Bismillaah…
Hari Minggu kemarin saya diberi kesempatan nonton film di bioskop bareng istri. Saya sebut “diberi kesempatan” karena pada kenyataannya saya itu memang jarang sekali nonton film di bioskop, terutama beberapa bulan terakhir ini. Tidak perlu diceritakan alasannya lah ya. 😛
Tidak ada agenda khusus kemarin itu. Sehingga film yang ditonton pun ya sekenanya. Tidak ada planning sama sekali sebelumnya. Yang penting buat hiburan saja. Dan ternyata dapetnya film ga jelas berjudul “Mad Max: Fury Road”. Film apa itu? Film ga jelas… awalnya. Ya, cuman awalnya doang kok. Setelahnya… mari kita simak review abal-abal dan udah sangat basi ini.
Kesan Pertama
Kesan pertama ketika melihat film ini adalah “ini film apa sih?”, orangnya jelek-jelek semua, dunianya rusuh, sampai hampir sumpek melihatnya. Tadinya saya sempat berkomentar, “ini niatnya nyari hiburan malah dapet keruwetan”. Tapi setelah beberapa menit penayangan rupanya anggapan miring saya menjadi agak bergeser. Kesan out of the box rupanya mulai dihadirkan ketika aksi meloloskan diri sang jagoan, Max Rockatansky, yang saya pikir “begini”, dan mungkin kebanyakan orang-orang mengiranya juga “begini”, ternyata “lho.. kok gitu?? hahaha”. Saya sengaja tambahkan “hahaha” karena memang secara visual film ini menghadirkan bumbu-bumbu komedi dari awal sampai akhir. Walaupun kalau dilihat sebenarnya tidak ada kesan sama sekali ke arah sana. Bingung kan? Tapi inilah salah satu poin yang sangat kuat dalam film ini, menurut saya.
Setting dan Plot
Sudah banyak diulas dalam review-review yang jauh lebih berbobot lainnya, dan juga ada di sinopsis ceritanya, film ini berlatar pada masa-masa apocalypse. Masa dimana bumi sudah tidak layak untuk dihuni. Tanah gersang dan tandus sehingga hampir tidak ada tanaman pangan yang tumbuh. Air bersih sangat langka. Sumber energi sudah mulai menipis. Dan selalu ada peperangan dalam memperebutkan ketiga hal tersebut. Padahal seharusnya semua umat manusia bersyirkah dalam hal bahan makanan, sumber energi, dan ketersediaan air (FEW – Food, Energy, Water) tanpa menguasainya dengan cara monopoli. Eh, malah OOT membahas syirkah. Ok, kembali ke film.
Sekali lagi, saya sempat memicingkan mata untuk film-film yang berlatar masa apocalypse seperti Mad Max: Fury Road ini. Walaupun katanya merupakan lanjutan dari film legendaris Mad Max yang keren dan sempat melejitkan nama Mel Gibson sebagai pemeran utamanya. Biasanya kan film-film seperti ini dikemas secara berlebihan dengan aksen-aksen futuristik jadul. Maksudnya latar waktunya masa depan, tapi kehidupannya seolah kembali ke zaman batu yang serba minim pake baju, budaya berburu dan meramu, dan bersenjatakan bambu. Atau nuansanya terlalu kotor, bertema kelewat grunge, ambience sangat suram. Tapi Mad Max: Fury Road ternyata ga sebegitunya. Film ini dikemas apik, tidak cupu, dan ga bertele-tele. Setting tempatnya, desain kendaraannya, senjatanya, dan semua ornamen-ornamennya agak nyeleneh, tapi tetap masuk akal, keren, outstanding, dan out of the box. Serius!
Contohnya ada peralatan perang berupa “galah pancing” yang benar-benar membuat geleng-geleng kepala. Kok bisa ya kepikiran membuat alat seperti itu. Juga banyak tombak berhulu ledak yang sering dipakai sebagai granat tapi lebih terarah lemparannya. Dan yang menurut saya paling epic adalah orkestra perang lengkap dengan genderang, gitar berapi-api, dan sound system-nya yang muncul tidak henti-hentinya dari mulai awal sampai akhir peperangan. Ini salah satu yang membuat saya ngakak ga habis-habisnya. Entah karena noraknya, atau… ah sudahlah, saya tidak bisa mendeskripsikannya lebih detail. Khawatir menjadi spoiler bagi yang belum nonton.
