orang Jawa bilang. Sayangnya saya lupa mendokumentasikan bagaimana kondisi penyajian Surabaya Snowcake yang super ribet ini.
Rating
Overall, penilaian saya pribadi terhadap Surabaya Snowcake ini sepertinya agak kurang memuaskan. Mungkin tidak merepresentasikan kondisi sesungguhnya. Mungkin juga karena subyektifitas saya yang kurang tepat. Atau mungkin juga karena saya memang tidak dibayar ketika menulis testimoni ini. **ngarep
Intinya mah, kalau mau beli ya beli aja. Setidaknya bisa jadi obat rasa penasaran. Ga usah terlalu serius menimbang poin-poin testimoni yang ada di postingan ini. Keburu lapar ntar. 😀
Rasa
Harga
Akses Lokasi
Kenyamanan Tempat
Packaging
Zaskia Sungkar
Keramahan
Kalau dirata-rata menggunakan kalkulator, didapatkan hasil sekitar 3.7 dari nilai total 5. Mohon maaf. Bukan berarti Snowcake Anda tidak enak lho mbak Zaskia. Bukan. Bukan juga berarti Anda tidak cantik. #lho?! Tapi selera lidah saya saja yang mungkin lebih cocok dengan makanan-makanan kampung atau tradisional. Karena terus terang, saya jarang banget makan makanan kekinian seperti Surabaya Snowcake ini. Kalaupun makan biasanya dikasih tetangga. Sehingga tanpa mengurangi rasa hormat, boleh dikatakan mungkin saya bukan target pasar Anda. Tapi, tetap saya dukung lah. Minimal melalui tulisan yang ga terlalu penting di blog yang alakadarnya ini. Sukses ya Mbak. Saya doakan semoga laris manis. Salam joss!!
weeew ngantrinya sampe segitu banget yaaa?! kalo aku kayaknya males deh mbah….mending beli yang lain aja hehehe
LikeLiked by 1 person
Sebenernya waktu itu sudah mau pergi aja. Tp berhubung udah terlanjur nyampe lokasi ya sudah pasrah saja. Yang parah itu, pas udah antri, saya ke toilet sebentar. Ternyata antriannya udah keselip bbrp orang. 😀
LikeLike
😂😂😂 akhirnya Cinta menemukan lg postingan mas Andik yg lucu dan ga than utk ga brkomentar. Ini postingan testimoni terlucu yg prnah Cinta baca..asli lucu mas hahaha. *masih ngekor ketawanya di belakang ini.
Sya suka artikel Anda 😀😂😅👏👏👏
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah. Hari ini bisa membuat org tertawa. 🙂
LikeLike
Kalo di Jogja yang model2 kue seleb ini Jogja Scrummy-nya Dude Herlino. Model kuenya juga mirip, dua lapis gini. Tapi ngga sampai antri macam snowcake sih Mas.
LikeLiked by 1 person
Eh ini 3 lapis ding ya. Maaf2. Beda 1 lapis berarti
LikeLike
Wah. Baru tau nih. Sudah lama ga mampir Jogja.
Mungkin ngantrinya gara2 masih viral aja sptnya. Kan orang2 pd latah dgn hal2 yg berbau kekinian. Termasuk saya. Hehe.
LikeLike
Menggiurkan, tapi kayaknya agak repot makannya ya, Mas. Kalau dari fotonya sih, kayaknya lapisan keringnya itu puff pastry, kalau croissant setahu saya bentuknya seperti bulan sabit dan melibatkan proses fermentasi dalam pembuatannya (imho) :D.
LikeLiked by 1 person
Makasih koreksinya Ami. Jujur saja, saya sebenernya kurang paham dgn bahan2 kue. Cuman modal googling dan tanya kiri kanan. 🙂
LikeLike
ngiler jadinya..
yaaah jualan artis emang jaminan laku.
LikeLiked by 1 person
Personal branding ya mbak. Jadi yg dijual nama owner-nya.
