kalau sudah demo terus?

Kalau Sudah Demo, Terus?


Bismillah…

Mohon dijadikan sebagai catatan, bahwa yang akan saya tulis berikut ini hanyalah sebuah permisalan, kiasan, analogi, fiktif, bukan berdasarkan kisah nyata. Tujuannya, agar menjadi pengingat, setidaknya bagi saya pribadi yang masih saja membangga-banggakan tipisnya iman, kerdilnya ghirah, dan secuil ilmu yang ga ada apa-apanya ini. Adapun pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, mungkin juga hanya sebatas remah-remah sisa makanan yang terombang-ambing di antara gelombang samudera yang begitu mencekam. Karena sejatinya saya hanyalah serupa buih-buih remeh yang terus saja berkubang dalam durhaka padaNya — mengutip kata-kata Ust. Salim A Fillah. Ampuni hambaMu ini ya Allah, bimbinglah kami yang bebal ini, menuju jalanMu yang Engkau ridhoi. Semoga bermanfaat!


Alkisah, di sebuah negeri yang “katanya” kaya raya subur makmur tiba-tiba terjadi gonjang-ganjing lumayan hebat akibat isu “pelanggaran teritori agama” oleh seorang kepala daerah. Isu ini kemudian menjalar ke berbagai daerah hingga mencapai titik kulminasinya, yang membuat puluhan ribu orang melakukan aksi damai untuk menuntut proses hukum yang adil bagi si pelanggar. Syukur alhamdulillah aksi damai benar-benar berjalan dengan damai dari waktu awal yang ditentukan, hingga akhir waktu yang disepakati. Namun, sangat disayangkan, aksi damai tersebut ada yang menunggangi. Hingga kericuhan pun terjadi sesaat selepas pembubaran aksi damai. Dan berujung pada bentrokan yang tidak dapat dihindari antara aparat dengan sekelompok massa yang entah datangnya dari mana.

Dunia maya pun yang tadinya adem ayem memberitakan suasana damai, kini menjadi rusuh. Linimasa media sosial pun kembali berisikan sumpah serapah, hasud, fitnah, dan caci maki. Hingga membuat Joni, seorang santri taat yang begitu semangatnya mengikuti aksi damai dari awal sampai selesai, menjadi geram. Bagaimana tidak, setelah seharian mengikuti rangkaian aksi, energi terkuras, dan baru saja dalam perjalanan pulang dengan membawa hasil yang boleh dibilang alhamdulillah, kini terusik oleh kelakuan sekelompok oknum yang membuat rusuh dan seakan-akan menodai citra baik aksi damai yang seharusnya benar-benar berjalan damai sampai akhir. Joni pun segera menemui gurunya yang kebetulan tak jauh dari rombongannya.

Assalamu’alaikum.. pak Ustadz

Wa’alaikumussalam wr wb

Wah, parah nih pak Ustadz. Belum juga nyampe rumah, kita sudah banyak difitnah macem-macem.

Sabar sabar.. ceritakan dengan jelas, pelan-pelan. Ada apa sebenernya?

Lho.. pak Ustadz belum tau to kalau di belakang kita barusan ada kerusuhan. Ini saya baru saja melihat update linimasa Facebook. Rame banget pak Ustadz. Ada yang bilang settingan lah, ada yang nuduh itu sebenarnya trik klasik untuk bikin rusuh pemerintahan pusat saja, ada juga yang nuduh kalau demo ini ada yang mendanai untuk kepentingan politis tertentu. Eee.. bahkan yang ngaku muslim pun juga ikutan menyalahkan, ‘makanya, dibilangin ga usah demo-demoan kok, ujung-ujungnya ditunggangi oleh kepentingan yang lain kan’.

Pak Ustadz pun segera menenangkan Joni yang sudah terbakar emosi dengan mengajaknya minggir mencari tempat duduk terdekat.

