telemarketing-tidak ya tidak

[Telemarketing] Tidak Ya Tidak


Bismillah…

telemarketing-tidak ya tidak

Agustus 2015

M : Halo… bisa bicara dengan bapak Andik Taufiq?

S : Ya, dari mana ya Mbak?

M : Perkenalkan saya Euis dari Bank P******. Menurut catatan kami, Bapak sampai saat ini masih terdaftar sebagai nasabah Bank P****** ya Pak. Benar?

S : Ya

M : Boleh minta waktunya sekitar 5 menit untuk menyampaikan program kami C**** Health Protection yang akan melindungi Bapak dan keluarga dari bla bla bla bla…

S : (Agak sedikit memotong) Lho… Mbak tadi bilangnya dari Bank P******, tapi sekarang bilang dari C****. Mbak ini karyawan Bank P****** atau C****?

M : Ya Pak. Kami dari C**** sudah bekerja sama dengan Bank P******. Boleh minta waktunya biar saya jelaskan lebih rinci mengenai programnya?

S : Maaf.. tidak Mbak.

M : Kalau boleh tau alasannya kenapa Pak?

S : Ini Mbak mau menawarkan asuransi kan?

M : Iya, tapi programnya agak sedikit berbeda dari asuransi biasa Pak. Bla bla bla…

S : Maaf.. tidak Mbak.

M : Alasannya kenapa Pak?

S : Tidak ya tidak aja Mbak. Ga perlu pake alasan toh.

M : Kan saya belum menjelaskan apa-apa Pak.

S : Ya, intinya saya tidak bersedia ditawari asuransi. Ok. Maaf ya Mbak. Terima kasih. 🙂

Minggu pertama Mei 2013

(Dari pihak C**** tetap tidak ada yang menelepon seorang pun. Rekening tetap terkena auto-debet. Akhirnya saya memutuskan untuk menutup rekening saja dengan mengambil saldo yang tersisa. Sedapatnya…)

Minggu ke-3 April 2013

S : Halo…

M : Ya. Customer service C**** ada yang bisa kami bantu?

S : Mbak.. Saya mau menanyakan soal polis yang katanya bakal dikirim paling lambat 2 minggu setelah persetujuan via telpon yang sebelumnya saya terima. Tapi sampai sekarang saya belum menerima polis tersebut.

M : Maaf, dengan Bapak siapa saya berbicara?

S : Saya Andik, Mbak. Yang sudah 3 bulan ini kena auto-debet dari C**** tapi saya belum menerima polisnya.

M : Bisa dibantu data nomer rekening atau nomer handphone-nya Pak?

S : 723XXXXXXXX

M : Baik, Pak. Di data kami tercatat bahwa polis tersebut sudah terkirim sesuai alamat yang tertera.

S : Ah, saya belum menerima apa-apa tuh? Ga bisa dikirimkan ulang saja?

M : Maaf Pak, ga bisa. Karena sistem kami bla bla bla…

S : Ya sudah. Karena saya ga pernah bisa baca polisnya, saya ajukan pembatalan saja.

M : Kalau boleh tau alasannya Pak?

S : Kan tadi saya sudah bilang, karena saya tidak menerima buku polisnya, makanya saya ajukan pembatalan.

M : Baik, Pak. Sebenarnya, buku polis itu hanya formalitas saja. Walaupun tanpa buku tsb, Bapak tetap bisa melakukan klaim. Karena nomer ID Bapak sudah terregistrasi di sistem kami.

S : Tidak Mbak, saya tetap mau membatalkan saja.

M : Tapi tetap harus ada alasannya Pak. Sebagai laporan di sistem kami.

S : Ya sudah. Alasan finansial saja.

M : Baik, Pak. Kalau begitu akan segera kami proses. Tapi mohon maaf. Kami perlu melakukan pencarian data Bapak terlebih dahulu. Paling cepat butuh 3 hari untuk searching.

S : Apa?? Mbak, katanya tadi sudah ada sistemnya. Masa mencari data saya saja bisa sampe 3 hari. Trus yang barusan Mbak baca itu datanya siapa kalau bukan data saya?

M : Ya, Pak. Untuk mekanisme pembatalan polis memang seperti itu. Bla bla bla…

S : Mbak, saya ini orang IT. Masa……

(Tut tut tut… pulsa saya habis hanya dalam hitungan menit. Padahal baru ngisi Rp.50 ribu.)

Januari 2013

M : Halo… bisa bicara dengan bapak Andik Taufiq?

S : Ya, dari mana ya Mbak?