LikeLiked by 1 person
yap itu dia, bang.
sungguh mudahnya para artis jualan.ehehehe
LikeLiked by 1 person
aku paling males antri panjang kalau beli makanan kak
LikeLiked by 1 person
Pinginnya langsung makan ya mbak Winny? 🙂
LikeLike
iya haha
LikeLiked by 1 person
Wkwkwk
LikeLike
Kebayang Mas,,, jadi ngga bisa makan cantik yeis kalo gitu… Mangapnya kudu total biar ngga berantakan haha
LikeLiked by 1 person
Haha. Padahal urusannya perut. Tapi yg ditata muka. Tp btul jg. Kalau belepotan di muka umum ya aneh rasanya. Belum lagi remah2nya itu lho. Nempel di mana2. Ga perlu pake manis udah dikerubutin semut ntar.
LikeLike
Strateginya mirip. Malang punya Malang Strudel, eh sekarang Surabaya ada Surabaya Snowcake. Masih berkeluarga pula pebisnisnya, artis juga. Konsep kuenya pun mirip-mirip begini, pakai puff pastry terus menumpang semat nama kota dan eksklusifitas supaya kesannya jadi khas. Dan mereka berhasil, kayaknya di masa depan setiap kota punya jenis kuenya sendiri yak, hehe. Saya juga pengin coba tapi nggak yang pengin banget sih. Modal penasaran saja, haha. Cuma mungkin tunggu animo agak tenangan dulu baru beli ketika jalan ke Surabaya. Semoga saja masih beroperasi saat itu, haha.
LikeLiked by 2 people
Yes betul Gara. Malang Strudel itu punyanya Teuku Wisnu ya Gar.
LikeLike
Iya Mas, hehe.
LikeLiked by 1 person
Medan ada Medan Napoleon. Yang buka Irwansyah. Wah. Animo di awal tinggi. Sekarang turun.
LikeLiked by 1 person
Mereka bukannya sekeluarga yah? #eh
LikeLiked by 1 person
Suaminya kan? #benerga?
LikeLike
Iya kayaknya Mas. (Malas googling kalau soal beginian, haha).
LikeLiked by 1 person
wah kalau seperti ini ngantrinya puanjang banget kak 🙂
LikeLiked by 1 person
Tahan kesabaran bos. Hehe.
LikeLike
harus sabar bos, semua itu ujian..telolet om :))
LikeLiked by 1 person
Yoi. 😀
LikeLike
Ngga beda jauh mas sama medan. Kalo di sini Napoleon cake, penampakannya kurang lebih sama lah, yang nggawangi Irwansyah. Yang ngantri, parah lah haha, sampe ngga minat buat ikut antri. Tapi pernah coba, ada yang beli, eh rasanya biasa aja ternyata hehe. Tapi marketingnya mereka hebat deh sampe bisa bikin penasaran orang2 😀
LikeLiked by 1 person
Setelah dicoba pengen beli lagi gak lek?
LikeLiked by 1 person
Ngga lek, biasa aja soalnya 😂
LikeLiked by 1 person
Lokasinya deket sama kantorku nih mas. Cuma sampe sekarang aku belum nyobain 😜
LikeLiked by 1 person
Oh ya? Tinggal sak nyuk an berarti.
Tp biasanya begitu ya mbak. Yg deket justru ga terlalu heboh.
LikeLike
mbah..liat antriannya kok yah mending beli lapis suroboyo ae ya..
ga sanggup kalo mesti ngantri panjang ><
LikeLiked by 1 person
Butuh keteguhan hati dan kesabaran tingkat tinggi. Halah. Begitulah, Ira. Kemarin itu sebenernya jg udah mau ga jadi aja. Masa ngantri beli kue aja sampe sejam. Tapi dalihnya mumpung ada di sby dan hanya bermodal penasaran, jadinya ya gitu deh.