Mungkin sebaiknya kita ngobrol sambil duduk di situ dulu kali Jon. Ga enak ngobrol sambil jalan. Ngos-ngosan saya. Kamu enak masih enerjik, umurmu masih muda.

Njeh.. pak Ustadz

Gimana-gimana?

Ya itu tadi pak Ustadz. Semuanya mendadak rame hanya gara-gara kericuhan sesaat yang disebabkan oleh sekelompok oknum. Padahal kita sudah sukses menjalankan aksi ini dengan damai. Inipun tadi kita juga menahan kekecewaan kan. Pak Presiden malah seenaknya ga hadir. Apa kita ini memang ga dianggep kali ya.

Jon… yang namanya media sosial ya begitu itu. Ga ada unggah-ungguhnya. Semua orang bebas ngomong, padahal kalau ketemu langsung juga belum tentu seperti itu. Karena memang ga ada kontrol di situ. Biarkan saja lah. Ga usah ikut-ikut rame.

Tapi pak Ustadz, ini sudah keterlaluan.

Ya sudah, kita bahas satu-satu.

1. Tadi kamu berangkat dan pulang biaya sendiri apa bukan?

Ya pak Ustadz. Asli.. dari kantong pribadi.

Ya sudah, selesai kan.

Tapi, fitnah tajam mereka itu lho yang bikin sakit hati.

Jon.. akan selalu ada orang-orang yang seperti itu. Karena kalau dasarnya tidak percaya ya tidak percaya aja. Mau dijelaskan kayak gimanapun kalau memang benci ya benci aja.

2. Perihal pak Presiden ga bisa hadir kita khusnudzan saja. Mungkin beliau memang sedang ada urusan yang urgent. Atau barangkali beliau mengalami banyak TEKANAN-TEKANAN dari mana-mana. Kita doakan saja agar beliau SEGERA TERBEBAS dari tekanan-tekanan itu.

Tapi pak Ustadz.. kita ini sudah capek-capek datang. Malahan ada yang dari luar pulau. Eee.. malah ga ditemui. Kan sakitnya tuh di sini pak Ustadz.

Jon, kamu ikhlas kan melakukan aksi ini?

Insya Allah ikhlas lillahita’ala pak. Sampai merinding sendiri saya pas mengucapkan takbir bersamaan dengan saudara-saudara seiman dan setanah air tadi. Allaahuakbar!!!

Luar biasa… 🙂

Tapi ya begitu pak Ustadz, ada aja yang bilang, ‘Allah tidak perlu dibela, Islam tidak perlu dibela, AlQuran juga tidak perlu dibela.’. Kan emosi pak.

Memang benar kan Jon. Allah tidak perlu pembelaan kita. Justru kitalah yang perlu dibela sama Dia. Maka dari itu HADIRKANLAH ALLAH BERSAMAMU, di setiap detik kehidupanmu. Maka Allah pasti akan membelamu.

Hmm… maksudnya gimana pak Ustadz? Caranya bagaimana?

Kamu tadi sudah mengangkat begitu TINGGI-TINGGI namaNya dengan pekikan ‘Allahuakbar’. Ikhtiarmu sudah kamu lakukan. Semoga Allah mendengarnya. Maka sekarang saatnya menyempurnakannya dengan tawakkal ‘Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’mannashir‘, dan tunduk SERENDAH-RENDAHNYA melalui ISTIGHFAR — ‘Astaghfirullah’.

Karena pada dasarnya yang menentukan kemenangan bukan ikhtiar kamu, bukan usaha saya, juga bukan atas jerih payah saudara-saudara kita. Tapi ada Allah yang menentukan semuanya. Masih ingat bagaimana para Nabi dan Rasul memberikan contoh-contohnya melalui doa yang mereka ucapkan di kala mereka sedang dilanda kekalutan yang luar biasa? Padahal kita tahu, kualitas mereka pastilah jauh di atas kita. Tapi mereka tetap menundukkan diri di hadapan Allah seraya memohon ampun kepadaNya.

