Bismillah…
Kenapa TPS dan TPA itu bau? Karena banyak bahan atau sisa makanan organik yang membusuk. Kenapa banyak bahan atau sisa makanan organik yang membusuk di situ? Karena kita sendiri yang dengan atau tanpa sengaja mengikutsertakan bersama sampah-sampah non-organik untuk dibuang di tempat sampah. Terus… aku kudu piye?
Ok, kembali lagi di tema DPS. Kali ini terkait persoalan yang kita hadapi sehari-hari, yaitu sampah rumah tangga, atau sampah domestik, tapi bukan sampah masyarakat ya. Berdasarkan data dari KLH yang sepertinya akurat, sampah rumah tangga menempati posisi teratas sebagai penyumbang volume terbanyak timbunan sampah di tempat-tempat pembuangan sampah, baik TPS maupun TPA. Sisanya baru ditempati oleh sampah dari pasar tradisional, sampah dari kawasan komersial, dan sampah-sampah dari fasilitas publik, seperti sekolah, taman-taman kota, dsb. Kecuali sampah dari industri yang sepertinya masih menjadi misteri.
Jadi sebenarnya ya kita-kita ini yang memang “nyampah” di lingkungan sendiri. Seharusnya ga perlu merasa terlalu jijik, atau merasa terlalu terganggu dengan baunya yang sedap itu kalau pas melewati area TPS dan TPA. Masih untung hanya kena baunya pas lewat, coba bayangkan gimana nasibnya orang-orang yang tinggal di sekitar area TPS dan TPA. Tiap hari harus mencium bau-bau busuknya timbunan sampah yang bahkan mungkin juga sudah mencemari air tanah di kawasan tersebut. Bayangkan juga gimana beratnya tugas para pemulung dan petugas kebersihan yang hampir setiap saat selalu bertemu dengan barang-barang sisa bernama sampah. Tidak seharusnya kita ikut mengeluh atas banyaknya timbunan sampah yang bau dan jorok, terutama di kota-kota besar. Karena memang kita-kita sendiri lah yang paling dominan memperparah kondisinya. Dan lagi ya, mengelola sampah itu tidak gampang. Jauh lebih gampang menyelesaikan tugas akhir yang pengujinya adalah dosen killer sekalipun. Halah.
Daripada ikutan mengeluh terkait masalah sampah, lebih baik kita ikut membantu meringankan beban kerja bapak-bapak pemulung dan petugas kebersihan, dengan sedikit memperhatikan kondisi sampah yang kita setor ke mereka. Tidak usah jauh-jauh ke TPS atau TPA, cukup dari sampah-sampah terdekat kita saja, dari sampah-sampah yang kita hasilkan sendiri dari konsumsi sehari-hari di rumah. Apa saja yang perlu diperhatikan? Berikut adalah beberapa perlakuan terhadap sampah rumah tangga versi saya, yang sebisa mungkin saya coba terapkan. Tidak mutlak sih, tapi yaa minimal ada usaha. Kalau ternyata ada yang tidak cocok dan kurang sesuai dengan sikon di masing-masing tempat tinggalnya, mohon maaf. Tidak harus mengikuti cara yang saya lakukan. Boleh kok memberikan saran dan kritik di kolom komentar.