LikeLike
melatih kesabaran ya Mbah….seenggaknya besok besok ke Surabaya ga akan penasaran lagi 😀
LikeLiked by 1 person
Belum tentu juga. Masih ada 3 varian rasa lagi yang belum dicoba. Wkwkwk. **sebegitu penasarannya
LikeLike
Niat banget Mbah..hahahaha
LikeLiked by 1 person
Ini di beberapa daerah ada mas, dan masing2 diwakilin satu artis, di Jogja ada Jogja Scrummy yang dibranding sama Dude Herlino, intinya sama, puff pastry di “lem” pakai cream dan di isi aneka Cream “rasa kekinian”. Kayanya sih pada dasarnya ini bisnis satu orang, terus disebarin ke tiap daerah dan dibranding seolah-olah mewakili daerah masing-masing dengan membubuhkan nama daerah dan dimodifikasi susunan layernya. Sayangnya kemaren icip rasanya biasa saja, dan sudah dingin gitu, jadinya puff pastrynya pun sudah melempem. Selain itu, Kurang sreg saja sama trik marketing yang mengatas namakan makanan khas sebuah daerah, padahal jelas makanan model gini kan kebule2an banget, khasnya cuman di nama yang ada embel2 kotanya. =P
LikeLiked by 1 person
Ooo gitu ya. Makasih infonya om. Btul juga ya, permainan branding dengan mengaitkan nama artis dan nama daerahnya sudah seolah-olah menjadi brand asli daerah tersebut yang pastinya turut dikatrol dengan ketenaran nama artisnya.
Sama om. Sejujurnya lidahku ga terlalu cocok dgn makanan-makanan beginian. Malah jajanan pasar yg asli beli di pasar masih terasa lebih ok menurutku. Tp yaa itu urusan selera sih ya. Maturnuwun komentarnya om.
LikeLike
Selalu terhibur dg postingan mas andik *jempol ..
Mungkin karena saya bacanya tengah malem jadi ada yg ‘salah baca’ dibagian ini : “…. terus terang, saya jarang banget makan makanan kekinian seperti Surabaya Snowcake ini. Kalaupun makan biasanya dikasih ‘serangga’. Sehingga …bla.. bla.. dst ” 😀
Salam #joss
LikeLiked by 1 person
Waduh. Awas keselek serangga beneran masbro. 😁
LikeLike
Wah saya yang di surabaya belum sempet kesana, hahaha jadi pikir2 mau kesana
LikeLiked by 1 person
Calon korban isu kekinian juga ini jangan-jangan. Hehehe.
LikeLike
Waaahhh, makasih reviewnyaa Mas.. sepertinya mmg kue jenis puff pastry ini lg happening banget yahh.. kalau di Makassar skrg ada 2 brand artis yg lagi keren, Makassar Baklave (punya Irfan Hakim) dan Bosang (punya Ricky Harun), keduanya punya kesamaan di layer dan puff pastrynya. Utk dapetin kuenya bisa ngantri berjam2, pdhl rasanya sihh biasa aja. Katany oleh2 khas, tp sama skali nggak ada unsur kedaerahannya.. hmmm..
LikeLiked by 1 person
Sama-sama Mbak. Ya, saya yang justru ketinggalan infonya. Sepakat Mbak. Kalau saya perhatikan sih, mereka sedang menerapkan strategi branding dengan memanfaatkan personal branding mereka sebagai artis, dan juga local branding (tempat) untuk memperkuat kesan khasnya. Saya pernah mengikuti seminar terkait branding yang seperti ini. Contoh yang positif dan cukup efektif itu Sate Maranggi Purwakarta. Tapi ini branding agar daerahnya mempunyai kekhasan tertentu untuk menarik orang rame-rame berkunjung. Sehingga industrinya tumbuh. Kalau yg dilakukan oleh artis2 ini ga tau deh, apakah cukup bisa menancap dan bertahan lama. Kita lihat saja sembari belajar. 🙂
LikeLiked by 1 person
Di Medan ada juga mas.. cuma beda nama aja.. kalo di medan nama cake nya medan napoleon.. owner nya juga sama.. antrinya juga sama mas.. karena penasaran aja kemaren makanya icip2.. hhhehe
LikeLiked by 1 person
Ya mas. Saya baru tau. Itu juga dari komentar2 yg masuk ke postingan ini. Hehe.. sama2 korban penasaran ceritanya kita ini. 😀
LikeLike
Iya mas.. padahal menurut pendapat pribadiku rasanya sih biasa aja.. kurang elok lah jika harus sampe antri2 panjang segala.. hhehe
LikeLiked by 1 person
(((Zaskia)))
LikeLiked by 1 person
😆
LikeLiked by 1 person
Setelah baca posting ini dan komentar saya jadi gak minat. Mengaitkan nama kota untuk kue yang tak ada unsur bahan asli dari kota ybs sungguh penipuan marketing.