Untuk plot sebenarnya sangat simpel. Hanya berkutat soal pencarian greenplace sebagai tempat tujuan pulang yang konon diklaim memiliki tanah yang belum tercemar dan air yang cukup melimpah. Namun alih-alih mencari greenplace, malah justru mengalami pengejaran yang ekstrim dari Immortan Joe (musuh utama) dan menghadapi serangan berbahaya dari berbagai klan yang ditemui sepanjang rute perjalanan. Tapi jangan salah, walaupun simpel, saya dipaksa untuk tidak sempat bernapas barang sesaat karena melihat serunya peperangan yang terjadi di sepanjang adegan pengejaran tersebut. Belum lagi melihat mesin-mesin perang besar War Rig yang begitu ganas dan brutal. Tabrak, hajar, sikat, babat, bantai semua. Kira-kira begitu sikonnya sepanjang film.
Karakter
Menurut saya, setidaknya ada tiga (3) tokoh yang paling dominan dan paling sering dimunculkan pada beberapa scene di film ini.
- Max Rockatansky
- Imperator Furiosa
- Nux
Pemeran utama yang diperankan oleh Tom Hardy. Tapi jangan terlalu berekspektasi terlalu tinggi. Kan biasanya kalau pemeran utama itu jago berantem, selalu menang dengan gaya cool, atau jagoan yang serba keren. Nah, karakter Max yang diperankan oleh Tom Hardy ini biasa saja. Sering kena hajar. Menembak pun sering meleset, ditolak terus. #apasih
Yang paling kasihan adalah ketika dia dipaksa menggunakan masker besi. Jadi teringat peran dia yang lain di film The Dark Knight Rises sebagai Bane. Sama-sama mengenakan masker aneh. Ckckck… sepertinya benar-benar menghayati peran sebagai masker man. 😀
Berdasarkan penilaian saya, Imperator Furiosa adalah tokoh yang paling kuat karakternya di film ini. Bahkan mungkin mengalahkan dominasi pemeran utamanya. Diperankan oleh Charlize Theron yang khas dengan aktingnya yang gamang-gamang canggung gitu. Mirip seperti aktingnya ketika dia berperan sebagai Stella Bridger dalam film The Italian Job. Tapi di sini dia lebih cadas jelita dan gahar membahana.
Yang paling keren sebenarnya adalah Nicholas Hoult. Di film ini dia benar-benar berbeda dalam memerankan salah satu War Boys – Nux. Nicholas Hoult yang biasanya berperan kalem, terkesan berpendidikan, seperti perannya sebagai Hank McCoy dalam film X-Men. Atau peran pria ganteng yang jaim di film Jack The Giant Slayer. Justru di film ini berbeda 180 derajat berperan menjadi karakter yang brutal dan agak-agak odong.
Scene dan Quotes Favorit
Berbicara soal efek, film ini OK banget. Tapi bukan berupa tipikal efek science fiction yang kadang wah namun di luar nalar kita. Efek yang disajikan di film ini benar-benar natural. Yang paling favorit adalah ketika Max dan Furiosa masuk ke dalam badai pasir raksasa dengan beraneka macam tornado yang berada di dalamnya. Asli mantab bin ngeri.
Konsep kegilaan (madness) sepertinya memang benar-benar dipikirkan matang-matang di film ini. Dikesankan hampir semua orang mempunyai harapan akan kehidupan yang lebih baik atau mati bersinar di jalan yang penuh kebuasan menuju valhala (surga). Sehingga hampir semua orang di film ini terkesan tidak ada yang takut mati. Hingga banyak quote bodoh dan unik yang keluar dari ucapan para War Boys ketika mereka ikut berperang.
Oh what a day, what a lovely day!
I live, I die. I LIVE AGAIN!
Witness me!
I never thought I’d do anything so shiny.
Rating
Soal rating, sampai pada saat tulisan ini dibuat, film Mad Max: Fury Road ini nilainya tinggi lho. Setidaknya dari dua sumber rating utama, IMDB dan Tomatometer, sama-sama mengatakan kalau film ini sangat layak ditonton. Bahkan ada beberapa orang yang bilang bahwa Mad Max: Fury Road pasti akan jadi movie of the year untuk tahun ini.
Overall, menurut saya film ini worth it untuk ditonton. Selain karena rating-nya yang sangat tinggi, juga karena kualitas penggarapannya bagus. Bukan karya abal-abal yang dibikin ala kadarnya. Setidaknya saya menilainya dari yang saya tonton hari Minggu kemarin.
Action
Effect
Commedy
Story
Characters
Masterpiece
Jadi penasaran pengen nonton…
LikeLiked by 1 person
Mantab Om, dijamin keren. Itu menurut saya lho ya… hehe
LikeLike
Itu ratingnya gede banget! Jadi nyesel juga soalnya malah nonton Tomorrowland bukannya Mad Max. Huhu
LikeLiked by 1 person
Kemarin itu juga sempat bimbang mau Tomorrowland atau Mad Max. Tapi karena Tomorrowland yg main George Clooney dan dalam pikiranku pasti agak agak drama gitu. Jadinya milih Mad Max, soalnya agak males kalo nonton drama di bioskop. Bawaannya ngantuk.
