pukulan ke-100

Pukulan ke-100


Bismillah…

Guru saya pernah mengatakan, “teruslah bergerak maju hingga mencapai pukulan ke-100”. Maksudnya bagaimana? Dalam menghadapi suatu masalah kita seringkali kandas dengan mudahnya. Bahkan banyak diantaranya yang sudah kalah duluan sebelum berjuang. Atau merasa gampang capek ketika mengejar cita-cita yang seakan tidak ada ending-nya. Stagnan dengan bisnis yang itu-itu saja. Untung tidak seberapa, sementara beban operasional terus berjalan.

Apa itu Pukulan ke-100?

Pukulan ke-100 dibentuk dari dua (2) buah unsur, yaitu: pukulan, dan ke-100 **anak-anak SD juga tau 😀 . Pukulan adalah efek yang ditimbulkan oleh fungsi kerja, usaha, effort, karya, dan atau upaya. Jadi pukulan itu bersifat aktif, bukan hanya sekadar menunggu pagi, padahal yang dinanti juga belum tentu kembali **apaseh.

Pukulan itu juga bersifat dinamis, bukan hanya sekadar mengemis, tanpa dibarengi oleh usaha yang realistis. Lebih tidak masuk akal lagi kalau cuman berharap yang gratis-gratis, tapi setiap harinya hanya bermodal duduk-duduk manis. Pukulan yang dimaksud di sini bukan seperti itu. Pukulan itu dinamis selayaknya pukulan dalam olahraga dan seni bela diri. Ada jab, uppercut, pukulan lurus (straight), hook, long hook, pukulan tanpa bayangan, atau apapun lah jenis-jenisnya. Yang jelas, ada kombinasi dinamis dalam pukulan-pukulan. Dan pastinya ada tenaga atau energi yang dikerahkan. Karena kalau tanpa tenaga, itu bukan pukulan, melainkan “puk-pukan”. Ga ngefek apa-apa, cuman geli aja.

Sedangkan “ke-100”, bukan semata-mata menunjukkan banyaknya pukulan yang dilakukan berdasar hitungan matematis. Angka 100 lebih menunjukkan simbol pencapaian tertentu. Nilai 100 biasanya merepresentasikan nilai maksimal dalam suatu ujian. Pun bilangan tertinggi untuk sebuah prosentase pembagian adalah 100%. Jadi, ke-100 dapat didefinisikan secara simbolis sebagai tahapan pencapaian, milestone, tujuan, cita-cita, hingga tingkat kepuasan paripurna yang dapat kita rasakan.

pukulan ke-100

Dari gabungan kedua unsur tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pukulan ke-100 adalah usaha optimal yang pas menemui titik dimana tercapai tingkat kepuasan tertinggi dalam suatu aktivitas atau bidang usaha.

  • Pukulan ke-100 Bukan Kebetulan
  • Pukulan ke-100 bukanlah kondisi yang didapat dari faktor kebetulan belaka. Pukulan ke-100 dibentuk dari serangkaian proses hingga benar-benar pas membuahkan hasil yang kita maksudkan, yang kita juga sering menyebutnya sebagai jackpot. Tidak ada yang hanya berupa faktor kebetulan di dunia ini. Karena Tuhan sendiri tidak bermain dadu dalam menciptakan alam semesta ini. Semuanya sudah berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkan olehNya sebagaimana alam semesta diciptakan untuk pertama kalinya.

    Kalaupun ada berita tentang seseorang yang mendadak kaya raya gara-gara menang undian berhadiah kapal pesiar, kita tidak tahu saja kalau ternyata dia sudah ikut undian ribuan kali dengan modal yang tidak sedikit dan dengan berbekal trik yang terus dikembangkan dari pengalaman-pengalamannya selama ini. Kalaupun ada orang yang dibilang selalu beruntung dalam bisnis. Jualan ini laku. Jualan itu laris. Ngecap sedikit saja sudah banyak pembelinya. Padahal kita belum tentu tahu, ada apa di balik faktor keberuntungannya itu.

    Keberuntungan adalah kesempatan yang bertemu dengan kesiapan.
    — Mario Teguh

    unnamed copy

  • Pukulan ke-100 Adalah Momentum
  • Pukulan ke-100 bukanlah kejadian yang sering ada. Dia ada karena di-create, didesain sedemikian rupa, dan membutuhkan proses kematangan terhadap hasil. Pukulan ke-100 biasanya bersifat momental. Titik ujung dari sebuah kejadian untuk kemudian berganti menjadi kejadian baru yang berbeda. Layaknya momentum yang dialami oleh sebuah benda yang kemudian mengarahkannya pada bentuk baru atau gerak yang lain lagi. **aseli ga paham ngetik apa saya ini

    Pokoknya itulah…

  • Pukulan ke-100 Tidak Pernah Bohong
  • Bagaimanapun juga, pukulan ke-100 wajib memerlukan proses. Tidak ujug-ujug langsung 100. Kan wajarnya musti melewati dulu deretan angka-angka sebelumnya …, 97, 98, 99. Uniknya, setiap proses yang kita lakukan untuk mengejar pukulan ke-100 itu TIDAK PERNAH bohong. Pukulan tidak akan dihitung kalau cara mukulnya asal-asalan, tidak serius, dan males-malesan.

    Ga usah protes. Memang begitu sunnahNya. Kalau memang belum berhasil mendapatkan pukulan ke-100, ya berarti memang masih ada yang salah atau kurang dengan prosesnya. Akui itu. Introspeksi diri. Tidak perlu mengklaim diri sendiri sudah melakukan usaha yang maksimal tapi nyatanya belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Tidak perlu juga sesumbar ini itu dan menyatakan diri sudah berjuang sekuat tenaga tapi ternyata ga ada buktinya.

