playstation

Bahagia Melihat Anak Bermain PlayStation


Bismillah…

playstation

Jujur saja, saya kurang tahu menahu soal perkembangan dunia game console saat ini. Kalau dulu, dunia anak (cowok) sudah cukup gemerlap dengan hadirnya Nintendo Spica atau SEGA. Lalu semakin bergengsi dengan mulai hadirnya PS1 alias PlayStation generasi pertama. Masa kanak-kanak sampai remaja seakan menjadi semakin indah, walaupun kadang tidak seindah kenyataan bahwa permainan jenis ini termasuk aktivitas yang terlarang pada waktu itu, khususnya bagi yang nilai rapornya istimewa (isinya tinta merah semuwa).

Atau agak maju hingga 2-3 tahun yang lalu dimana PlayStation sudah menerbitkan hingga versi PS4-nya. Padahal seumur-umur belum pernah merasakan versi-versi sebelumnya, baik PS2, maupun PS3. Apalagi merasakan para pesaingnya, sebut saja Nintendo Wii, yang “katanya” lebih asyik dimainkan karena dilengkapi Wiimote dengan motion sensing technology-nya, yang memungkinkan kita bisa lebih bebas berekspresi. Kalau mau main game tinju ya gerakannya seperti memukul beneran. Kalau mau main tenis ya mirip layaknya memegang raket tenis betulan.

Atau yang lebih gila lagi, XBox 360 dengan Kinect-nya yang diklaim memiliki teknologi gesture sensor paling yahud. Sehingga bukan hanya bebas berekspresi, melainkan kita ga perlu repot-repot memegang joystick, remote, atau apapun lah itu sebagai kontrol inputnya. Karena Kinect sudah otomatis mengenali gerakan tubuh kita via camera sensor dan infrared projector. Asyik ya… padahal ini adalah teknologi yang sudah cukup udzur dari beberapa tahun yang lalu. Dan saya hanya pernah melihatnya saja. Lha wong mau nyentuh aja gemeteran, gimana mau mainin. #katro-banget

Tapi ah sudahlah, ga pernah main XBox juga ga patheken kok. Dibilang ketinggalan zaman juga ga ngurus. Dikatakan ndeso juga alhamdulillaah… yang penting anak saya tidak mengalami nasib serupa seperti bapaknya. Dan sepertinya memang tidak. Buktinya tadi pagi saya melihat si A, anak saya yang baru berusia 3 tahun 11 bulan, sudah mahir sekali bermain PlayStation. Keren kan!!

oOo

“Ayah Ayah… itu apa ya?” (sambil nunjuk ke arah selokan tak jauh dari tempat kami berdiri)

“Mana??”

“Ooo.. itu lipan ya Yah?”

“Oo.. bener, itu lipan, ati-ati ya, jangan deket-deket!!”

“Bukannya lipan itu kalau ada debu masuk ke mata itu ya Yah?”

“Itu kelilipan, Nak” -_-‘

“Hehe…” (sambil nyengir tanda berhasil ngerjain ayahnya)

oOo

Sungguh.. pagi tadi saya bahagia sekali melihat anak saya sudah pandai bermain PlayStation. Saya juga bangga telah berhasil dikerjain oleh anak sendiri yang bahkan masuk sekolah TK pun belum. Lanjutkan Nak!! 😀

15 thoughts on “Bahagia Melihat Anak Bermain PlayStation

  1. Hai mas Andik! Apa kabar? Saya juga tidak mengikuti perkembangan game console, tapi bermain dengan Nintendo itu nyatanya sudah cukup membuat hati saya bahagia. Hahaha.. Oya, ditambah dengan tetris something yang sampai sekarang masih kuinstall di Sony. Wah, si A bisa ikut seleksi stand up comedy ni 😛
    Btw mas, kalau boleh kasih saran ni, si A jangan keseringan main PS yah, hehe..

    Liked by 1 person

    1. Alhamdulillah kabar baik. Sudah lama daku ndak update yah.. heuheu. Apalagi BW, maafkan.. kebetulan lg harus konsen ke kerjaan nih **sok sibuk

      Betul, nintendo itu udah sangat menghibur. Simpel, gameplay-nya bagus-bagus, tidak terlalu rumit mikirnya, pure entertainment. Apa krn kita udah tua kali ya.. jdnya nganggep game-game console sekarang tll kompleks. Wkwkwk..

      Iya nih, bahaya kl terus2an playstation, jago ngeles ntar… 😆

      Like

      1. Puji Tuhan kabar baik ya. Saya juga sudah lama engga update, baru kemarin juga updatenya, sok sibuk juga. Hahaha..
        Oke, mengaku tua ya mas, hahahaha..
        Selain jago ngeles ntar, game2 bisa menghambat pertumbuhan sosialnya. Haha..

        Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.