Bismillaah…
Sebelumnya saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H bagi segenap umat muslim yang merayakannya. Taqabbalallaahu minna wa minkum. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapati kembali diri kita menjadi pribadi yang fitrah. Aamiiin.
Sekaligus saya juga ingin kembali dari masa hiatus yang lebih kurang selama 2 bulan tidak nge-blog karena satu dan lain hal :D. Yaa… semoga bisa istiqomah lagi lah. Mumpung juga masih dalam suasana fresh lebaran, saya juga ingin membahas hal-hal yang seger-seger saja, low hanging fruits.
Cita-cita
Bagi kita yang beruntung sempat mengenyam pendidikan formal atau informal, biasanya pernah dicekoki bahwa kita itu harus punya cita-cita, dan cita-cita itu haruslah yang setinggi langit. Jangan nanggung-nanggung. Sehingga muncullah banyak stereotip model cita-cita yang populer, seperti: menjadi pilot, menjadi dokter, menjadi insinyur, bahkan menjadi seorang presiden.
Padahal, definisi cita-cita yang sebenarnya juga bukan hanya itu. Definisinya bisa lebih luas dari hanya sekadar “menjadi apa”. Melainkan ada juga yang bentuknya “mempunyai apa”, dan “melakukan apa”. Atau mungkin cita-cita tertinggi untuk bisa bertemu dengan Sang Pencipta dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Yang jelas, kita semua yang hidup pada umumnya memiliki cita-cita utama untuk diperjuangkan dan diraih.
Namun, ada kalanya cita-cita yang kita perjuangkan itu terlampau tinggi, terlalu jauh, atau terlewat “wah”. Sehingga kadang kita kehabisan tenaga sebelum mencapai tujuan yang kita harapan. Mungkin terlalu jenuh untuk meraihnya, atau waktu yang dibutuhkan terlalu lama. Untuk itulah kita kenal istilah yang dinamakan low hanging fruits.
Low Hanging Fruits
Definisi umumnya, low hanging fruits berarti target-target yang relatif mudah dijangkau, dapat diselesaikan dengan waktu relatif cepat, serta tidak memerlukan effort yang relatif tidak terlalu besar. Seperti halnya pengertian metaforanya bahwa low hanging fruits adalah buah-buah matang yang bisa dengan cepat dan mudah kita raih. Baik langsung dipetik dengan tangan sambil berdiri, menggunakan tumpuan batu, atau bisa juga dengan sedikit melompat.
Low hanging fruits terlihat simpel, karena hanya mengambil buah-buah yang dalam jangkauan kita. Tapi pada implementasinya, kesempatan-kesempatan seperti yang dimetaforakan dalam low hanging fruits ini tidak mudah, khususnya bagi yang tidak terbiasa dengan mekanismenya. Berapa banyak orang yang justru menyepelekan kesempatan-kesempatan “receh” dan “remeh” yang ditawarkan kepadanya hanya karena faktor gengsi. Mungkin karena nilainya yang kecil, atau harganya yang murah. Padahal di sisi lain ada sebagian orang yang jeli dan cukup bersyukur dengan kesempatan-kesempatan semacam low hanging fruits ini. Kenyataannya, peluang adanya low hanging fruits ini cukup tinggi, tapi juga cepat hilang. Karena banyak orang yang lewat juga berpikiran sama untuk langsung menggapai dan memakannya.
Dalam dunia bisnis atau profesionalisme, kadang kita terlalu terpaku pada tujuan utama yang tak kunjung membuahkan hasil. Dan tetap terpaku sehingga tidak terlatih untuk melihat banyaknya opportunity lain di sekeliling kita. Ada sebagian yang stres hanya karena gagal meraih jabatan idaman yang diinginkan. Ada juga yang putus asa hanya karena tidak lulus UN. Bahkan banyak yang merasa minder menjadi buah bibir orang-orang hanya karena kondisi ekonomi keluarga yang gitu-gitu aja, tidak punya kendaraan mewah, rumah masih ngontrak, padahal sudah lama lulus dari salah satu perguruan tinggi bergengsi di negeri ini. Padahal, bisa jadi sesuatu yang kita anggap remeh justru merupakan jalan terbaik menuju apa yang selama ini kita cita-citakan.
