manajemen cucian dan jemuran

Manajemen Cucian dan Jemuran, Perlukah?


Bismillah…

Mohon sebelumnya untuk tidak terlalu berekspektasi berlebihan ketika membaca judul di atas. Yang ingin saya share kali ini hanyalah hal-hal ringan dan mungkin remeh temeh agak ga penting mengenai tema Daily Problems and Solutions, khususnya terkait dengan sedikit pengalaman saya dalam hal cuci mencuci pakaian dan jemur menjemurnya. Yuuk marii.. 😀

manajemen-cucian-dan-jemuran

FYI, dari dulu sampai sekarang saya dan keluarga selalu membiasakan diri dan mengusahakan semaksimal mungkin untuk mencuci pakaian sendiri. Apakah itu pakaian kerja, sehari-hari, pakaian ibadah, jaket, terlebih lagi pakaian dalam. Kenapa? Setidaknya ada lima (5) alasan mengapa saya sampai sekarang masih mempertahankan kebiasaan ini:

  • Puas dengan Hasilnya
  • Yang pertama, dengan mencuci sendiri ada perasaan lega karena puas dengan kualitas pencuciannya. Bukan berarti dengan menggunakan jasa pembantu rumah tangga, atau laundry hasilnya lebih jelek ya. Tapi lebih puas saja rasanya. Kita bisa mengontrol mana saja “kostum” yang tepat untuk dipersiapkan buat keperluan esok harinya. Bisa lebih hati-hati dalam menangani pakaian-pakaian yang bahannya perlu penanangan secara khusus. Seperti baju zirah, kan ga bisa dicuci pake Rins*. 😀

  • Alasan Kesehatan
  • Namanya juga mencuci, pasti membutuhkan tenaga ekstra. Mencucinya juga pagi-pagi. Karena kalau kurang pagi pasti kurang maksimal hasilnya. Keburu matahari menampakkan lubang hidungnya. Sehingga otomatis kita musti bangun pagi-pagi untuk mencuci. Dan tentu perlu persiapan fisik yang OK. Bayangkan berapa kalori yang terbakar saat kita memeras satu helai baju ketika membilas dengan air. Belum lagi saat menguceknya, menyikatnya, menggosoknya. Sepenuh hati lagi. Hitungan kalorinya akan bertambah dua kali lipat kalau yang kita cuci adalah pakaian berbahan jeans. Lalu, kalikan saja dengan jumlahnya, berapa potong pakaian dalam sekali mencuci. Asumsi pencucian dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Insya Allah keker buger. Manteb to?

  • Ajang Kumpul Bersama Keluarga
  • Seringnya, aktivitas mencuci pagi-pagi adalah waktu yang pas untuk bisa bercengkerama dengan keluarga. Apalagi bagi yang mempunyai anak kecil berumur 3-5 tahun. Pas banget. Anak umur segitu biasanya sangat kepo terhadap aktivitas orangtuanya. Arahkan saja sekalian untuk ngrusuhi membantu kita mencuci. Syukur-syukur kebiasaan itu akan terus tertanam hingga dewasa. Lebih seru lagi kalau kedua orangtua ikut bersama-sama bahu-membahu dalam hal cuci mencuci. Sehingga tidak ada lagi stigma negatif yang muncul kalau mencuci baju itu adalah kewajiban istri (saja).

  • Biaya Relatif Lebih Murah
  • Kalau dihitung-hitung, mencuci sendiri relatif lebih murah. Karena minus biaya pembantu rumah tangga atau ongkos laundry. Palingan nambah di belanja sarapan saja. 😀

  • Membentuk Karakter
  • Kalau di film “Holes“, Shia LaBeouf terbentuk karakternya lewat penggalian lubang-lubang di tanah yang dilakukan hampir setiap harinya, maka dengan mencuci, karakter kita juga akan terbentuk. Yaa.. minimal rajin bangun pagi, setelah sholat subuh tidak tidur lagi, dan patukan ayam tidak lagi mengusir rezeki. Sip!!

    Bagi yang pernah merasakan menjadi anak rantau. Kuliah di luar kota dengan modal nekat. Menjadi anak kos dengan kas yang minim. Mungkin mencuci sendiri adalah pekerjaan rutin yang mau tidak mau harus tetap dilakukan. Jangankan ke laundry, makan saja cuman bisa ind*mie. Jangankan pake jasa bibi, biaya kuliah saja utang sana sini.