- Jangan Sisakan Makanan
- Pisahkan
- Dikubur
- Dibuat Kompos
- Usahakan Sampah Anorganik Dalam Kondisi Kering
Sebaiknya, biasakan untuk tidak menyisakan makanan. Terutama makanan-makanan yang tidak tahan lama untuk disimpan. Seperti nasi, roti tawar, sayuran, lauk pauk, buah yang sudah dikupas, sambel bikinan sendiri, sambal goreng kentang, ayam goreng kremes, tongseng kambing, empal gentong, soto sulung madura, sate maranggi purwakarta, nasi pecel madiun. Maknyus… **lha ini malah nge-list makanan, maaf #efekpuasa
Bukannya serakah, bukannya nggragas. Tapi memang begitu kan sunnahNya. Biar ga mubazir aja. Selain itu, agar tidak menjadi sampah. Kalaupun terpaksa-terpaksanya bersisa, misal karena terlalu banyak, ga habis, keburu basi, kapalang njamur, atau hanya tersisa tulang belulang yang berserakan dan tertinggal hanya bungkus daun pisangnya doang. Maka yang berikutnya adalah,
Usahakan untuk TIDAK membuang sisa-sisa makanan tersebut atau sampah organik sejenis secara langsung ke tempat sampah, walaupun ada tempat sampah yang terpisah sekalipun. Karena dari awal memang kita tidak hendak membuangnya ke TPS atau TPA. Maksudnya dipisahkan di sini adalah ya ditaruh saja di tempat sementara, misal piring kotor, mangkok bekas pakai, panci, atau bisa juga ember kecil. Tidak perlu terlalu besar karena “sementara” yang dimaksud di sini rentangnya hanya 1 hari. Maksimal 2 hari lah. Tidak lebih dari itu. Bukan apa-apa, bakalan bau. Bisa-bisa muncul benang-benang jamur juga kalau wadahnya dalam kondisi tertutup. Nah, kalau tidak dibuang diapain?
Dikubur di dalam tanah adalah salah satu solusi paling simpel. Karena dengan kedalaman tertentu dan volume sampah organik tertentu, proses pembusukan akan berlangsung dengan aman, tidak ada bau yang menyebar, tidak ada serangga terbang yang mengerubuti. Bandingkan kalau pembusukan dibiarkan secara terbuka, tidak di dalam tanah. Pasti banyak belatung dan beraneka jamur yang bersemayam. Ewww. Itulah yang terjadi pada TPS dan TPA yang ada sekarang.
Cara menguburnya gampang banget lah. Semua orang pasti tahu. Tinggal masalah mau atau tidak. Kita cukup memanfaatkan lahan tanah yang ada di sekitar rumah secukupnya. Sempit pun tidak masalah. Bisa taman depan, area pinggir jalan, pekarangan belakang rumah, atau bisa juga dengan memanfaatkan tanah dari pot-pot tanaman yang kita punya.
Sediakan peralatannya (cangkul kecil atau cethok atau sekop kecil) → Pilih spotnya → Gali tanah dengan kedalaman dan luasan seperlunya → Masukkan sisa makanan → Kubur → Lalu tandai.
Bagi yang tinggal di permukiman padat di kota besar yang biasanya sudah tidak mempunyai lahan kosong sama sekali, nah itu, saya juga ga tahu. Mungkin salah satunya bisa dicoba dengan ini:
Dengan membuat sampah organik menjadi kompos, artinya kita membuat nilai guna untuk sampah yang semula hanya menjadi bahan yang “terbuang” menjadi bahan yang bermanfaat untuk kesuburan tanah. Untuk proses dan cara pembuatannya bisa di-googling aja ya. Dulu saya pernah tahu, tapi sekarang lupa. 😀
Nah, setelah memisahkan dan memproses sampah-sampah organik, yang tersisa dan mungkin bisa disebut sebagai sampah yang sebenarnya adalah sampah anorganik. Ironisnya, sampah jenis ini justru lebih banyak volumenya. Analoginya, coba beli Ch*ki. Bandingkan volume bungkusnya yang begitu besar dengan isi Ch*ki-nya yang hanya seuprit untuk kita makan. Mungkin orangtua-orangtua kita dulu ada benarnya, “Nak, jangan banyak-banyak makan Ch*ki, bisa jadi bodo, karena otakmu nanti kosong kayak bungkusnya Ch*ki.”.
