penyebab pemerkosaan itu laki-laki atau perempuan

Penyebab Pemerkosaan Itu Laki-laki atau Perempuan?


Bismillah…

penyebab pemerkosaan itu laki-laki atau perempuan

Sungguh miris mendengar berita-berita kasus pemerkosaan yang terjadi akhir-akhir ini. Sebut saja kisah tragis YY yang masih hangat di kepala kita. Bagaimana sadisnya perlakuan para pelaku kepada korban. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 14 orang mendzalimi kehormatan si korban hingga meninggal. Yang membuat agak gerah kebanyakan orang adalah ancaman hukuman yang diberikan kepada para pelaku yang hanya 10-15 tahun penjara, dengan alasan karena sebagian pelaku masih di bawah umur. Di media-media sosial pun jamak dibicarakan. Beraneka sumpah serapah turut menghiasi linimasa. Ada yang bilang musti dikebiri lah, hukuman mati lah, atau minimal hukuman seumur hidup. Mungkin wajar, publik banyak yang murka dengan penegakan hukum di Indonesia. Bayangkan saja kalau ada saudara kita, adik perempuan kita, yang diperlakukan sedemikian sadis hingga meninggal. Naudzubillah. Tapi ternyata para pelakunya hanya dihukum penjara dalam waktu yang relatif “sebentar” saja. Pun tidak ada jaminan bahwa para pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Dalam kurun yang tidak lama, terdengar juga kasus serupa. Tidak kalah sadisnya. Anak balita yang masih berumur 2.5 tahun sudah menjadi korban pemerkosaan. Bukan oleh sekumpulan anak-anak SMP, melainkan oleh seorang pemuda berumur 26 tahun yang “katanya” kalap hanya karena tidak bisa melampiaskan hasrat birahinya pada lawan jenis yang berusia dewasa. Entah apa yang telah diperbuat pelaku kapada korban hingga banyak sekali luka lebam hingga akhirnya meninggal dan ditelantarkan di belakang rumah. Kasus yang kedua ini bukan hanya membuat miris. Melainkan sudah di luar ambang batas pemikiran rasional kita sebagai manusia yang “katanya” adil dan beradab. Kok ya bisa-bisanya sampai terpikir buat mencabuli anak yang bahkan masih layak disebut bayi. Parah banget. Hewan saja fitrahnya tidak begini.

Dua potret kejadian di atas hanyalah segelintir fenomena kejahatan seksual sekaligus pembunuhan yang sempat mencuat ke permukaan media. Saya yakin masih banyak kasus di luar sana yang tidak kalah sadisnya tapi tidak pernah atau belum sempat dimuat oleh media. Bahkan saya juga yakin banyak dari teman-teman yang mengetahui kejadian-kejadian serupa tapi memilih untuk tidak diceritakan ke khalayak. Karena bagaimanapun juga, rasanya lebih miris menceritakan kejadian yang menimpa korban daripada rasa amarah kepada para pelakunya. Sayapun juga belum sempat menceritakan tentang rawannya kejahatan di lingkungan KuMis MeWah, termasuk di dalamnya kasus kejahatan seksual dan pembunuhan. Percayalah, itu ada dan memang rawan sekali terutama di lokasi-lokasi yang seperti itu. Kalau istilah Jawanya sering disebut sebagai biangnya maksiat mo-limo (5M). Tapi belum akan saya bahas di sini. Insya Allah di postingan yang selanjutnya saja. Kalau ingat!

oOo

Penyebab Kasus Pemerkosaan

OK. Kembali ke kasus pemerkosaan. Barangkali ada yang familiar dengan pendapat seperti ini? Atau pandangan yang serupa / setipe / mirip dengan pernyataan berikut ini:

1

Kasus pemerkosaan banyak disebabkan oleh kaum hawa yang sering tidak berpakaian dengan sopan dan tertutup. Sehingga mengundang nafsu kaum adam yang melihatnya.

Atau mungkin yang ini:

2

Memang dasarnya saja banyak pria berhidung belang. Mau pakaian setertutup apa juga kalau sudah niat jahat mah ya jahat aja.

Atau… yang ini:

3

Buktinya, ada juga kasus pemerkosaan terhadap wanita yang berjilbab.

