ini teknologi kehidupan sehari-hari

Ini Teknologi


Bismillah…

postingan: Sawahku

Andri adalah ANak desa yang berumur tanggung. Dibilang dewasa juga belum. Tapi disebut anak kecil juga bukan. ABG lah lebih tepatnya. Atau seumuran anak-anak SMP jika disandingkan dengan standar umur pendidikan zaman 90an. Atau mungkin seumuran anak-anak SMA kalau menggunakan standar masa kini. Ya kira-kira sebegitu lah. Umur pastinya wallahualam, karena akte lahirnya dulu adalah hasil nembak. Nembaknya berapa? Ya sudahlah.. ga perlu dibahas.

Sehari-harinya, Andri ditugaskan Pak Lurah untuk menjaga sawah-sawahnya, juga beberapa ternak miliknya. Andri sangat antusias walaupun hanya dibekali seekor kerbau sebagai tunggangan, dan sebuah smartphone harga sejutaan untuk keperluan komunikasinya dengan Pak Lurah.

ini teknologi kehidupan sehari-hari

Tidak tanggung-tanggung, sawah yang harus diawasi itu luasnya hampir 10 hektar. Andri yang hanya seorang diri setiap hari harus mengelilingi sawah-sawah tersebut untuk memastikan bahwa padi yang tumbuh di atasnya selalu aman dari gangguan. Apalagi kalau menjelang musim panen. Beuh. Bulir-bulir padi yang sudah hampir siap dipanen pasti tidak luput dari kawanan pencuri yang suka menyerang secara membabi-buta. Bukan tikus. Apalagi manusia. Manusia tidak doyan padi, doyannya yang langsung mentahannya saja. Manusia berkepala tikus lebih sadis lagi. **ini malah mbahas tikus**) Yang paling mengancam itu adalah kawanan burung pipit yang memang sudah terbiasa dengan musim-musim panen seperti ini.

Awal-awalnya Andri sempat kewalahan. Bagaimana tidak, burung-burung itu memang mudah sekali untuk diusir. Hanya dengan lambaian tanganmu atau kibasan kain mereka bisa langsung kabur. Whhuuzzzz… Masalahnya, sawah-sawahnya Pak Lurah kan luas. Usir sini hinggap di sana. Halau sini pindah ke sawah satunya. Begitu seterusnya. Capek. Ga efektif. Akhirnya, dengan modal smartphone yang dimiliki, Andri mencoba googling di yahoo. Dan menemukan beberapa cara yang lebih efisien untuk mengusir burung-burung ini. Andri mencoba dari yang paling gampang terlebih dahulu. Yaitu dengan menaruh beberapa kayu yang diberi plastik di atasnya. Jadi kalau ada angin berhembus, plastik-plastik itu berkibar dan bisa mengusir si burung. Tapi lama kelamaan mereka hafal dan tahu kalau itu hanya plastik. Apalagi kalau pas tidak ada angin yang cukup berhembus. Cara kedua pun dicoba, yaitu dengan memasang orang-orangan sawah dari sekam bekas tanaman padinya yang dipasang di beberapa titik. Seperti biasa, awalnya efektif, mungkin karena mirip orang beneran kali ya. Tapi tetap saja, karena orang-orangan sawah itu tidak bergerak, si burung-burung tetap saja bandel.

Cara ketiga pun dilakukan. Walaupun hanya menambahkan beberapa utas tali panjang yang dipasang di badan orang-orangan sawah yang telah dibuat. Tujuannya, agar dia bisa menggerakkan orang-orangan sawah itu dengan menarik tali-tali tersebut dari jauh. Tapi, lama-lama capek juga. Lha wong sawahnya berhektar-hektar. Usut punya usut, Andri menginginkan cara yang lebih advance. “Kalau begitu, bikin robot saja“, begitu pikirnya. Dengan skill minim namun tekad kuat mantab, Andri pun nekat mencobanya. Seperangkat alat sholat gear, beberapa buah micro processor, sepaket sensor suara, cahaya, dan motor penggerak, empat lusin batere, beberapa lembar PCB, panel surya, satu set speaker, 10 buah senapan angin, serta aneka pernak-pernik perkabelan dan beberapa komponen elektronika dia beli semuanya di online shop. Dengan sedikit coding dan beberapa kreativitas jadilah ciptaan Andri yang begitu fenomenal. Dan hasilnya, tadaaa… 10 robot boneka sawahnya siap untuk dipasang. Hasilnya, sementara ini OK banget. Andri tidak perlu terlalu sering mengawasi berhektar-hektar sawahnya Pak Lurah dari serangan burung pipit. Bahkan bukan hanya burung yang takut untuk mendekat. Orang dan tikus sekalipun mikir 1000 kali kalau hendak melintas sawah-sawah yang dijaga Andri. Mantab. Super efektif. Sambil manggut-manggut Andri pun bergumam, “INI TEKNOLOGI“.

