fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

Hobi Fotografi dengan Kamera Ponsel, Mungkinkah?


Bismillah…

fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

Dikisahkan ada seorang anak manusia yang begitu menggandrungi dunia fotografi. Sebut saja namanya Deni. Dia dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan Deni. Orangtuanya pun memanggilnya demikian. Jadi memang dia sudah biasa dipanggil Deni. Saking gandrungnya, setiap hari Deni selalu membawa kamera kesayangannya, kamera DSLR dari brand Nik*n yang cukup ternama. Niatnya sih.. biar ga ada momen yang terlewat untuk diabadikan dengan kamera tersebut.

Lambat laun, dunia fotografi semakin maju. Kamera-kamera dengan fitur canggih nan elok mulai bermunculan. Speknya pun semakin keren. Sementara, kamera kesayangan Deni mulai dirasa ketinggalan zaman. Body-nya yang bongsor, berat untuk dibawa kemana-mana, kartu memori model lama yang mulai susah dicari, shutter count yang sudah hampir ratusan ribu sehingga kepala shutter-nya sudah agak rewel, tidak ada live-view-nya, dan yang paling ga enak adalah, tidak bisa digunakan untuk merekam video. Sedangkan kamera-kamera DSLR sekarang sudah pada ngeri-ngeri. Megapixel besar, body lebih ringan, konektivitas yang lebih OK, apalagi yang model mirrorless… ramping, enak dibawa kemana-mana. Dan rata-rata kualitas video yang dihasilkan sudah HD high resolution.

Tapi, karena Deni hanyalah fotografer abal-abal, hanya sekadar pehobi, bahkan sebenarnya ga pantes-pantes amat disebut sebagai fotografer, amatiran sekalipun, dia hanya bisa ngiler melihat mahalnya kamera-kamera model keluaran terbaru itu. Tapi karena kecintaannya yang begitu mendalam dengan dunia fotografi, dia pun mencari akal bagaimana caranya memaksimalkan kamera yang dimilikinya sekarang. Karena bagaimanapun juga, “kamera terbaik adalah kamera yang dimiliki sekarang, sama halnya dengan istri #eh“, begitu pikirnya. Tapi sayangnya, kamera DSLR kesayangannya memang terlalu berat untuk dibawa kemana-mana tiap hari. Kurang praktis. Kira-kira ada ga ya alternatif kamera lain yang ringan dan ringkas tapi murah, bahkan kalau perlu gratis.

fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

Oh iya, aku kan punya hp yang ada kameranya. Tapi… kualitasnya kan ga sebagus kamera DSLR-ku. Eh, tunggu dulu, alternatif kan ga harus substitusi, bisa jadi hanya komplemen sudah cukup. Toh, waktu efektif buat motret-motret yang serius cuman sabtu minggu. Untuk hari-hari biasa rasanya ga perlu bawa kamera yang segede gaban ini.“, gumam Deni yang tetiba mendapatkan wangsit.

Akhirnya Deni mencoba membanding-bandingkan antara DSLR kesayangannya dengan ponsel punyanya yang selama ini hanya digunakan untuk 3-W saja (Webtoon, Whatsapp, dan WordPress). Jarang sekali dipake fitur kameranya. Tujuannya, siapa tahu beneran bisa jadi alternatif kamera kedua di saat kamera utama sedang of duty karena memang semakin ke sini semakin tidak memungkinkan membawa sepaket gear fotografi yang beratnya minta ampun.

DSLR vs kamera ponsel

Deni pun iseng membuat corat-coret asal jadi terkait perbandingan keduanya.