Menurut saya, ketiga pernyataan tersebut memang BETUL, karena ya memang begitu kejadiannya. TAPI… sepertinya itu masih PARSIAL. Akan lebih baik lagi jika dilihat secara menyeluruh. Bukan dari satu atau dua sisi saja. Bukan berdasarkan pendapat satu atau dua pihak saja. Bukan pula mengacu dari satu atau dua bukti saja. Melainkan dilihat secara UTUH sebagai permasalahan kompleks, walaupun pengertian “menyeluruh” antara satu orang dengan orang yang lain belum tentu sama ya. Tapi yang jelas sebaiknya tidak langsung men-judge segala sesuatunya dari apa yang nampak saja. Karena setiap kejadian pasti timbul akibat rentetan kejadian yang lainnya. Begitu sunnahNya.

Dalam kasus pakaian wanita yang dibiarkan terbuka dan serba minim, sehingga menarik perhatian lawan jenis, yaa memang itu bisa dibenarkan menjadi salah satu pemicu tindak pemerkosaan, atau dalam takaran yang lebih rendah berupa perilaku pelecehan seksual di tempat-tempat umum. C’mon guys. Rasanya hanya laki-laki yang abnormal saja yang tidak terpengaruh dengan pemandangan yang seperti itu. Apalagi langsung disajikan di depan mata.

Ah.. tapi kan tidak sedikit juga yang justru pakaiannya tertutup malah menjadi korban pelecehan hingga pemerkosaan.

Betul. Memang betul itu. Tapi perlu diingat, kejadian itu tidak serta merta spontan dan terjadi secara langsung dengan orang yang sama. Pasti ada AKUMULASI proses dan KESEMPATAN. Masih ingat beberapa poin penting hasil seminar dari Ibu Elly Risman terkait bahaya kecanduan pornografi yang sempat booming beberapa tahun silam? Saya kebetulan tidak menemukan link blognya yang pernah membahas keterkaitannya dengan peristiwa penutupan gang Dolly oleh Bu Risma, Walikota Surabaya. Intinya, kecanduan pornografi memang sangat berbahaya. Adiktif. Dan kadarnya akan terus meningkat dari waktu ke waktu jika tidak dihentikan. Yang awalnya hanya mendengar cerita, lalu melihat gambar, menonton video, hingga muncul keinginan untuk melakukannya di dunia nyata. Ini adalah proses yang terakumulasi, terutama di kalangan kaum laki-laki yang memang secara fitrah lebih berperan dalam hal ini. Memang kalau melihat sekali, mungkin belum terasa apa-apa. Semriwing dikit. Dua kali, mungkin akan terasa sedikit kurang. Tanggung. Tiga kali, kok pinginnya yang lebih ya. Begitu seterusnya, hingga tinggal menunggu waktu saja kapan meledaknya. Jadi, kalaupun Anda mengenakan rok mini di jalan, bukan berarti Anda sendiri yang bakal jadi korban pemerkosaan di saat itu juga. Belum tentu. Karena mungkin belum cukup terakumulasi pada si calon pelaku. Dan mungkin belum mendapatkan cukup kesempatan untuk melakukannya. Tapi… bisa jadi orang lain, kenalan, teman, atau bahkan mungkin saudara Anda sendiri yang menjadi korban. Tentunya mungkin oleh calon pelaku yang lain, di tempat dan waktu yang tidak sama, namun sudah cukup terakumulasi dan PAS momennya. Masuk akal?

Gencarnya Serangan Media

Tidak dapat dipungkiri, media-media yang ada sekarang masih didominasi oleh pemain-pemain kotor. Banyak norma yang dilanggar. Tidak sedikit etika yang hanya jadi wacana. Tujuannya hanya satu, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari konsumen dengan cara apapun, termasuk membuatnya kecanduan menikmati setiap konten yang disajikan. Yang luar biasanya itu, caranya bisa benar-benar sangat halus. Mulai dari lirik lagu yang sedikit diserempetkan namun banyak yang ga nyadar. Sampai adegan ciuman yang celakanya sekarang semakin dianggap “wajar” untuk dikonsumsi publik tanpa ada saringan apapun, khususnya kelompok usia dan jam tayang. Bukan hanya acara utama dan film lho, tapi iklan-iklannya juga begitu. Mungkin ada benarnya kalau dulu pernah populer slogan yang berbunyi, “Matikan TV-mu”. Atau barangkali ada sedikit manfaat dari kebijakan Bapak Menkominfo yang sempat memblokir beberapa situs porno dan beberapa layanan penyedia konten video, walaupun belum tentu benar-benar “ngefek”.