ini teknologi kehidupan sehari-hari

-8.1218623, 111.7185127, 18z

Di tempat lain, kita bertemu dengan anak muda lainnya yang ga kalah bikin gregetnya. Sebut saja namanya Indra. Indra ini seorang pemuda yang terkenal gigih. Kesehariannya, dia berjualan sompil, makanan enak yang terbuat dari sayur lodeh dicampur ketupat atau lontong. Kalau beruntung bisa dapat bonus tempe goreng panjang yang proses fermentasinya menggunakan pelepah pisang sebagai bungkusnya. Biasanya, sompil dibungkus dengan daun jati sehingga membuat aromanya menjadi khas. Oh ya, sompil ini rasanya sangat pedas. Mungkin setara dengan M*icih level 11. Kebayang lah ya bagaimana sadisnya.

Awalnya, Indra menggunakan sistem door to door dalam menjajakan sompil andalannya. Atau bersepeda keliling dari desa ke desa setiap pagi dari jam 6 sampai jam 9an. Semakin lama, sompil Indra semakin terkenal. Orang-orang banyak yang rikues ke Indra, mengapa tidak membuka layanan pesan via SMS saja. “Hmm.. boleh juga“, pikir Indra. Nomer HP Indra pun menyebar ke seluruh pelosok desa, hampir sekecamatan sudah jadi langganannya. SMS yang masuk pun bertubi-tubi. Indra sudah tidak berjualan keliling lagi. Hanya mengantar pesanan yang masuk via SMS saja.

Lambat laun, volume SMS yang masuk sudah ga kira-kira. Sehari bisa ratusan SMS. Belum lagi yang pesannya untuk keesokan harinya, atau 2 hari ke depan, atau pesan borongan. Pusing. Capek bacanya. Bingung mengaturnya. Yang lebih parah ga sedikit di antara SMS-SMS itu yang hanya iseng, bahkan SPAM. “Wah… kalau begini terus, capek nih, musti ada aplikasi yang memudahkan bagi pelanggan, dukungan API yang bagus, serta CMS yang memudahkan dalam me-manage data pesanan“, begitu pikir Indra. Akhirnya dia menghubungi temannya yang “katanya” lulusan IT untuk membantunya. Dan temannya pun tidak ragu mengimplementasikan apa yang Indra mau. Kurang dari tiga bulan, semuanya sudah jadi. Ada dua platform lagi, iOS dan Android. Tidak lupa Indra juga menyediakan landing page di halaman web-nya agar para pelanggannya bisa tahu informasi terbaru mengenai produk sompilnya Indra. FYI, sekarang sompilnya Indra sudah banyak variasinya, ada yang rasa keju, ada yang paket bonus rempeyek kedelai, ada juga yang versi ditambah daging asap.

Pesanan pun semakin buanyak. Hingga produk sompil Indra ini terkenal sampai ke luar kota, bahkan luar propinsi / pulau. Wah.. wah.. wah.. kalau mengantar pesanan ke lain desa atau kecamatan sih ga masalah. Tapi kalau sampai luar kota, apalagi luar pulau, itu jelas tidak mungkin. Sompil ini bukanlah makanan yang tahan lama. Bisa basi kalau sampai lebih dari sehari tidak dimakan. Untungnya, dia pernah tahu informasi kalau ada gudeg yang dikemas dalam kaleng. “Aha… kalau gudeg saja bisa dibikin kemasan kaleng, sompil pasti bisa juga“, gumam Indra. Dengan bermodal riset kecil-kecilan, dengan dibantu tetangga kanan kiri, akhirnya Indra berhasil membuat sompil versi kemasan kaleng yang OK punya hanya dengan konsep home industry.

Jumlah order pun sudah berkali-kali lipat pastinya. Indra nampaknya perlu mengembangkan jaringan penjualannya. Berbagai macam channel grup dan jejaring sosial dia masukin. Whats*pp, B*M, L*NE, Inst*gr*m, Twitt*r, Fac*book, P*th, Telegr*m. Tidak lupa juga dia membuka lapak di beberapa platform online shop, seperti Bukalap*k, Kask*s, O*X, dan Tok*pedia. Dia juga membuka kesempatan bagi partner-partner-nya untuk menjadi reseller dan dropshipper. Tentunya dengan skema bagi hasil yang cukup menjanjikan. HmmINI TEKNOLOGI.

zonk!!