Perbandingan DSLR punya Deni Kamera Ponsel
Sensor Kualitasnya jauh lebih bagus. Kualitas foto TIDAK ditentukan oleh jumlah megapixel, tapi dari kualitas sensornya. Kamera DSLR Deni menggunakan sensor tipe APS-C. Kualitas lebih rendah karena ukuran sensornya juga lebih kecil dibanding kamera DSLR.
Ukuran Sensor fotografi dengan kamera ponsel fotografi dengan kamera ponsel
Format File Format file mentah (raw). Ekstensi .NEF. Masih perlu diolah lagi. Formatnya langsung menggunakan ekstensi .jpg. Tidak perlu diolah lagi.
Kepraktisan Tidak praktis untuk dibawa kemana-mana. Karena ukurannya relatif besar. Jauh lebih praktis. Seukuran genggaman tangan.
Portabilitas Agak repot. Masih harus menggunakan card reader untuk memindahkan file-nya. Lebih enak. Bisa langsung colok dengan perantara kabel micro usb. Atau bluetooth juga OK.
Olah Digital Memerlukan aplikasi seperti Photoshop, Lightroom, atau software sejenis lainnya. Langsung built-in dengan fitur kameranya. Sehingga minim olah digital menggunakan third party.

Setelah ditimbang-timbang, sepertinya tidak terlalu bermasalah terkait teknis spesifikasinya. Apalagi kamera ponsel yang dimilikinya lebih banyak unggul dari sisi portabilitas dan kepraktisan.

Wah, boleh dicoba nih.“, pikir Deni.

Akhirnya dia sepakat untuk mencoba mengetesnya di lapangan. Sesuai teori yang dia baca-baca dulu, akan ada beberapa percobaan apakah kamera ponsel ASUS Zenfone yang dimilikinya ini cukup capable untuk diterapkan sesuai konsep fotografi dasar yang dipahaminya.

  1. Komposisi dan Rule of Thirds
  2. Salah satu hal yang dipercaya Deni sampai saat ini adalah fotografi tidak harus menggunakan fasilitas zooming. Bahkan sebaiknya TIDAK DIGUNAKAN. Yang terpenting adalah faktor cropping dan komposisi yang pas. Wajar sih, rerata orang yang baru mengenal fotografi, apalagi menggunakan kamera DSLR dengan lensa zoom, pasti pinginnya zam-zum-zam-zum. Setelah mengenal agak lama, baru deh kerasa bahwa dengan zam-zum-zam-zum belum tentu menghasilkan foto yang bagus. Terbukti bahwa lensa tele (70-300mm) yang dimiliki oleh Deni hanya menganggur di dry box. Oleh karena itu, sudahlah tidak perlu diperdebatkan lagi perihal optical zoom ataupun digital zoom pada iklan yang menjual produk kamera poket atau ponsel. Ga terlalu ngaruh.

    Terkait komposisi, konsep dasar yang dijadikan patokan oleh Deni adalah Rule of Thirds. Secara teori, kita perlu membagi area cropping menjadi 9 bagian yang sama besar dengan garis imajiner. Kemudian meletakkan objek yang dijadikan POI (point of interest) tepat di salah satu titik persilangan garis-garisnya. Jadi kita tidak harus selalu meletakkan objek foto tepat di tengah-tengah bidikan kamera. Istilah umumnya dikenal sebagai dead center. Untuk kamera DSLR, garis-garis panduan ini sudah ada ketika kita melihat melalui viewfinder. Bahkan sudah dilengkapi pengaturan fokus pada masing-masing titiknya. Jadi tinggal pilih POI mana yang mau difokuskan. Nah, bagaimana dengan kamera ponsel ASUS Zenfone milik Deni? Coba kita lihat.

    Ternyata fiturnya juga sudah ada sodara-sodara. Tinggal pilih Settings, lalu centang yang bagian Guidelines. Secara otomatis akan keluar garis-garis grid yang bisa digunakan sebagai panduan untuk menyusun komposisi yang pas. Salah satu contoh yang bagus juga ada pada aplikasi Instagram. Kerennya, Instagram ini mendobrak komposisi yang umumnya sudah ada. Dari yang tadinya persegi panjang, baik landscape atau portrait, menjadi komposisi persegi yang hanya kotak bersisi sama panjang. Tapi foto-foto yang diunggah tetep ajib. Sekarang mari kita lihat hasilnya.

    fotografi dengan kamera ponsel
    Mouse Logit*ch. Dipotret dengan ASUS Zenfone 5.
    fotografi dengan kamera ponsel
    Mouse Logit*ch. Dipotret menggunakan ASUS Zenfone 5.
    fotografi dengan kamera ponsel
    ASUS Notebook. Dipotret dengan ASUS Zenfone 5.

