adab terhadap diri sendiri muraqabah muhasabah mujahadah

[Kamisimak #5] Adab Terhadap Diri Sendiri


Bismillah…

Konon katanya media sosial itu gudangnya para ahli. Dari ahli hukum, ahli nujum, sampai politisi. Saking ahlinya, semua orang berhak menjadi penegak keadilan yang sakti. Tanpa proses pendidikan yang tinggi. Tanpa perlu keahlian yang mumpuni. Juga tanpa perlu telaah yang berisi. Tak sepakat sedikit langsung dihakimi. Agak anti-mainstream langsung kena bully. Rasa-rasanya masing-masing orang ingin dimengerti. Tapi lupa orang lain juga punya pertimbangan dan hati. Tak pelak ungkapan-ungkapan kebinatangan pun kerap mengikuti. Bersama sumpah serapah penuh benci hingga caci maki. Kalau sudah begini, di mana adabmu wahai bangsa yang katanya ramah tamah kau jadikan sebagai budaya dan tradisi?

Tapi sudah lah ya. Fenomena kebebasan berbicara dan berekspresi via media sosial ini memang sudah qadarullah. Perkembangan teknologi dan tren pemanfaatannya sudah merupakan suatu kewajaran. Sedangkan etika dalam penggunaannya adalah hal yang lain lagi. Karena bagaimanapun juga, teknologi hanyalah sebatas fasilitas. Manusia di belakangnya lah yang menjadi aktor penentu apakah teknologi tersebut digunakan secara etis atau anarkis. Persoalan banyak orang yang tidak beretika, ya, kita harus lihat. Permasalahan banyak orang yang ngawur dalam pergaulan dunia maya, ya, kita wajib mengamati. Perihal ada pemimpin yang tutur katanya tidak bisa ditata, ya, kita sepatutnya tidak membenarkan. Tapi, cukupkanlah sampai di situ. Ngurusin orang lain ga akan ada habisnya. Ngomongin orang lain ga akan ada ujungnya. Yang jelas, ada lebih banyak lagi yang perlu dilihat dari diri sendiri. Sudah cukup beradabkah kita sehingga mengatakan orang lain tidak punya adab?

Sebelum terlalu jauh menilai adab orang lain, mungkin ada baiknya kali ya kita menerapkan adab terhadap diri sendiri. Itung-itung latihan dan belajar. Siapa tau, justru kita sendiri lah yang turut andil atas punahnya netiket yang terjadi akhir-akhir ini. Hanya karena kita yang seharusnya merasa lebih sholeh, malah ikut-ikutan membalasnya dengan caci yang tidak kalah keji. Dengan “kromo inggil” yang hanya berlaku untuk diucapkan seorang raja bengis kepada budaknya. Atau dengan ungkapan laknat selaknat-laknatnya atas nama Allah seolah-olah sedang didzhalimi. Naudzubillah. Sebagaimana kata pepatah, gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan tampak jelas. Kejadian ini hanya berlaku jika gajahnya transparan. 😀

adab terhadap diri sendiri muraqabah muhasabah mujahadah

Nah, menurut pak ustadz, setidaknya ada tiga (3) hal yang perlu diperhatikan terkait adab terhadap diri sendiri:

  1. Muraqabah
  2. Muraqabah definisi singkatnya adalah mawas diri. Was-was karena merasa selalu diawasi oleh Allah. Atau dalam pengertian lainnya selalu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga idealnya, tidak ada lagi alasan untuk melakukan perberbuatan yang tidak diperkenankan oleh Allah, alias dosa atau maksiat. Tuntunannya jelas. Pembahasannya pun banyak. Tinggal mau taat atau tidak. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat itu tidak ada manfaatnya kecuali sedikit. #selfreminder

    Pelajaran berharga tentang muraqabah yang paling terkenal adalah kisah tentang kejujuran seorang sahabat penggembala kambing yang dengan lantang berkata, “di mana Allah?“, ketika khalifah Umar hendak mengetesnya dengan pura-pura membeli kambing gembalaannya, walaupun hanya sejumlah satu ekor. Tapi terus terang saya belum menemukan redaksinya yang shahih seperti apa. Barangkali ada yang mau share?

    QS. Al-Hadiid 4

    4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

  3. Muhasabah
  4. Yang kedua adalah muhasabah. Yang artinya introspeksi diri. Menghitung, menimbang, kalkulasi, melakukan hisab terhadap diri sendiri. Lebih banyak melakukan amal kebaikan, atau justru lebih sering terkungkung dalam lubang kemaksiatan yang sama setiap harinya. Astaghfirullah.