M : Perkenalkan saya Euis dari Bank P******. Menurut catatan kami, Bapak sampai saat ini masih terdaftar sebagai nasabah Bank P****** ya Pak. Benar?

S : Ya

M : Boleh minta waktunya sekitar 5 menit untuk menyampaikan program kami C**** Health Protection yang akan melindungi Bapak dan keluarga dari bla bla bla bla…

S : Ya, silakan.

M : Bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla… (selama +-5 menit)

S : Hmm…

M : Jadi gimana Pak? Bisa saya bantu prosesnya ya sekarang?

S : Saya kan perlu membaca dulu poin-poin yang ada di polisnya Mbak. Saya bisa ke kantornya saja Mbak?

M : Maaf Pak, ini sistemnya telemarketing Pak. Rekaman telepon kita sudah cukup menjadi bukti persetujuan yang Bapak lakukan. Jadi Bapak tidak perlu datang ke kantor kami hanya untuk tandatangan. Semua sudah terwakilkan melalui rekaman telepon. Dan poin-poinnya sudah sama persis seperti yang saya jelaskan secara panjang lebar ke Bapak barusan.

S : Tapi saya tetap mau membaca dulu polisnya.

M : Baik, Pak. Polis akan secara otomatis Bapak terima paling lambat 2 minggu dari sekarang, kalau data Bapak bersedia saya proses sekarang. Yang Bapak lakukan sekarang cukup bilang “ya”, baru buku polis akan menyusul dikirim ke alamat Bapak. Jadi bisa saya bantu proses sekarang ya Pak?

S : Boleh.

M : Maaf Pak, bisa diulangi dengan “ya”.

S : Ya.


Moral cerita:

Kadang tidak perlu bersusah-payah mencari alasan hanya untuk mengatakan “tidak”. Tidak ya tidak. Semakin kita beralasan, semakin panjang urusan.

36 thoughts on “[Telemarketing] Tidak Ya Tidak

    1. Ada temen juga yg ga enakan seperti itu. Ga bisa cepet nolak dan ga enak mau nutup telepon. Yaa akhirnya diakalin pake loudspeaker, trus ditaruh saja di atas meja. Sampe akhirnya si mbak nya kehabisan kata-kata. Baru ditutup dan bilang “tidak”. 😀

      Like

      1. iya aku tau kok sistem n data2 bs dijual. sepupuku ada yg mantan telemarketing 😀
        bersyukur gaji suami msh diterima pake amplop. itu yg biikin aman jg n gak kepotong biaya admin bank 😉
        sementara rekening selalu atas nama aku yg kerjaannya tertulis cm ibu rmh tangga n cm buat transfer2 doang. suami disuruh buka rekening malah gak mau yaa itu salah 1nya takut diuber2 marketing hahaha

        Liked by 1 person

      2. Wah, keren masih pake amplop. Rasanya beda euy kalo pake amplop. Dulu saya juga sempat mengalami soalnya. Uang itu jadi terasa lebih berharga. Dan amplopnya juga bisa disimpan sbg kenangan betapa beratnya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian. 😀

        Liked by 1 person

  1. Saya memilih langsung menutup telepon, kalau sudah berkata tidak tapi tidak digubris. Memang agak kasar sih, soalnya kan yang menelepon kita juga kadang perjuangannya sudah besar banget, tapi ya ketimbang bagimana-bagaimana, setelah minta maaf saya akan langsung mematikan sambungan.

    Liked by 1 person

  2. Baru tadi pagi saya ditelepon dari bank D******. Selama ini mereka sering telp ke HP saya, baru tadi pagi mereka (coba) telp ke nomor kantor. Awalnya bilang dari pihak bank D, tapi lanjut ke pihak asuransi M*******, dan bicaranya mulai nyosor kemana-mana, haha..
    Benar mas, tidak itu tidak, hahaha..

    Liked by 1 person

    1. Hehe.. begitulah bahasa marketing.. kalau nolaknya pake cara halus belum tentu tidak ditelpon lagi… teman saya begitu, bilangnya “masih pikir2 dulu”, “belum dulu”, dan sejenisnya.. tiap selang 3 hari sekali selalu ditelpon.. 😀

      Like

  3. Target Polis: Bisa dihubungi 5 menit lagi mba, saya punya waktu beberapa menit lagi.
    Si Mba: Baik Pak.
    Target Polis: (segera blokir nomor telpon kantor dengan kode)
    Si Mbak: Ta ti tut, nomor yang Anda hubungi sedang sibuk (Berarti si mas/pak itu emang orang sibuk) hahaha 😀

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.