    Hasilnya… yaa not bad lah ya. Untuk poin pertama ini sepertinya kamera ponsel milik Deni cukup memenuhi syarat dan Deni sendiri merasa cukup puas dengan hasilnya.

  3. Depth of Field (DoF)
  4. Untuk percobaan kedua, Deni sengaja mengambil tema yang cukup lumayan, yaitu tentang Depth of Field (DoF). DoF – kedalaman foto, biasanya ditandai dengan adanya efek blur pada area yang tidak difokuskan. Untuk menghasilkan efek ini, diperlukan aperture (bukaan lensa) yang lebar, atau focal length yang panjang. Deni sendiri sangat menyukai efek ini karena salah satu lensa favorit yang dia gunakan adalah lensa fix 50mm f/1.8 yang terkenal dengan bokeh-nya. Apakah kamera ponsel Deni cukup memadai untuk menghasilkannya? Coba kita lihat.

    fotografi dengan kamera ponsel
    Ternyata ada juga fiturnya.

    Ternyata sudah ada fiturnya juga yang sudah disematkan pada ASUS Zenfone. Apakah hasil bokehnya seperti yang diharapkan Deni? Mari kita simak hasilnya.

    fotografi dengan kamera ponsel
    Ternyata hasilnya masih kurang OK. Agak sulit mengontrol titik fokusnya.
    fotografi dengan kamera ponsel
    Ternyata hasilnya masih kurang OK. Agak sulit mengontrol titik fokusnya.

    Untuk yang ini rupanya Deni agak kecewa dengan hasilnya. Pasalnya, efek DoF yang dihasilkan bukan bokeh natural seperti yang dihasilkan oleh lensa favoritnya. Melainkan efek imitasi yang dihasilkan dari gabungan beberapa kali proses shooting maju mundur yang secara otomatis dilakukan oleh prosesor ASUS Zenfone. Secara teknis mungkin bisa, tapi tetap tidak natural. Belum lagi pengaturan titik fokus yang kadang suka berubah-ubah, yang membuat penerapannya sering tidak sinkron dengan apa yang diinginkan Deni. Tapi, gpp, efek blur asli masih bisa didapat dengan penggunaan mode biasa, dan pengaturan objek yang agak kontras peletakannya. Contohnya seperti foto mouse di atas. Bagian meja ada sedikit yang blur, terutama pada bagian yang lebih dekat dengan kamera. Seandainya settingan background-nya dibuat lebih jauh dari objek, mungkin akan didapatkan efek blur yang setara dengan blur pada meja. That’s ok, Deni sendiri masih memaklumi hal itu. Karena DSLR sekalipun kalau hanya menggunakan lensa kit juga lumayan susah menghasilkan efek blur yang keren.

  5. Efek Tilt-Shift / Miniatur
  6. Salah satu eksperimen favorit Deni adalah memainkan efek yang ditimbulkan dari lensa tilf-shift. Efek ini menghasilkan kesan bahwa objek yang kita foto akan tampak seperti miniatur. Karena Deni sendiri tidak memiliki lensa jenis ini, yang notabene terkenal mahal, biasanya dia hanya bermain di area olah digital untuk mendapatkan efek yang serupa. Referensi yang dia baca biasanya terkait bagaimana mengolah foto menjadi berefek miniatur dengan Photoshop seperti tutorial berikut ini: Belajar Tilt-Shift Photography. Intinya, ada bagian yang sengaja dibuat blur, disertai dengan saturasi warna yang “gonjreng” agar mengesankan bahwa yang kita potret adalah benda-benda kecil seperti halnya yang ada pada miniatur. Nah, bagaimana dengan kamera ponsel Deni? Apakah masih sanggup dengan tantangan yang ini?

    fotografi dengan kamera ponsel
    Mode Miniature pada kamera ASUS Zenfone 5.