Di belahan tempat yang lain, ada seorang pemuda juga yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Ya memang begitulah. Definisi “pemuda” kalau di kota besar itu artinya laki-laki yang belum menikah dan rata-rata memang berkisar antara 30-40 tahunan. Namanya Andra and the Backbone.

Andra ini tipikal orang kantoran di kota-kota besar pada umumnya. Disebut eksekutif muda juga bukan, tapi dibilang karyawan biasa juga ga gitu-gitu amat. Job desc-nya ga jelas pokoknya. Disuruh meeting berangkat. Ditugaskan mengisi konten website juga boleh. Bahkan magabut pun sering. Hari-harinya dipenuhi dengan aktivitas yang lebih cenderung dikatakan “nyampah”. Tapi hidup.

Contohnya, ikut barisan para haters beberapa tokoh atau partai politik tertentu yang entah dapat dari mana channel-nya. Kerjaannya hampir setiap 5 menit sekali mengisi kolom komentar di beberapa situs berita ternama dengan cacian, makian, sampai sumpah serapah ga penting yang tentu saja bikin panas siapapun yang membacanya.

Di sela-sela waktunya, dia juga sering mengoleksi foto-foto cewe-cewe cantik nan seksi untuk digunakan sebagai profil picture-nya akun-akun palsu yang memang sengaja disiapkan untuk beberapa layanan atau aplikasi “sedot pulsa” atau aplikasi-aplikasi geje lainnya. Tidak lupa dia pun sangat-sangat aktif di hampir semua media sosial, baik itu yang berbasis linimasa (timeline), ataupun yang berbasis obrolan (chat). Makan siang di-share. Ketinggalan dompet kesayangannya aja di-share. Kesandung batu di-share. Buang air pun di-share. Bahkan… ah sudahlah. Males membahasnya. INI PRETNOLOGI.


Kuis Standar – dijawab boleh, ga dijawab juga gpp

  1. Nama Andri sebenarnya adalah singkatan yang diambil dari nama daerah asalnya, daerah manakah itu?

  2. Di dekat tempat domisilinya Indra, ada sebuah dam (pintu air) yang lumayan besar. Dam apakah namanya?

Hint: Gosoklah bagian yang berwarna hitam dengan koin… eh becanda, pake kursor mouse saja. 😀

Disclaimer
Ketiga cerita di atas adalah cerita fiktif. Segala kesamaan nama tokoh dan peristiwa hanyalah kebetulan belaka. 😀
Tulisan ini diikutsertakan dalam sebuah lomba giveaway bertema “Dampak Teknologi Bagi Kehidupan Sehari-Hari”. Lomba ini diselenggarakan oleh IDCopy.net dan Eliska.id. Tetap semangat!!

34 thoughts on “Ini Teknologi

    1. Itu… mmm.. nganu… yg kyk sayur lodeh, tp lebih encer.. gmn ya nyebutnya… hehehe. Lebih mirip lontong sayur. Ada sih kalo googling di bagian image, kurang lebih seperti itu. Tampilannya rata-rata sih, tapi pedesnya itu bukan main. 😀

      Like

      1. Masih tetot..
        1. Clue – Daerahnya di Jawa Timur
        2. Dam nya jg ada di Jawa Timur. Eh saya baru tau kalo Nglanggeran itu di Gunung Kidul. Sayang sekali tahun ini ga mampir Yogya dan sekitarnya.
        😀

        Like

      2. Yap.. betul. Yg pertama kediri. Yang kedua ternyata saya yg salah ngasih pertanyaan dan clue. Ini dam nya kecil ternyata. Cuman buat saluran irigasi. Bukan yg buat PLTA. Baiklah. Tetot ada di saya. O_o

        Liked by 1 person

  1. Haha, robotnya kereeeennnnn! Semalem pas Cinta nonton bertiga di rumah bareng ponakan aja sampe teriak2 plus peluk2an dan itu cuma 1 aja mas apalagi 10? Wuah bisa pingsan deh Cinta.

    Lucunya sampe bikin Cinta ketawa terpingkal2 mas 😂😂😂, good job, smga menang aamiin. 😊

    Liked by 1 person

Leave a reply to Andik Taufiq Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.