Nah, ada kalanya kegiatan cuci mencuci jemur menjemur pakaian tidaklah seasyik biasanya. Khususnya ketika musim penghujan seperti saat ini. Bahkan menggunakan jasa pembantu rumah tangga dan pelayanan laundry pun belum tentu menjamin. Pasalnya apa? Ya sama saja, namanya juga musim penghujan. Segala macam masalah yang terkait dengan air dan kondisi basah, pasti menjadi gangguan. Pakaian basah ya tetap saja sulit kering. Ada risiko terkena hujan. Dan rentang waktu pengeringannya pasti lebih pendek daripada musim kemarau. Sehingga siapapun yang mencuci ya tetap sama kasusnya.

Kalau datang musim penghujan seperti saat ini, biasanya saya menyiasatinya dengan sedikit strategi. Saya menyebutnya sebagai manajemen cucian dan jemuran. Hahaha… penting ga sih. 😛 Yaa penting ga penting tetap saja yang namanya pakaian menjadi bau karena terlalu lama kering itu seringkali terjadi. Pada kenyataannya, sekali saja terkena paparan hujan, di antara satu kloter jemuran pasti ada saja yang beraroma tak sedap. Ya kan?

  1. Pisahkan
  2. Pakaian kotor itu bermacam-macam kondisinya. Ada yang memang benar-benar kotor karena dipakai seharian. Ada yang lembab terkena bekas keringat. Atau ada juga yang hanya formalitas harus diganti walaupun belum kotor-kotor amat. Ketiga jenis ini sebaiknya dipisahkan sejak dalam keranjang pakaian kotor. Atau minimal dua lah. Yang bekas keringat olahraga, sama bekas aktivitas sehari-hari. Tujuannya apa? Agar kita tahu mana yang diprioritaskan untuk dicuci terlebih dahulu. Tentunya yang paling diprioritaskan adalah yang paling lembab/basah agar tidak semakin lama dihinggapi bakteri yang bikin bau.

    Pemisahan juga bisa dilakukan berdasarkan jenis pemakaian. Pemakaian luar atau dalam. Pakaian dalam tentunya lebih sering terkena bekas ekskresi dan lebih sering diganti. Pakaian dalam juga lebih berpotensi menjadi bau ketika disimpan lama di dalam keranjang cucian. Sebaiknya dipisahkan dengan non-pakaian dalam agar tidak saling mengontaminasi.

    Ada lagi pemisahan yang juga tak kalah pentingnya. Bagi keluarga yang mempunyai anggota anak-anak, katakanlah balita, maka pemisahan pakaian kotor menjadi penting. Karena kita tidak tahu apakah ada penyakit yang bisa ditularkan melalui bekas pakaian kotor dari orangtua, atau sebaliknya. Sebaiknya pisahkan! pisahkan saja gelasnya biar ramai **krik.krik.krik

  3. Rendam Secukupnya
  4. Selanjutnya terkait dengan proses pencucian. Yang pertama kita lakukan adalah merendam cucian secukupnya. Baik itu secukupnya dalam hal takaran deterjen, ataupun secukupnya dalam hal waktu perendaman. Secukupnya saja. Jangan terlalu banyak karena boros dan semakin membebani lingkungan karena limbah deterjen kita. Jangan terlalu lama karena pakaian yang direndam terlalu lama justru akan menjadi lebih bau. Kisaran yang disarankan adalah 15-30 menit.

    Semasa kuliah, saya rekor pernah merendam cucian selama seminggu. Please… jangan ditanya kenapa. Tidak patut ditiru lah pokoknya. Apa yang terjadi? Sudah bisa ditebak, baunya super sekali. Airnya menghitam. Dan mulai muncul ekosistem baru di atas rendaman pakaian saya. Orang-orang sih menyebutnya dengan jamur. Padahal tadinya saya pikir, ah itu hanya kotoran biasa. Lalu pada saat airnya mau saya buang, ternyata ada lapisan berlendir di permukaannya. Licin, lengket, dan… ah sudahlah!

  5. Gunakan Pewangi dan Pelembut Pakaian
  6. Kalau musim kemarau, mungkin dapat dipastikan bahwa pakaian kita bisa kering selama kurang lebih 12 jam maksimal. Tapi kalau musim penghujan tidak bisa diprediksi. Masalahnya, deterjen yang kita gunakan, akan menimbulkan efek bau jika menempel pada pakaian dalam waktu yang relatif lama. Salah satu solusinya, gunakan pewangi dan pelembut pakaian. Saya tidak menyebut merk ya, sebut saja Molt*. 😀

  7. Siang Jemur di Luar, Malam di Dalam
  8. Saat musim penghujan, rasanya hampir tidak mungkin kita menjemur pakaian dan langsung kering dalam beberapa jam atau maksimal sehari. Kecuali menggunakan mesin pengering. Agar tidak bau, JANGAN biarkan pakaian ditaruh di luar rumah atau ruangan ketika malam hari. Karena udara luar menjadi relatif lebih lembab daripada pada saat siangnya. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang ini. Bayangkan kalau sampai dibiarkan di luar siang malam selama 2-3 hari. Setengah kering, lembab lagi, setengah kering lagi, lembab lagi. Begitu seterusnya. Yang ada malah jamuran.