Yang pertama, Nabi Adam AS dengan doa taubatnya dari dosa yang ia lakukan sehingga diusir dari surga. Doanya: ‘Rabbana dzolamna anfusana wa illam taghfir lana watarhamna lanakuunannaminal khosirin. — Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. — QS. Al-A’raaf 23’. Lalu Allah pun mengampuninya, dan dijadikan khalifah pertama di muka bumi.

Yang kedua, Nabi Yunus AS ketika dicoba habis-habisan dengan GELAPNYA perut ikan, GELAPNYA lautan lepas, dan GELAPNYA malam. Lalu beliau berdoa, ‘Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin — Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang dzalim. — QS. Al-Anbiyaa: 87’. Lalu Allah pun menurunkan ampunan dan mengubah seluruh umatnya menjadi manut, mengikuti perintah Nabi Yunus untuk beriman kepada Allah.

Yang ketiga, raja dari segala raja, Nabi Sulaiman AS pun memohon ampun kepada Allah di dalam doanya, hingga dunia dan seisinya pun ditundukkan di bawah kakinya. Doanya: ‘Rabbighfirlii wa habli mulkal laa yanbaghi li ahadim mim ba’di Innaka antal wahhab — Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi — QS. Shaad: 35’.

Dan junjungan kita Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah tidak ber-istighfar walaupun sudah dijamin ma’shum sekalipun. ‘Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah karena aku selalu ber-istighfar kepadaNya dalam sehari sebanyak 100 kali. — HR. Muslim’.

Selain itu, secara ultimate AlQuran juga menjelaskan begitu banyak Nabi dan Rasul yang tidak lemah, tidak lesu, dan tidak menyerah ketika berjuang, namun tetap sabar dan memohon ampun seraya berdoa, ‘rabbanaghfirlanaa dzunuu banaa wa israafanaa fii amrinaa watsabbit aqdaamana wanshurnaa ‘alalqoumil kaafiriin — Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir — QS. Ali Imraan: 147’. Kurang contoh yang kayak gimana lagi??

Tapi pak Ustadz, doa tanpa ikhtiar kan mana mungkin menjadikan sunnahNya akan berjalan.

Jon… ISTIGHFAR!!!

Njeh… Astaghfirullahal’adziim…


13 thoughts on “Kalau Sudah Demo, Terus?

  1. Tapi pak Ustadz, doa tanpa ikhtiar kan mana mungkin menjadikan sunnahNya akan berjalan.“

    Perkataan ini kayaknya ga ada yang salah. Apa mungkin saya masih belum ngerti bgt? Monggo dijelaskan

    Liked by 1 person

  2. Ngomongin demo ya mas Andik?
    Tp Cinta berasanya lg nasehatin Cinta biar sabar *kepedean 😅
    Makasih mas Andik, hr ini mski tnpa sngaja udah jd pak Ustad yg baik buat Cinta. Cinta ga blh ngapa2in smp 3bln, ga blh krja ga blh kuliah, untunglah msh blh nulis 😭😭😭 pokoknya Cinta mau numpang nangis bntar dsini.
    Makasih udah nampar Cinta dg tulisannya biar sdar, astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah brpa kalipun diucapkan rsanya ga cukup, trll bnyak dosa Cinta slama ini 😭😭😭

    Liked by 1 person

  3. Tepat banget esensi dari tulisan ini. Pun setelah #AksiDamai411 kemarin yang perlu dijaga tetaplah keikhlasan kita, dan perlu juga diingat bahwa seberapa keraspun usaha kita, Allah lah yang maha menentukan segalanya. Dan saya tiba-tiba jadi teringat pesan yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Hadrami dari Malang, bahwa: Allah tidak meminta hasil dari kita, melainkan Allah ingin melihat kesungguhan kita dalam berusaha.

    Semoga ini bisa menjadi pengingat kita, terhadap apapun yang akan terjadi ke depannya dari kelanjutan #AksiDamai411 yang lalu. Amiin 🙂

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.