Oh ya, media yang tidak kalah serem sekarang ini adalah media sosial. Bayangkan, seluruh orang di dunia berkumpul di satu tempat di dunia maya, dan saling berbagi informasi sebebas-bebasnya, tanpa ada batasan kewarganegaraan, jenis kelamin, dan usia dalam mengaksesnya. Kalau TV mungkin masih ada jeda yang cukup lama untuk menyiarkan suatu berita. Kalaupun siaran langsung, tetap ada penyuntingnya. Kalau situs berita mungkin juga masih ada jeda yang lumayan, karena editor juga butuh waktu untuk mem-publish. Kalaupun ada yang “katanya” update setiap detik, tetap ada proses pengumpulan informasi untuk kemudian disajikan ke konsumen dengan gayanya masing-masing. Tapi kalau media sosial yang notabene adalah UGC (user generated content), jangan harap ada sensor. Sharing informasi sudah begitu sangat dimudahkan di media sosial. Sangat cepat. Bahkan sudah terbukti pada beberapa kasus, seperti pemboman Sarinah, orang-orang sudah tahu lebih dulu infonya dari media sosial, sebelum situs berita dan TV mengulasnya. Dan bayangkan sekarang anak-anak SD saja sudah bisa mengaksesnya. Ngeri…

Sama-sama Saling Menjaga

Jadi, yang salah siapa? Laki-laki atau perempuan? Yang salah adalah saya, Anda, dan kita semua karena tidak dan belum menganggap hal ini sebagai masalah yang penting. Lha wong para pelaku dan korbannya rata-rata ABG dan anak-anak masih bau kencur kok masih dianggap sepele. Serem bos!! Ya sama… saya, Anda, dan kita semua juga sama-sama bingung mau bagaimana mengatasinya. Tapi yang jelas dengan saling menyalahkan sudah pasti tidak akan membantu. Mungkin akan lebih baik jika kita SALING MENJAGA. Yang perempuan menjaga kehormatannya. Yang laki-laki menjaga pandangannya. Masyarakat menjaga berlakunya norma. Negara menjaga tegaknya hukum. Orangtua menjaga kualitas pendidikan anak. Anak menjaga adab dengan orangtua.

Kembali ke Keluarga dan Agama

Tapi rasa-rasanya ada satu hal penting yang semakin ke sini sepertinya semakin kita lupakan, yaitu kembali ke keluarga dan agama. Bagaimanapun juga kontrol paling awal itu datangnya dari keluarga. Bagaimana mau ada kontrol jika keluarga dalam arti sebenarnya saja banyak yang tidak terbentuk sempurna. Ibu terlalu sibuk berkarir dan bersosialita. Ayah jarang hadir di rumah. Begitu nyampai rumah tenaga sudah payah. Komunikasi tak terarah. Apalagi anak-anaknya yang seringkali tidak masuk hitungan sebagai penerus cita-cita dan sebagai sesuatu yang sudah diamanahkan sejak awal ikrar berumahtangga. Astaghfirullah… **a-big-note-to-myself

Dan bagaimanapun juga solusi paling paripurna itu datangnya dari agama. Bagaimana mau paham solusi kalau belajar agama saja ogah-ogahan. Seakan agama ini hanya lifestyle. Diambil yang enak-enaknya saja. Menyuruh anak mengaji tapi orangtuanya sendiri tidak mencontohkannya. Selalu beralasan yang macem-macem kalau urusan mengkaji agama. Entah takut banyak aliran sesat lah. Entah khawatir menjadi radikal lah. Entah ga sempat lah. Padahal yang diacu hanya referensi-referensi dari media sosial saja. Astaghfirullah… **a-very-very-hard-reminder-for-myself 😥

Semoga kita senantiasa dalam perlindunganNya. Aamiin

oOo

Sedikit Referensi

http://www.hidayatullah.com/iptekes/kesehatan/read/2013/05/20/2453/kerusakan-otak-akibat-pornografi-mirip-mobil-ringsek-akibat-benturan-keras.html

penyebab pemerkosaan itu laki-laki atau perempuan
Infografis dari Divisi Humas Polri

43 thoughts on “Penyebab Pemerkosaan Itu Laki-laki atau Perempuan?

  1. Sekarang kalo liat berita di tv, jadi ngeri sendiri mas. Adaaa aja ‘cerita’ baru ttg tindakan asusila. Kemarin di sby, pelakunya masih kecil, paling kecil kelas 3 SD 😢
    Setuju, Sama-sama saling menjaga aja

    Liked by 1 person

    1. Sangat Bang, sangat berat… padahal untuk mempersiapkan generasi yg sholeh dan sholehah itu butuh minimal 2 generasi. Yang dipersiapkan adalah calon ibu dan bapaknya.