Kalau mau dianalogikan, semisal kita mau mengambil buah-buah yang ada dalam jangkauan tangan kita dengan mudah dan cepat, tentu kita tidak akan kelaparan, dan mungkin kita bisa menjual sisanya kepada orang lain dan bisa kita jadikan modal untuk membeli tangga. Kalau sudah dapat tangga, otomatis jangkauan kita bisa lebih tinggi. Buah-buah yang relatif tinggi dan tidak dalam jangkauan tangan sebelumnya, mungkin bisa kita raih dengan mudah menggunakan bantuan tangga. Hasilnya, buah dengan level lebih tinggi bisa kita dapatkan. Mungkin kualitas dan jumlahnya melebihi dari apa yang kita dapatkan sebelumnya. Selanjutnya kita bisa jadikan modal untuk membeli beberapa galah agar semakin memudahkan kita dalam mengambil buah-buah yang berada di ujung ranting. Begitu seterusnya hingga buah yang berada dalam posisi tertinggi bisa kita raih. Syukur-syukur kita bisa menanam benih-benihnya hingga menjadi pohon-pohon baru yang nantinya bakal menghasilkan buah bagi orang lain.
Ciri-cirinya
-
Pencapaiannya mudah, deal-nya simpel, tidak membutuhkan proses yang berbelit-belit.
-
Biasanya, nilainya relatif kecil, kualitasnya tidak terlalu bagus, harganya murah.
-
Membutuhkan waktu relatif cepat dalam eksekusinya, tidak terlalu menyita waktu kita dalam mengejar tujuan atau cita-cita utama.
-
Tidak selalu harus kita sendiri yang melakukannya. Kita bisa bekerja sama dengan orang lain. Yang menjadi fokus adalah kita bisa mengambil manfaat opportunity-nya.
Maaf sedikit ngelantur di siang bolong, semoga bermanfaat…
ngelantur aja tulisannya bermanfaat
gimana klo nggak ngelantur
LikeLiked by 2 people
hehehe… alhamdulillaah kalo gitu 😀
LikeLike
Nice thought Mas Andik.
LikeLiked by 1 person
makasih mbak Puji 🙂
LikeLike
TFS Andik 😀
LikeLiked by 1 person
TFS apaan Ye? 😀
LikeLike
Selamat lebaran idul fitri 1436 H, maaf lahir batin.
Tulisan ngelantur di siang bolong aja keren, apalagi kalo diseriuskan, hehe…
LikeLiked by 1 person
Maaf lahir batin juga bro… insya Allah segera diseriuskan.. masih pemanasan nih :p
LikeLike
Ngelantur aja tulisannya bagus begini ya
LikeLiked by 1 person
hehehe… tapi emang terasa sih mbak, lama ga ngeblog langsung beda sense-nya… T.T
LikeLike
biar kecil atau remeh…. kalau dikumpulin kan jadi banyak juga 😀
LikeLiked by 1 person
yap, that’s the point Bang… 😀
LikeLike
Ini gak ngelantur mas
LikeLiked by 1 person
syukurlah kalo gitu… 😀
LikeLike
Mohon maaf lahir dan batin om.
Ngawur dmnnya cobak? *saya baca ulang biar jelas*
Nice sharing om.
LikeLiked by 1 person
Iya om sama-sama… maafin yg muda yg banyak salah ini… **puk-puk
Nah, kan si om saja sampe baca berulang-ulang…. T.T
LikeLiked by 2 people
Baca ulang krn bagus banget isinya
LikeLiked by 1 person
Om?
Kayanya sama mbahnya ah..