Terkadang, walaupun sudah tersisa bungkusnya, sampah-sampah anorganik ini masih meninggalkan sisa-sisa makanan organik. Usahakan saja sisanya tidak terlalu banyak. Apalagi kalau kasusnya adalah botol air minum atau susu kemasan. Kadang kita langsung saja membuangnya walaupun masih ada air di dalamnya. Kalau air mineral mungkin gpp. Tapi kalau isinya susu, kopi, teh, es cendol, spr*te, fant*, nata de coco, cincau, kelapa muda, masih ada esnya lagi. Seger. **malah nge-list minuman seger, maaf #efekpuasa lagi 😀
Sebisa mungkin kosongkan dulu wadahnya. Syukur-syukur kalau bisa menjadi barang recycle. Selain mengurangi timbunan sampah, juga mengasah kreativitas.
Itu…
Sekian tips yang abal-abal dan agak maksa ini. Semoga puasa hari keenam ini menjadi semakin berkah dengan manfaat yang kita berikan ke lingkungan, salah satunya dengan cara mengurangi timbunan sampah yang ada. Termasuk meringankan beban kerja para pemulung dan bapak-bapak petugas kebersihan. Aamiin.
Biar abal-abal yang penting simple, mudah dimengerti, dan seharusnya tidak sulit diikutin ini. Tips yang bagus. Tinggal kita jalanin ajah ini. 😀 😀
LikeLiked by 1 person
Hehe. Makasih mbak Yuna. 😀
LikeLike
Aku termasuk yang gak punya lahan tanah sama sekali. Hiks hika
LikeLiked by 1 person
Nah itu.. sy jg bingung gmn solusinya kl ga ada lahan sama sekali di sekitar rumah.
LikeLike
tanam sampahnya dalam pot, tutupi lagi dengan tanah, besok masukin sampah lagi, tutup tanah lagi..
diulang sampai pot penuh, diamkan 2 bulanan udah jadi kompos
LikeLiked by 1 person
atau pakai keranjang Takakura juga bisa
LikeLiked by 1 person
wah, sepertinya mbak Monda lebih berpengalaman 😀
LikeLike
eeh…nggak juga Andik, karena di rumah ngerjainnya pakai pot walau nggak selalu sih, pas males ya nggak… he…he.. belum konsisten,
di puskes pakai keranjang Takakura
LikeLiked by 1 person
Hehe… iya betul Mbak, konsistensi yang paling berat. Kadang kalau lagi muales, ya langsung bungkus trus dibuang saja ke tempat sampah. Abis itu baru menyesal, kenapa ga dibersihkan dulu tadi ya. Kasian petugas kebersihannya.
LikeLike
Keren nih tips nya bener juga sih ya, mending ditimbun tapi mesti tiap hari dong?
LikeLiked by 1 person
Bisa 2 hr sekali kok mbak. Tapi ya gt, semakin lama semakin bau. Ada ide lain sih, disimpan sementara di kulkas utk mengurangi efek pembusukan. Tapi jdnya agak jorok buat isi kulkas yg lain. 😀
LikeLike
Kalau ngubur sampah udah nggak bisa. Nggak ada lahan. Tanah kecil dibangun semua 😀
LikeLiked by 1 person
Itu salah satu kekurangan kehidupan di perkotaan yg padat penduduk ya bang? Pas di surabaya jg sama sih, padet banget, nemu tanah sepetak saja sudah susah. Apalagi lapangan. Kasian anak2 skrg sudah semakin minim lahan utk bermain scr lepas.
LikeLike
wajib dipraktekkan
LikeLiked by 1 person
Siyap.. mbak Winny 🙂
LikeLike
Tipsnya oke mas, aku semejak menikah suka memisah-misahkan sampah. Yg non organik kadang dibikin Karya kalo lagi rajin, tapi yg organik ini susah mau dikubur dimana yaaa huhuhu
LikeLiked by 1 person
Permasalahan lahan kosong memang susah didapat skrg ini. Apalagi di tengah2 kehidupan kota yg semakin padat. Makanya bingung jg mengatasi masalah sampah ini. Hehe… wah bagus itu, ngecrafting dr barang2 recycle..
