kemarau panjang

Kemarau Panjang (lagi)


Bismillaah…

Belum ganjil genap setahun saya menulis tentang masalah kekeringan di postingan ini. Sekarang, tepatnya dimulai dari awal puasa kemarin, daerah tempat tinggal saya kembali mengalami kekeringan yang cukup “lumayan”.

kemarau panjang

FYI, di daerah saya tinggal sekarang, tidak ada yang menggunakan jasa air ledeng alias PDAM. Entah karena perizinan atau lain hal saya kurang informasi mengenai hal itu. Sehingga tidak ada opsi lain selain menggunakan air tanah melalui sumur-sumur pompa rumahan. Kalau dulu hanya sebagian rumah saja yang pompanya tidak nyedot air. Mungkin karena kedalamannya kurang, sehingga tidak menyentuh water table. Tapi sekarang hampir semua rumah mengalami kejadian serupa. Pompa tidak sanggup menyedot air tanah. Ada beberapa pihak yang menuduh pembangunan apartemen Gateway Pasteur yang menjadi penyebabnya. Seperti yang pernah saya paparkan di tulisan saya sebelumnya. Karena memang baru musim kemarau tahun ini yang benar-benar parah seperti ini. Wallahualam.

Tapi logis juga sih. Untuk membangun apartemen dengan area seluas 5,5 hektar dari mana sumber airnya kalau bukan dari tanah. Dan tidak mungkin dong kalau nyedotnya pake Sanyo pompa rumahan biasa. Belum lagi kedalamannya yang pasti di atas 20 meter. Bukan tidak mungkin bahwa air tanah di sekitarnya dalam radius 1-2km juga akan ikut tersedot. Yaa tapi ini juga bukan berarti semata-mata menyalahkan pihak Gateway Pasteur sih. Bagaimanapun juga sebelum mendirikan bangunan di area seluas itu pasti butuh izin dari dinas tata kota setempat. Dan izin itu juga baru bisa keluar setelah melalui proses-proses yang saya sendiri kurang tahu bagaimana seluk beluk di dalamnya. Yang jelas, bangunannya sendiri sekarang sudah berdiri kokoh tegak menancap di area tersebut. Mau diapain lagi?

Ada satu hal yang menurut saya keren. Beberapa masjid di area tempat saya tinggal tidak mengalami kejadian serupa. Bahkan dapat dikatakan airnya melimpah. Entah mungkin karena sumurnya lebih dalam, atau karena faktor keberkahan yang lain. Masya Allah. Sehingga setiap hari hampir seluruh warga sekitar bergantian mengambil air di masjid-masjid tersebut. Saya sendiri ikut mengambil tidak kurang dari tiga (3) galon setiap harinya. Bergantung kebutuhan. Mau bagaimana lagi?

Denger-denger… di beberapa daerah di negara ini sekarang sedang mengalami kekeringan yang cukup luar biasa karena hujan yang tidak kunjung datang. Ada yang sudah mengalaminya selama 2 bulan, ada juga yang sudah cukup lama sampai 4 bulan. Agak ironis memang. Ketika hujan datang justru menjadi banjir, tapi ketika tidak datang langsung menjadi kering. Padahal “katanya” negeri ini mempunyai tanah yang subur, hingga tongkat dan batu yang ditancapkan ke dalamnya pun langsung jadi tanaman.

Ah… rasanya saya semakin ingin mempunyai sebidang tanah yang cukup luas untuk dijadikan kebun-kebun kurma, biji-bijian, pisang, delima, anggur, zaitun, dan tin, kebun Al-Quran. Sehingga selain bisa menjadi penyimpan cadangan air tanah di kala kemarau tiba, juga bisa memberikan sedikit sumbangsih terhadap kebutuhan pangan masyarakat sekitar. Syukur-syukur kalau bisa meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi anak cucu kelak. Aamiin.