    Curhatnya, “Ya Allah, aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kenapa gagal terus?”.

    Di dalam hatinya, “Ya Allah, gimana ini? Ga ada waktu. Ga sempat. Kapan bisa kelarnya kalau cuman dikasih 24 jam gini.”.

    Kenyataannya, “Oh.. tidak. Aku bangun kesiangan lagi.”.

    Please… no excuse, man!! Tidak perlu ba bi bu. Lakukan saja yang terbaik. Hanya dirimu dan Allah yang tahu sekualitas apa dirimu di hadapanNya.

  • Pukulan ke-100 Adalah Puncak Rasa Syukur Tertinggi
  • Yang membuat pukulan ke-100 ini begitu istimewa adalah, masing-masing orang sama-sama tidak tahu menahu sekarang sedang berada di pukulan yang ke berapa. Tapi justru bersyukurlah, karena kalau tahu, hidup di dunia ini ga akan seru. Tidak perlu gimana-gimana. Allah sudah membekali kita dengan dua (2) paket penyeimbang, yaitu: roja’ dan khouf. Masing-masing orang diberi keinginan dan harapan (roja’) untuk bisa meraih pukulan ke-100. Tapi masing-masing orang juga sudah built-in dengan yang namanya kekhawatiran (khouf). Kalau kita bener menempatkan kedua paket ini pada komposisi yang pas, insya Allah ketika mendapat pukulan ke-100, kita juga akan mendapatkan puncak rasa syukur tertinggi atas nikmatNya yang begitu luar biasa. Sebagaimana nikmat berbukanya orang yang sedang berpuasa.

Sebagian dari kita mungkin menyebut pukulan ke-100 sebagai kesuksesan. Karena analoginya sesuai. Yang membedakan orang sukses dengan yang tidak adalah dari caranya menyikapi proses. Orang sukses akan terus mencoba untuk memukul dengan segenap hati, jiwa, dan raga, tidak peduli itu pukulan ke-100 atau bukan. Terus menerus. Karena bagi orang sukses, menjalani proses dengan sebaik-baiknya itu sama saja dengan belajar. Sedangkan yang gagal, pasti berhenti dan menyerah pada pukulan ke sekian, bahkan jauh sebelum pukulan ke-100.

Apapun itu, kejarlah pukulan-pukulan ke-100-mu. Tidak perlu muluk-muluk. Tidak usah terlalu wah. Bisa memberangkatkan haji kedua orangtua sudah termasuk pukulan ke-100. Bisa mendidik anak hingga menjadi khafidz Quran adalah pukulan ke-100. Bisa membuka lahan perkebunan zaitun seluas 10 hektar juga bisa dianggap pukulan ke-100. Bebas. Tidak ada mimpi yang terlalu kecil. Tidak ada kebaikan yang terlalu sederhana. Tidak ada doa yang terlalu naif. Yang penting dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Melalui proses yang sebaik-baiknya untuk mencapai pukulan-pukulan ke-100.

23 thoughts on “Pukulan ke-100

  1. Paham kih makna Qur’an e bisa mengimplementasikan 😀 … mugo mugo aku iso 😀 … Aamiin YRA *karo kedip kedip nang sing nulis tulisan di atas :p

    Liked by 1 person

    1. Kalo menurut saya, ada yg namanya iterasi, ada juga yg namanya kombinasi. Masing2 proses biasanya membutuhkan dua hal itu. Tinggal sense-nya aja gmn memainkan kedua hal itu biar didapat hasil optimal. Contoh: agar org mengenal brand kita, diperlukan iterasi, terus aja promosi walaupun caranya begitu2 saja, soalnya ga mgkn lgsg ujug2 terkenal tanpa adanya promosi yg berkesinambungan. Kalo brand mulai surut, berarti perlu langkah kombinasi krn cara sebelumnya sudah ga terlalu efektif.

      Liked by 1 person

  2. Duh gustii…pukpukan -__- Etapi saya suka banget sama kalimat “Tuhan sendiri tidak bermain dadu”, makjleb! bikin melek banget. Dan soal usaha itu, ada temennya suami yg menang lomba nonton world cup ke brazil dari salah satu merk pencuci wajah pria. Setelah dia cerita gmn ceritanya, dia bilang ngemodal jutaan buat beli produk ybs. Luar biasaaa~

    Liked by 1 person

    1. Eh, beneran ada cerita nyatanya ya… hehehe…ya begitu kan ya… makin dipikir makin garuk-garuk kepala sendiri. Sebegitu hebatnya rancanganNya. Sampe2 ga ada yg disebut kebetulan belaka itu, semua pasti ada usaha yg mengiringi. Kalo cuman kebetulan, knp laba-laba bisa sampe bikin sarang yg begitu menakjubkan. Herannya, pasti adaaa aja serangga lain yg nyangkut buat dimakan. Kalo dibikin cuman iseng ya ga mungkin bs seakurat itu. Eh, contohnya mewakili ga ya… mbuh wes.. mumet.. 😀

      Liked by 1 person

  3. Seperti kata Dory si ikan dori: keep swimming, keep swimming ya Mas :hehe. Kita nggak akan tahu kapan pukulan ke-100 itu akan datang, tapi kalau tetap usaha mah, harus yakin kalau pukulan ke-100 itu akan datang. Namanya usaha jangan dihitung, kalau dihitung rasanya berat, begitu kata orang, tapi kalau dijalani dengan ikhlas, semua tidak akan terasa. Jika sudah berhasil, maka rasanya akan membuat bersyukur dan bahagia banget. Terima kasih sudah menginspirasi yo Mbah :hehe.

    Liked by 1 person

Leave a reply to Andik Taufiq Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.