    Dan, ternyata fiturnya juga ada. Menghemat beberapa langkah lagi. Tidak perlu repot-repot mengolah secara digital dengan Photoshop. Bagaimana hasilnya? Sepertinya sih lumayan, padahal baru dicoba dengan objek yang tidak semestinya jadi objek. Maksudnya, by nature, yang pantas dijadikan objek untuk efek miniatur ini biasanya berupa landscape seperti perkotaan, gedung-gedung bertingkat, mobil, kereta, sungai, dsb. Dan angle pengambilannya pun sebisa mungkin high-angle (pengambilan dari atas). Sehingga didapatkan efek miniatur yang pas selayaknya kita memotret sebuah miniatur yang beneran.

    fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

    fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

  7. HDR
  8. Dulu, Deni pernah ngoprek HDR (high dynamic range). Efek foto yang dihasilkan dari kombinasi beberapa foto yang diambil dari satu titik dengan nilai exposure berbeda, sehingga didapatkan gabungan foto yang memiliki semua jangkauan exposure yang ada. Biasanya, efek yang dihasilkan adalah: foto memiliki saturasi dan kecerahan yang tajam di semua bagian, dan efek grunge yang timbul akibat gabungan sisi gelap dan terang sehingga menjadikan foto terkesan lebih gahar.

    FYI, untuk menghasilkan efek HDR, diperlukan teknik khusus yang melibatkan tripod, dan mode Bracket (multi exposure shots) yang biasanya ada pada kamera DSLR. Pemotretannya akan menghasilkan beberapa foto yang sudah beragam nilai exposure-nya. Biasanya ada 5 nilai, -2, -1, 0, 1, 2. Atau bisa jadi lebih banyak pada kamera-kamera DSLR model baru. Semakin banyak variasinya, maka semakin detail foto HDR yang dihasilkan. Setelah itu baru dilakukan post processing menggunakan Photoshop, atau Photomatix untuk menggabungkannya.

    Nah, Deni penasaran, apakah kamera ponselnya sanggup menghasilkan efek HDR yang serupa dengan proses yang cukup rumit di atas.

    fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

    fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

    fotografi dengan kamera ponsel ASUS zenfone

    Kurang ajar! Ternyata ASUS Zenfone bisa melakukannya. Hanya dengan satu kali jepret lagi. Tidak perlu olah digital secara manual lagi.“, begitu komentar Deni yang sempat kesal karena ternyata kamera ponselnya sanggup melakukan langkah yang jauh lebih mudah untuk menghasilkan foto HDR ketimbang kamera DSLR-nya.

  9. Lain-lain
  10. Dari keempat percobaan di atas, Deni sudah cukup puas dengan hasilnya. Walaupun masih ada banyak sekali fitur-fitur yang disajikan oleh kamera ponsel miliknya. Ada fitur Selfie yang dapat mengenali secara otomatis wajah kita serta otomatis memotret ketika komposisi wajah kita sudah pas. Tapi sayangnya Deni tidak hobi dengan selfie. Jadinya cukup di-skip saja.

    Ada juga fitur Panoramic untuk menghasilkan foto 360. Padahal kalau menggunakan kamera DSLR, memerlukan kepala tripod khusus, seperti Nodal Ninja, dan harus dilakukan pemotretan ke semua sisi, atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang agar dihasilkan foto 360 yang sempurna. Deni sebenarnya sudah pernah mencoba bereksperimen membuat foto 360 ini. Tapi sepertinya mau diceritakan di lain kesempatan saja. Walaupun begitu, kamera ASUS Zenfone miliknya sudah memfasilitasinya dengan cukup baik. Tidak perlu tripod. Hanya menggunakan tangan seperti layaknya kita merekam video memutar.

    Tapi ada satu fitur yang sempat membuat Deni terperanjat kagum, yaitu fitur Effect, yang didalamnya terdapat banyak sekali efek aneh-aneh. Salah satu yang menarik bagi Deni adalah efek IR (infra red) atau false color. Mau diolah seperti apa juga, hasil foto dari kamera DSLR-nya yang sekarang, Deni tidak akan bisa menghasilkan efek IR ini. Kecuali, hot mirror pada kameranya dilepas. Tapi… hal ini sangat berisiko, karena bisa bisa kamera DSLR kesayangan Deni matot alias mati total. Berikut adalah contoh-contoh foto yang dihasilkan dari kamera ponsel Deni menggunakan efek IR atau false color.