      Like

      1. pernah baca sebuah kalimat, entah ini ungkapan ulama…. shababat…. atau hadits… yg bunyinya kira-kira…

        tidaklah berganti suatu zaman melainkan kondisinya lebih buruk dari zaman seblumnya

        😦

        Liked by 1 person

  2. pendapat nomor satu itu bagian dari rape culture dan pola pikir misoginis sih menurut saya.
    menyalahkan korban pelecehan seksual terutama perempuan sebagai penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual di masyarakat indonesia dianngap lebih wajar daripada menyalahkan pelaku kenapa tidak bisa menahan keinginan seksualnya.
    seperti kasus kekerasan seksual pada seorang gadis smp beberapa saat lalu, alih alih menyalahkan pelaku masyarakat mencari cari kesalahan korban, karena korban adalah seorang anak perempuan yang menggunakan seragam smp, maka dicari-cari kesalahanya, dan si korban jadi disalahkan “kenapa malam-malam malah jadi sendirian?”

    pola pikir menyalahkan korban kekerasan seksual yang gini yang harus diubah

    Liked by 1 person

    1. Menurut saya, kalau HANYA menyalahkan pihak perempuan saja itu tidak benar. Tapi kalau ditimbang dari kedua sisi, baik laki-laki atau perempuan, itu baru tepat. Karena memang kedua-duanya punya andil. TAPI… tidak serta merta kejadian itu terjadi secara langsung dengan orang yang sama. Karena kasus itu pasti menunggu kesempatan yang PAS untuk dieksekusi. Perlu dicatat, kalau sudah jadi pelaku, itu sudah jelas salah. Kalau sudah jadi korban, belum tentu salah.

      Like

      1. Maaf kalau kurang jelas ya, hehe. Jadi begini, korban bisa dikatakan turut andil dalam kejahatan seksual kalau memang ybs ikut memicu kejadian tsb. Misal: ikutan kumpul2 ga jelas malem2 pdhl bukan muhrimnya, atau ikutan pesta mabok2, atau justru mancing2 dan ngajak lawan jenis yg bukan pasangan sahnya ke tempat2 sepi. Itu jelas tidak bisa dibenarkan, makanya kita kan dianjurkan utk berhati2 memilih lingkungan dan pergaulan. Tapi kalau semisal ada korban yg ga ada apa2, ga berbuat apa2, tapi tiba2 jadi korban pemerkosaan, ini ga bisa disalahkan. Tapi… yg namanya kejadian itu kan selalu ada penyebabnya. Nah, maksud saya, kita jgn sampai jd salah satu penyebabnya jg, dalam istilah lain “turut andil”. Itulah mengapa saya mengatakan, kalau ada orang yg nyantai di jalanan mengenakan rok mini, atau telanjang sekalipun, tidak selalu dia yg akan jd korban, tapi sudah pasti menjadi pemicu calon pelaku kejahatan lain untuk melakukan tindakannya, di lain tempat, di lain waktu. Asal pas aja momennya, baik akumulasi birahi, atau kesempatan, mungkin bisa kejadian itu. Begitu…

        Maaf kalau masih membingungkan, hehe… ini jg blm tentu bener sih ya, hanya pendapat saya saja. Terima kasih 🙂

        Like

  3. Kasus perkosaan memang harus ditelaah secara menyeluruh, karena luasnya rentang umur pelaku dan korban, latar belakang kejadian, serta sosio kultur yang menggawanginya. Pada akhirnya saya setuju, kalau Agama memang harus dijadikan tonggak utama untuk mengurangi prevalensi kejadian-kejadian macam itu untuk terulang kembali.