    Idealnya, jika pakaian belum benar-benar kering, sebelum maghrib sebaiknya kita masukkan ke dalam ruangan / rumah. Karena kelembaban udara dalam ruangan relatif lebih stabil. Apalagi kalau di dalam ruangan tersebut ada dehumidifier, sebut saja Ser*p Air, alat bantu untuk menyerap kelembaban udara dalam ruangan.

    Bingung mau menaruh jemuran dimana? Kita bisa menggunakan apa saja yang tersedia di dalam rumah. Gagang sapu, kursi, sepeda, ujung anak tangga, galon air mineral, dsb. Seperti contoh yang saya lakukan berikut ini.

    Akan lebih mudah bagi yang sudah memiliki instalasi tempat menaruh jemuran di dalam rumah. Atau yang sudah punya tempat jemuran portable. Tapi kalau memang tidak ada atau karena lahannya terbatas, ya sudah kita bisa memanfaatkan untuk sementara beberapa alat yang ada di dalam rumah seperti yang saya contohkan di atas. Be creative aja!

Barangkali ada yang mau menambahkan?

Semoga bermanfaat!!

30 thoughts on “Manajemen Cucian dan Jemuran, Perlukah?

  1. 1 dan 3 saya lakukan. saya nggak merendam karena cucian langsung masuk mesin cuci… (ini namanya rendam plus cuci yah) 😀

    kalau baju anak, siang di luar malam di dalam. kalau yang baju saya dan istri nggak dipindahin dari luar kecuali pas diangkat

    Liked by 1 person

      1. Kalau menurut saya yang paling berguna dari mesin cuci itu pengeringnya.. Karena saya juga udah terbiasa nyuci sendiri tanpa mesin cuci, cuma pengering itu khasiatnya sangat terasa, hoho..

        Liked by 1 person

  2. Tipsnya mantabs, mbah.
    Saya sejak sekolah menengah kedua (setingkat smu itu lho, 🙂 ) sudah nyuci sendiri. Saya biasa merendam pakaian kotor abis isya, nanti cucinya abis subuh.
    Mencuci sendiri banyak manfaat, murah biaya dan membuat olahraga tangan, 🙂

    Liked by 1 person

  3. Saya waktu kos, nyuci sendiri karena budget terbatas. Kalo skrg, nyuci pake mesin *manja hehe* nyucinya malem sepulang kerja. Jemur di dalem ruangan. Besoknya baru dikeluarin kena sinar matahari biar ga apek

    Liked by 1 person

      1. Iya ya, dikilo lumayan kalo sampe dpt 1 rumah 1. Jadi inget udah kali ketiga ilang sepatu gara2 ditinggal di teras, ga dimasukin pas malem. **malah curhat sepatu ilang 😀

        Like

  4. Mantabh Om. Aku ngewangi Ibukku nimbo plus ngucek lang nggirai. Gak ngerti podho opo gak istilahe iki. Saiki wis gak tahu ngumbah nggo tangan maneh euy. Salut gawe njenengan Mbah.

    Liked by 1 person

  5. Hahaha..😄 Kirain cuma saya yg “terobsesi” dengan manajemen cucian dan jemuran ini.. Bahkan saya pun punya draft postingan juga tentang hal yg sama.. Kapan-kapan diberesin deh dan bakalan sebutin blogmu sebagai sesama pelaku..😝 Saking terobsesinya, banyak orang bilang bahwa saya ini “control freak” utk urusan cucian dan jemuran..
    Pengalaman cuci/jemur yg saya lakukan lumayan beragam: mulai dari cuci/jemur manual, menggunakan mesin cuci 2 tabung, mesin cuci 1 tabung bukaan atas dan bawah, mesin pengering yg bajunya beneran kering tinggal pake begitu selesai proses pengeringan, kirim cucian ke laundry yg udah pake disetrika, cuci/pengeringan di tempat laundry otomatis yg bayarnya masukin koin kayak telpon umum. Belum lagi penggunaan jemuran, dari yg paling tradisional pake tali rapia, sampe instalasi jemuran indoor yg modern banget bentuknya..
    Tambahan tips: ketika merendam/mencuci, pakaian dalam kondisi tidak terbalik, jadi bagian luar ya di luar, bagian dalam ya di dalam.., bagian luar baju biasanya yg sering terkena kotoran.. Ketika menjemur, pakaian dibalik, jadi bagian luar yg terkena sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung membuat warna cepat pudar.

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.