Akhirnya, Deni pun mantab memutuskan untuk menggunakan kamera ponsel ASUS Zenfone miliknya sebagai “kamera kedua”. Jadi Deni sudah tidak perlu risau meninggalkan kamera DSLR-nya di rumah, terutama pada hari-hari biasa selain Sabtu dan Minggu. Sudah ada kamera ponsel yang siap menangkap momen-momen penting yang ditemui Deni setiap harinya. Ringan, praktis, multifungsi, dan kapabilitas yang sangat mumpuni untuk membantu Deni menerapkan passion fotografinya.

**TAMAT**

Disclaimer
Cerita di atas adalah cerita fiktif. Segala kesamaan nama tokoh dan peristiwa hanyalah kebetulan belaka. 😀
Tulisan ini diikutsertakan dalam “Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com“. Tetap semangat!!


Referensi

Asus Zenfone Fotografi Indonesia
https://www.facebook.com/groups/712151085509183/

Tips foto setara DSLR
http://www.webkeren.net/2015/05/tips-hasilkan-foto-berkualitas-setara-dslr-kamera-ponsel.html

Foto kreatif pake Zenfone
https://jalantikus.com/gadgets/13-foto-kreatif-yang-bisa-kamu-ciptakan-dengan-asus-zenfone/

Mengenal Sensor Kamera
http://www.digitalpoins.com/index.php?route=pavblog/blog&id=14

53 thoughts on “Hobi Fotografi dengan Kamera Ponsel, Mungkinkah?

  1. reviewnya manstabs. Sayang banget si Deni ga hobi selfiesukaesih yaaa? Padahal baru mau d ajak selfi pake kameranya :p

    Eniwey asik-kan fotografi ponsel deh ketimbang nenteng2 dslr. Lebih mengasah skill gt loh. Kalo pk ponsel lht objek, cekreeeek. Kalau jd paparazi lebih gak ketahuan,hahahaha

    Liked by 2 people

    1. Hehe… pemalu si Deni-nya. Ada apa-apa langsung dipalu sama dia. **apasih
      Betul Mbak, kudu lebih presisi motret pake ponsel. Apalagi kalo sambil jalan, ga stabil. Tapi justru di situ letak keseruannya. Praktis, tp butuh tantangan.

      Like

      1. Betul. Pasti ada kompensasi noise yg hrs ditebus. Ya wajar menurutku. Kamera ponsel lain jg blm tentu ga ada noise nya. Bahkan kamera DSLR sekalipun. 🙂

        Like

  2. Walo pake mirrorless camera, tapi aku malah lebih sering motret pake kamera smartphone. Kalo motret di outdoor n cahaya lagi melimpah ruah, kadang hasil keduanya susah dibedain. Hahaha😀. Pake smartphone lebih praktis n gak terkesan mengintimidasi ya mas☺.

    Liked by 2 people

    1. Hahaha. Sayang bener tuh mirrorless-nya. Sini buat saya aja. #ngarep
      Betul mbak. Kalo pake DSLR ada beban mental jg. Seakan2 kalo motret pake DSLR itu pasti bagus. Padahal ya ngga.. 😀

      Like

  3. Ini tulisannya keren, mengcompare langsung secara dalam antara kamera ASUS Zenfone 5 dengan DSLR. Pas banget ama temanya “Aku dan Kamera Ponsel”. Jika saya merupakan salah satu dewan jurinya, tulisan ini akan masuk dalam salah satu pilihan. Semoga sukses Mas Bro. Salam dari Pontianak Kota Bersinar… 🙂

    Liked by 1 person

  4. Ini keren banget tulisannya, membuat perbandingan antara kamera di smartphone ASUS Zenfone 5 dengan DSLR. Pas banget dengan tema yang diusung yaitu “Aku dan Kamera Ponsel”. Semoga menang ya Mas Bro. Salam dari Pontianak Kota Bersinar… 🙂

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.