    Liked by 1 person

    1. Sepakat bos. Norma dan agama ya memang ga kemana2, krn ya balik ke situ lagi. Masalah2 kita ini seakan spt rantai panjang yg sudah berkarat. Sudah lengket kmn2. Mau ditarik kemana jg ujung2nya sama, kembali ke keluarga dan agama. 🙂

      Liked by 1 person

  4. Jika dilihat secara qodratnya lelaki yang salah, karna bukankah sdh tertulis dalam sebuah alkisah bahwa “hawa” yang menggoda “adam” sehingga kita semua terjebak dalam semesta durjana, mau tampak sexy gimana pun kaum hawa jika lelakinya beradab tentu tidak akan terjadi pemerkosaan, kecuali si wanita memang menginginkan utk itu, karna di era skrg banyak seks” yang menyimpang, jika dulu hubungan seks hanya sebuah hub yang konvensional, tp berbeda utk saat ini. Semakin maju era digital, semakin banyak informasi yang diterima membuat kita manusia yang pd dasarnya memang skeptis jadi penasaran dan selalu ingin melakukan hal” yang gila (dalam berhubungan seks tentunya).

    Ini terbukti karna ada pengakuan dr beberapa teman wanita yg kadang suka berfantasi ttg perilaku seks yang mengarah ke pemerkosaan dlsb, mereka seakan menantang memang agar diperkosa sama sperti dalam setiap fantasi mereka (saya disini berbicara manusia dewasa ya, bukan yang dibawah umur) miris kedengaranya. Namun itulah kenyataanya, kasus yang sering mengudara mayoritas dari kalangan bawah. Karna mereka” ini masih dangkal ttg seks, dan kurangnya wawasan ttg kesehatan, saat otak sudah tak mampu lgi mengola syawat yang sudah dipuncak maka akan mempersetankan segala hal.

    Padahal jika mereka lebih bijak, ini sekaligus mungkin utk para lelaki yang memiliki nafsu syawat di luar ambang batas normal, banyak cara sehat untuk meredam. ex ; self service, seks toys, dlsb. (Selama tidak intens dilakukan, saya rasa tidak akan mengganggu kesehatan)

    Jadi utk para lelaki, jgn pernah menyalahkan perempuan, kesalahan ada pada otak kita (kaum lelaki) bukan pada pakaian sexy yang dikenakan wanita, karna seks itu termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi agar tidak terjadi peningkatan emosi, hendaknya salurkan dgn cara yang sehat dan aman sehingga tidak merugikan siapa pun.

    Okay, selamat liburan.
    Thx kang, ruang utk saya spam.
    ^_____^

    Liked by 1 person

  5. Hai mas Andik, sebelumnya salam kenal ya. Setelah baca tulisan ini saya langsung tergerak untuk ikut berkomentar, karena hingga saat ini masalah pergaulan bebas dan pemerkosaan masih jadi salah satu dari sekian banyaknya kejahatan yang seringnya berkutat di lingkungan anak-anak yang masih sekolah. Apalahgi Miris memang, dan semakin kesini saya jadi semakin sadar, kalau pendidikan agama dan moral memang harus ditanamkan (atau dengan kata lain sembari ikut dicontohkan) melalui lingkungan terdekat yaitu anaknya, untuk meminimalisir si anak menjadi calon pelaku selanjutnya. Juga, mungkin sedikit pendidikan bela diri dan bekal taser gun? Bahkan membayangkannya saja saya sudah ngeri…

    Sedikit informasi, mungkin sebenarnya ada banyak kasus pemerkosaan terhadap laki-laki yang tidak terekspos karena satu dan lain hal di Indonesia (meskipun ada juga beberapa kasus pedofilia yang terangkat oleh media dengan anak laki-laki sebagai korbannya), namun cukup memprihatinkan juga mengingat semua gender bisa menjadi korban dalam hal ini. Coba cari Rape of Male di Wikipedia deh, korban pemerkosaan terhadap laki-laki di Amerika juga ternyata tidak sedikit. Jadi semuanya memang harus super waspada ya.

    Liked by 1 person

    1. Salam kenal juga mb Aruna.. **eh saya bener kan manggilnya?

      Terima kasih udah ngasih komentar. Wah, bener juga ya. Saya terlewat yang bagian rape of male. Kejadian yang ga banyak terekspose mungkin karena di sini dianggap hal yang tidak wajar kali ya. Duh, jadi ga enak mau ngebayangin. **tutup mata

      Like

      1. Iya bener kok, bebas mau panggil Aruna atau Una 🙂

        Iyap, intinya memang setiap gender punya kesempatan untuk menjadi pelaku atau korban, tergantung dari banyak faktor yang sudah mas jelaskan di postingan ini. Semoga kita semua bisa menjaga diri dengan baik ya, saya juga selalu degdegan setiapkali denger berita soal kasus ini. Apalagi kalau korbannya dibawah umur dan pelakunya orang terdekat…

        Liked by 1 person

Leave a reply to Andik Taufiq Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.