LikeLiked by 1 person
Iya ya mas, kalo di rumah ortu alhamdulillah masih ada lahan kosong tapi orang2 distu juga ga pernah deh ngubur sampah organik keseringan dibakar.
LikeLiked by 1 person
Iya ya, dibakar juga merupakan salah satu solusi. Tapi kadang asapnya itu lho yg bs mengganggu tetangga sekitar. 😀
LikeLike
Makasih banget tips nya mas, bisa dipraktekkan dengan mudah nih. Saya sudah lama dengar tentang teknik pemisahan sampah, yg organik dan non organik. Tapi saran dikuburkan baru baca saat ini, dan ini bagus banget karena dapat meringankan beban pekerja pendaur sampah selain itu juga mengurangi efek samping dari pembusukan terbuka di TPS/TPA.
LikeLike
Hahaha, pertama Cinta pengin ketawa dulu nih. Cara nulis mas Andik yang lucu buat ya baca jadi ga boring. Pesannya ga kerasa tapi udah nyampe dulu ke otak.
Cinta suka dengan tulisan Anda. ^__^b
LikeLiked by 1 person
Alhmdlh… ga terasa juga tiba2 membesar aja nih kepala…
LikeLiked by 1 person
Haha, awas gejala kurang baik, mulailah anda pegangan, kalo ga bisa terbang 😂😂😂
LikeLiked by 1 person
Tenang-tenang.. semua terkendali. Kecuali yg bagian Tersanjung 6. 😀
LikeLiked by 1 person
Ahaha. Sya sudah lupa serial itu mas. Sekarang yg lagi ngehits Conjuring 2 ( tp Cinta ga berani nonton, serem ). Eh ada lagi mas, tgl 5 Juli yah jgn lupa nonton Jilbab Traveler love spark in Korea, di seluruh bioskop di Indonesia. *jiah malah iklan 😂
LikeLiked by 1 person
Wah.. sama, sy jg blm nonton. Lha wong yg pertama aja blm nonton jeh. Wah… jgn2 saya ini sedang ngobrol dengan salah satu pemeran Jilbab Traveler… :-O
LikeLiked by 1 person
Aduh jadi Cinta yang terbang nih. Gimana nich mas kalo Cinta ga bisa turun lagi? Udah male, siapa yg mau nolongin coba?
LikeLiked by 1 person
Jangan terbang dulu. Itu belum dibayar yg 50rb nya. 😀
LikeLiked by 1 person
Masih inget aja, *padahal pengin cari topik lain biar lupa, biar dikasih gratis 😂
LikeLiked by 1 person
Eh serius? Salah satu pemeran Jilbab Traveler?
LikeLiked by 1 person
Bukanlah mas. Tp Cinta ni penggemar penulis novelnya. Bunda Asma Nadia sosok yg inspiratif sekali, makanya sekalian iklan filmnya hehe
LikeLiked by 1 person
Ooo.. ya ya. Saya jarang baca novel sih. Suka ga kuat dengan settingan cerita yg panjang.
LikeLiked by 1 person
Wuah, sayang sekali…pdhal dlm cerita yg pnjg itu Cinta menemukan keasyikan trsendiri. 😁
LikeLiked by 1 person
Keliatan sih dari isi blognya 😀
LikeLiked by 1 person
Hehehe, msa mas? 😁
LikeLiked by 1 person
Betul betul betul…
LikeLiked by 1 person
Eh trnyta Upin-Ipin tah 😂
LikeLiked by 1 person
Baru nyadar dia
LikeLiked by 1 person
Iya mas, baru konsen ni habis minum A**a 😀
LikeLiked by 1 person
Aqua maksudnya? 😀
LikeLiked by 1 person
Haha iyo mas, iku maksud Cinta. Kirain dilarang nyebur merk di sini. 😁
LikeLike