Saya lebih salut untuk mak icih daripada kue beginian, hehehe…
LikeLiked by 2 people
Ya Mas. Triknya orang beda2. Terlepas dari caranya gmn. Tp biasanya sih kl yg sy amati, kualitas produk itu tidak akan bohong. Kalau mmg bagus, bakalan bertahan lama. Kalau tidak, yaa paling2 menang di awal pas promosi saja.
LikeLike
Bang,,gimana dah cara supaya foloower nya bisa banyak kayak anda
LikeLiked by 1 person
Ngeblog saja terus dan follow + komentar juga ke blog yg lain. Btw, terima kasih sudah mampir.
LikeLiked by 1 person
Sama2 … 😊
Masih takut buat nulis takut jelek pas dibaca orang
LikeLiked by 1 person
Diniatkan yg baik2 saja dulu. Tidak perlu bagus, yg penting niatnya baik. Insya Allah hasilnya jg baik. Ini sy jg msh belajar. Kalau sudah jago mgkn sy bakal ngeblog tiap hari kali ya. 😊
LikeLike
Wah tiap hari,,, dari mana ya dpt ide yg trz mengalir gitu
LikeLike
Bagus Ndik posting ttg makanan. Kemaren kok aku ndak nemu ini ya di Sby.
LikeLiked by 1 person
Makasih Sand. Ini juga infonya dari temen yg di bdg kok. Aneh ya, malah lebih terkenalnya di luar sby. Mungkin karena berupa oleh-oleh kali ya.
LikeLike
Kalo ada di Juanda pasti kubeli deh nanti 🙂
LikeLiked by 1 person
Belum ada Sand kalo di Juanda. Di gerainya udah ada tulisannya.
LikeLike
oh ya sudah .. ndak bisa beli berarti kkk
LikeLiked by 1 person
Belum.. hehehe
LikeLike
Btw kenapa komenmu selalu ada url polldaddy?
LikeLiked by 1 person
Sama nih Sand. Di sini jg, komenmu jg ada polldaddy. Kalo diliat dr ekstensinya .js. Sptnya ada javascript yg diaktifkan di komen kita.
LikeLike
oh .. ternyata sama ya .. yo wes kalo gitu .. lama ndak pake aplikasi wordpress..
LikeLiked by 1 person
“sudah rontok terkena guncangan kendaraan ketika saya bawa pulang”
Gokil ini kayaknya!!!
LikeLiked by 1 person
Terima kasih Om. Joss…
LikeLike
itu antri panjang pasti gara-gara ada nama zaskia sungkar dibelakangnya hahaha 😀
spiku yg menurutku enak banget dan legendaris, aku belum pernah sampai ngalamin antri sparah itu 😀
#cumapendapat, huhaha 😀
LikeLiked by 1 person
Sepertinya begitu. Yg nulis postingan ini salah satu korbannya. 😁
LikeLiked by 1 person
iya mas jadi korban, mngkin saya juga 😀
LikeLiked by 1 person
Hampir sama dengan Medan Napoleon ya euforianya mas.. hehe
jadi pengen nyicipin cake nya.. hehe
LikeLiked by 1 person
Kata orang-orang sih begitu Mbak. 🙂
LikeLiked by 1 person
ngguyu ngekek2 moco artikel iki 😀
LikeLike
https://polldaddy.com/js/rating/rating.jsYah gitu deh kalo artis yang dipasang jadi merek/brand ambassador
Rasa acakadut ya tetep laris manis tanjng kimpul
LikeLiked by 1 person
https://polldaddy.com/js/rating/rating.jsbaru mau beli langsung ambyar harapannya hahahahah. tp tetep kepo sih *teteup*
LikeLiked by 1 person
Hahaha.. gpp mbak. Kepo itu hal yg positif asal tetap pada tempatnya. Kalaupun jadi beli anggap aja ngasih rejeki ke yg jual. 😊
LikeLike