bahagia itu sederhana anak ikan

Bahagia Itu Sederhana [Anak]


Bismillah…

Suatu hari saya dan A menyempatkan diri untuk sekadar berkeliling menghirup udara kota Bandung dan sekitarnya. Seperti biasa, kami hanya membawa sedikit bekal berupa makanan ringan, sebotol air putih, dan sepasang mobil-mobilan yang sepertinya semakin ke sini hanya menjadi barang bawaan formalitas saja. Padahal ga selalu dipegang, dimainin pun jarang. Yang ada biasanya malah suka terselip di bawah jok atau di dalam laci bersama tumpukan kertas dan barang-barang lain. Bahkan seringkali tertinggal di tempat makan, di area pelataran masjid, atau terjatuh dari saku celana. Tapi gpp… namanya juga manusia, ceroboh itu adalah hal yang lumrah. Ketika masih kecil saya juga sering begitu soalnya. Jadi tau kan ya, dari siapa sifat itu diturunkan? Ya, dari ibunya. **jurus ngeles

Waktu itu kami sengaja jalan-jalan pagi di sore hari dalam rangka menjaga ukhuwah antara bapak dan anak laki-lakinya yang biasa kami sebut sebagai “boys day out“. Istilahnya nampak lebay, padahal mah agendanya ya begitu-begitu saja. Nyari mesjid terdekat, numpang makan di tempat orang, atau hanya sekadar melihat-lihat ikan hias beserta lika-liku kehidupannya di dalam air yang plotnya dari dulu sampai sekarang ga pernah berubah. Berenang, makan, berenang, makan, berenang, makan. Sekalinya ga berenang, eh dimakan kucing. Karena judulnya hanya “melihat-lihat”, maka dapat dipastikan bahwa sekitar 90% kami tidak membelinya. Apalagi kalau pemandangan itu sudah terintegrasi maksimal dengan masjid, atau tempat makan, dalam bentuk kolam dan pancuran. Lengkap sudah. Klop. Gratis lagi.

Eh, tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini. Saya juga tidak akan membahas bagaimana serunya kemenangan Trump yang begitu kontroversial. Ngapain. Ga nyambung dengan judulnya. Saya cuman ingin berbagi betapa bahagianya saya mendapati anak laki-laki saya, yang usianya belum ganjil 5 tahun, sudah mengucapkan secara langsung di hadapan saya tentang konsep ketauhidannya yang entah dia dapat dari mana sebelumnya. Yang jelas, saya ingat betul, begitu kata-kata itu terucap, saya ga tau musti komentar apa. Kurang lebih begini dialognya:

Ayahh… lihat!! Awannya bergerak…

Wah, padahal tadi panas banget ya, kok tiba-tiba banyak awan. Tau ga kemana dia bergerak?

(tidak bergeming sambil tetap asyik menatap awan)

Ada angin yang menggerakkan awan-awan kecil itu. Nantinya berkumpul menjadi satu, menjadi tebal dan nampak menghitam, itu tandanya mau hujan. Biasanya tidak lama setelah itu baru deh turun hujan.

Ayah tau ga kenapa bisa seperti itu?

(Mikir… belum sempat menjawab, sudah disamber duluan)

Itu semua karena takdir Allah, Yah..

…… (jderr!!)

Masya Allah… semoga Allah senantiasa menjaga keimananmu Nak, dan semoga engkau selalu mendapat lindungan rahmat dan hidayahNya agar hidup dan matimu kelak menjadi berkah seberkah-berkahnya. Aamiin

9 thoughts on “Bahagia Itu Sederhana [Anak]

  1. *eh ga sengaja tapi postingannya mirip, sprtinya… anak2 memang sll punya cara sndiri mngukir snyum di wajah qt.

    Aamiin aamiin Ya Robb, salam buat mas Andik junior…begitu ayahnya, begitu pula anaknya, sma2 shaleh insya Allah. 😊

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.