#sungkem meneh
LikeLiked by 1 person
sesama mbah-mbah dilarang saling mengembahkan… **opo seh iki
LikeLiked by 1 person
Mohon maaf lahir batin. Perspektif yang sangat menarik dan bermanfaat. Sangat membuka paradigma. Tanpa tersadar, itulah yang sering terjadi yakni mengabaikan hal-hal sederhana yang sebenarnya bisa jadi modal. Pepatah sedikit sedikit menjadi bukit menemukan korelasinya disini. Artikel yang menginspirasi
LikeLiked by 1 person
Mohon maaf lahir batin juga. Iya, terkadang kita terlalu fokus pada satu hal, padahal satu hal itu belum tentu jalan terbaik buat kita. Terima kasih banyak sudah berbagi pendapat.
LikeLike
Low hanging fruits = urip ra neko neko.. dijalani wae lillahi ta’ala ra kakehan pikiran kang ngalampaui bates lan marai mumet 😀 …….
LikeLiked by 1 person
yo yo yo… :p
LikeLike
Dengan adanya pohon ini jadi kebayang juga, buah tidak akan jatuh dari pohonnya. 😀
Selamat lebaran juga ya mas Andik, mari kita istiqamah ngeblog 😉
LikeLiked by 1 person
yap… sama-sama mas Aulia… mari istiqomah 😀
LikeLike
Keren mbah. Kayaknya akhir – alhir ini juga diriku nyari lebih banyak low hanging fruits *sok melu-melu. Karena kalo target buat paling atas kok ya energi gak nyampe. Ihik. Sadar diri tapi yagakmau nyerah putus asa. Kerent ulisan njenengan Mbah. One of my favorite writers.
LikeLiked by 1 person
sing bagian terakhir nggarai sirahku gedhe om… hahaha
LikeLike
Inspiratif…:-)
LikeLiked by 1 person
terima kasih 🙂
LikeLike
Selamat hari raya Idul Fitri ya Mbah, minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir batin. Kalau ada tingkah laku atau tuturan saya atau apa pun dari saya yang kurang berkenan di hati Mbah, mohon dimaafkan ya :)).
Super sekali Mbah, jadi ibarat kata, sukses yang besar itu adalah kumpulan sukses-sukses kecil yang terus diupayakan seiring waktu ya. Ibarat pepatah, sedikit-sedikit nanti jadi bukit. Fokus pada pencapaian besar itu penting, tapi jangan abaikan pencapaian-pencapaian kecil.
Ituh. *kemudian kabur :hihi*.
LikeLiked by 2 people
iya sama-sama Gar… yg muda ini mohon dimaafkan karena banyak salah… **wkwkwk
Yaa… gitu lah intinya… 😛
LikeLiked by 1 person
Yang muda yang mana, yaa :haha.
Syukurlah kalau saya tidak salah mencerna penjelasannya :)).
LikeLiked by 1 person
dlu waktu kecil aku banyak cita-citanaysamapi temanku bingung aku mw jd apa 🙂
LikeLiked by 1 person
Keren tuh berarti.. punya banyak mimpi… bisa punya banyak meaning soal hidup… bukan hanya sekadar melewatinya tanpa arti… 🙂
LikeLike
cuma jd bingng jd akhrnya jd apa haha
LikeLiked by 1 person
Gpp.. kata orangtua kalo ga bingung ga merasakan hidup yg sbnrnya… hihihi
LikeLike
iya juga haha
LikeLiked by 1 person
Saya..saya dong, masih suka gengsi dan meremehkan low hanging fruits ini. Pinginnya langsung bisa master tanpa nglewatin sarjana dl😁.
Piye to Masss..
Btw, sugeng riyadhi. Maafkan lahir bathin njih.
LikeLiked by 1 person
gengsi bukanlah sesuatu untuk dimakan… **lha siapa juga yg mau makan hehe
nggih, sugeng riyadhi, mohon mangap lahir dan batin, mugi-mugi tetep mbois…
LikeLiked by 1 person
Mulakno, maturnuwun buat sentilannya kli ini.
#daftar UT dulu, bismillah
LikeLike
Keren
LikeLike
Keren dan ngena banget tulisannya Mas 🙂
LikeLike