17 thoughts on “Kemarau Panjang (lagi)

  1. Kemarin pas mudik ke daerah asal (Klaten), juga terlihat hal yang sama. Sawah-sawah mengering, bahkan ada yang tanahnya sampai retak-retak. Di rumah ortu juga air sering macet, padahal biasanya, kemarau sepanjang apapun, sanyo di rumah tetap kuat semprotan airnya.
    Kalau di Malang, pasokan air masih lancar. Kebetulah di rumah ada sumur dan juga air ledeng. Tapi bukan PDAM. Jadi di kampung ada sumber air yang lumayan besar, terus sama warga kampung dikelola dialirkan ke rumah warga. Tentunya dengan biaya tertentu setiap bulannya

    Liked by 1 person

    1. Pas kemarin mudik sih juga melihat hal serupa mbak Nanik. Terlihat gersang semua. Pohon-pohon banyak yang meranggas. Panasnya bukan main.

      Wah, padahal Malang dataran tinggi juga ya. Hampir sama dengan Bandung. Tapi syukurlah kalau tidak kekeringan seperti di sini.

      Like

  2. Air itu tanggungjawab negara harusnya ya? Lapor walkotnya bisa gak kira2 tuh Mas,kan beliau insinyur jg tuh. Semoga cepat teratasi kekurangan airnya, dan semoga jg cita2 Kebun Qurannya dpt terwujud. Amiin

    Liked by 1 person

  3. Jika Allah belum memberikan kebun-kebun yang luas… berarti diri belum cukup amanah untuk kebun-kebun itu 🙂 ….. seh butuh sinau sing akeh 😀 (talk to my self too)

    Liked by 1 person

  4. Kalo nggak salah, di negara-negara maju, penggunaan air tanah gitu udah ‘diharamkan’. Jadi semua rumah tangga cuma boleh pake jasa dari penyedia air negara (seperti PAM/PDAM) untuk kebutuhan mereka, ga boleh pake air tanah. Karena air tanah itu kan untuk menjaga kestabilan tanah biar ga turun, longsor, dsb. Dan jasa penyedia air itu gratis, ga berbayar kayak di sini. Oya, setau saya, kalo bangun apartemen itu sumber airnya juga ga boleh sembarangan dari air tanah gitu, harus ada izinnya, kalo ga salah mereka seharusnya pake PDAM deh. Tapi yaaa pasti banyak perusahaan yang ‘bandel’ terhadap aturan-aturan kayak gitu, apalagi air PDAM mahal.

    Saya juga pake air tanah sih. Selain PDAM mahal, ga enak juga airnya, bau kaporit. Entah emang semua PDAM bau kaporit atau di daerah saya doang.

    Liked by 1 person

    1. Sebenarnya kalau mau menelisik lebih jauh, di sini juga sudah ada undang-undangnya. Entah peraturan pemerintah daerah atau undang-undang negara, tapi kalau tidak salah saya pernah menerima penjelasan serupa terkait pengelolaan air ini dari salah seorang developer perumahan.

      Ya betul. Soal implementasi di lapangannya memang masih banyak sekali yang bandel. Atau justru penyedia airnya yang juga belum memenuhi syarat pengelolaan air bersihnya. Di tempat saya sebelumnya air PDAM hanya “nyala” kalau pas malam saja. Dan bener, bau kaporitnya tajam banget. 😀

      Like

  5. Ternyata merata ya kekeringannya, daerah Pekanbaru kota juga lagi kemarau. Selama Puasa hujan cuma turun rintik-rintik. Setelah lebaran sampai saat ini hujan cuma turun sedikit-sedikit. Air sumur jg udah kritis, ditambah lagi asap kebakaran hutan yg merajalela lagi. Tobat saya!

    Liked by 1 person

    1. Waduh.. asapnya itu yg sepertinya gawat ya? Tapi sampai sekarang saya itu suka bertanya-tanya.. apakah hanya dari panas matahari sudah cukup untuk membakar daun/ranting hingga terjadi kebakaran hutan besar?

      Like

  6. Secara kasat mata pasti itu andilnya apartemen itu. Buktinya selama ini penduduk gak kekeringan sebelum apartemen itu ada.
    Memang masih berlaku “cash is king” untuk mengakali peraturan dan undang2 untuk memuluskan usaha pemodal besar, wallahualam…

    Like

  7. Lihat kedua videonya Mbah. Konsepnya keren. Semoga bisa dikembangkan di banyak daerah dan semoga dirimu bisa segera punya lahan untuk mengembangkannya.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.