    Umar r.a —

    Hisablah dirimu sebelum kelak engkaulah yang dihisab.

    Tidak ada salahnya menghisab diri sendiri sekarang. Karena masih mungkin dapat bertobat dan membenahi diri. Daripada nanti di yaumil hisab, pengadilan Allah yang Maha Adil, sudah pasti tidak akan dapat kembali. Hanya rahmat Allah lah yang sanggup menolong.

  5. Mujahadah
  6. Setelah mengenali diri dengan aware atas keberadaan Allah (muraqabah), serta bercermin untuk introspeksi diri (muhasabah), maka yang ketiga adalah mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh, bekerja keras, berjuang sekuat tenaga untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, alias taqwa. Tentu saja untuk bertaqwa kita perlu ilmunya. Apa yang dibawa tidak harus selalu istimewa. Yang penting adalah ketulusannya. Ini taqwa bukan sembarang taqwa. Berikut adalah best practice-nya. **tsahhhh

    • Menuntut ilmu
    • Bagi setiap muslim, menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Karena dengan ilmu, terangkatlah derajat seseorang. Dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Dari yang sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan ilmu, Allah akan mempermudah urusan hambaNya. Dengan ilmu pulalah, Allah mengajarkan hambaNya melalui ayat-ayat kauniyah dan qauliyah.

      HR. Bukhari —

      Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.

    • Menerapkannya
    • Ilmu tidak akan berarti apa-apa jika tidak diterapkan. Ilmu yang tidak diterapkan akan menjadi hal yang sia-sia. Karena sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat.

      HR. Muslim —

      Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.

    • Membagikan, menyebarkan, menyampaikan ilmu
    • Hampir sama dengan pengertian sebelumnya, hanya di sini lebih dititikberatkan pada penyampaiannya. Ilmu itu akan semakin jernih jika disampaikan dan dibagi-bagikan. Sama halnya seperti air sumur yang akan semakin jernih jika terus dikeluarkan isinya.

      HR. Bukhari —

      Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.

    • Sabar
    • Yang terakhir, semua aktivitas, baik itu menuntut, menerapkan, maupun menyampaikan ilmu akan terasa berat jika tidak dilakukan dalam koridor kesabaran. Jika belum bisa bersabar, maka dikembalikan lagi pada poin nomor 1, muraqabah. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita. Aamiin.

      QS. Al-Kahfi 28

      28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.

Begitu kira-kira kata pak ustadz. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Semoga bermanfaat!

Referensi

https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

http://muslim.or.id/6409-sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html

21 thoughts on “[Kamisimak #5] Adab Terhadap Diri Sendiri

  1. Betul tu mas… Untuk mengenal diri saja, butuh waktu seumur hidup.
    Ngapain jg yak ngurusin orang lain, cukup jadi cerminan diri saja jika ada orang yang menjelek2an orang atau berkata yang tidak baik

    Liked by 1 person

    1. Ya Mas. Kenapa kita “ga perlu secara langsung” ngurusin orang lain. Karena satu hal yang perlu diingat. Orang lain berubah baik bukan karena semata-mata usaha kita. Melainkan atas hidayah dari Allah. Bisa melalui perantara orang lain, bisa juga melalui kita. Masalahnya, kemungkinan itu akan semakin jauh ketika akhlak kita justru tidak mencerminkan sebagai pembawa hidayah yang baik sesuai dgn adab yg dicontohkan rasul. Eh.. tp ini menurut saya sih. 😊

      Like

  2. Maaf mas , koq sepertinya ada beberapa kata/kalimat yang kurang begitu tepat ya…”kromo inggil”….dst, di jawa/Yogyakarta, kromo inggil/hinggil merupakan bahasa paling halus , dari bahasa yang ada, yakni basa ngoko, kromo, kromo alus, kromo inggil.

    Liked by 1 person

    1. Maksudnya hiperbola Mas. Kalau di Jawa Timur ketika ada perkataan yang sangat kuasar buanget itu disebut kromo inggil, maksudnya untuk nyindir karena saking parahnya. Maaf ya Mas kalau ada miskonsepsi yg berbeda.

      Liked by 1 person

    1. Aamiin.
      Ho oh. Ternyata semakin belajar semakin merasa ga ada apa-apanya. Semakin tahu semakin merasa lebih banyak yang belum tahu. Apalagi mengamalkan. Udah gitu mintanya surga. Malu tenan he karo Gusti Allah. Dan iki sing nulis ae yo rung mesti iso melaksanakan. Saling mengingatkan ae yow. 😿

      Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.