LikeLike
Wkwk iya emang agak ngantuk kurang greget gitu hahaha, cuma keren buat film keluaran Disney gitu sih.
LikeLiked by 1 person
Kayaknya aku bertahan nonton film ini cuma krn tom hardy sama nicolas hoult-nya aja. Plus gak enak soalnya acara nonton bareng gratisan x))))
Hatiku terlalu rapuh buat nonton film kayak gini kak T_T
LikeLiked by 1 person
Hahaha… ya bener juga sih, selera orang beda-beda, ga semua suka film yg brutal kyk gini… 😀
Ga usah pake hati neng nontonnya… **kaburr
LikeLike
Mantap. Komplit ulasannya. Jadi tergoda juga
*tergoda cari DVD bajakan
LikeLiked by 1 person
Lebih seru kalo nonton di bioskop lho mbak… puas… 😀
LikeLike
jedag jedung sound system di bioskop bikin saya malah jadi pusing mas
LikeLike
gokil gan, kira2 kenapa war boys kalo dah tau mau mati mulutnya di pilox warna silver gitu yah? wkwkwkwkwk
LikeLiked by 1 person
Itu kan biar pas di valhala-nya jadi bersinar dan chrome.. inget quote yg ini ga gan? yg dibilang sama si Imortan Joe kpd Nux: “I myself will carry you to the gates of Valhalla… you will ride eternal, shiny and chrome!”
LikeLike
koq mulutnya doang? sekalian aja sebadan biar chrome kabeh… ah emang mahiwal pelemna tapi aseeeekkk
LikeLiked by 1 person
hahaha…. kelamaan bro kalo sebadan-badannya… ga bisa langsung suicide… lagipula kalo sebadan ntar jd kyk silverman / manusia perak yang ada di perempatan-perempatan itu tu…
LikeLike
pantesan keinget film lama…. teryata ini remake atau sequel film lamanya yah
LikeLiked by 1 person
Wah, sebenarnya umur Bang Jampang ini brp toh? Kyknya saya ga ada apa-apanya… ampun Bang 😀
LikeLike
😀
saya nontonnya itu di TV. tahu sendiri kan diputarnya sekian tahun setelah filmnya diputar di bioskop
LikeLiked by 1 person
Wuih, di Rotten Tomatoes sampai 98%. Kerenlah.
Review yang mantap. Lengkap tapi tidak spoiler :haha. Membuat orang penasaran buat nonton, nih :haha. Ada yang mau ngajakin saya nonton gratis? #ngarep.
LikeLiked by 1 person
ikut GA-nya BEC aja tuh, kalo menang lumayan bisa buat beli tiket nonton… hahaha
LikeLiked by 1 person
Amin :)).
LikeLike
Udah kenyang baca review-review nya, tinggal nontonnya 😀
LikeLiked by 1 person
Lanjut gan!!! 😀
LikeLiked by 1 person
Mas Andik ki meh crito opo to..intine kon nonton ya?
hihi, njenengan berhasil Mas, tak kirain ni pilem agak2 norak gitulah. Etapi kalo reviewnya mas Andik kayanya ya bener sih. Ntar tak buktiin, kalo gak apik tenan, tak protes lho..
LikeLiked by 1 person
ingat ya… “menurut saya”… wkwkwk
**kabuurrr
LikeLike
Udah disampein kok kalo tukang reviewnya agak abal2. Makane harus dibuktiin dulu.
Btw, syirkah tu apa?
Eh, alesan kok gak sempat ngedate ama Nyonyah jg napa?
#ceriwis tur kepo
LikeLiked by 1 person
Syirkah itu banyak pengertiannya kalo secara bahasa. Yang kumaksudkan di sini adalah dalam pengertian luas: bekerja sama, berserikat, kepemilikan bersama, BUKAN monopoli. Correct me if I’m wrong.
Ah ngedate ga cuman nonton kok… 😀
LikeLiked by 1 person
Oh gitu artinya..maturnuwun sdh dijelaskan.
Ihiiir, yep betul, ngedate gak cuma tonton tontonan..
LikeLiked by 1 person
sami-sami mbak Ziza
LikeLiked by 1 person
kereeeen bangeeeet emang filmnyaa. padahal sama, iseng ke bisokop dan gak punya ekspektasi apap apa pas pilih film
quote terakhir dooonk, balikaaan. wkwkwkwk
LikeLiked by 1 person
tosss… 😀
LikeLike
Syukurlah dirimu berkesempatan nonton om bersama istri. *panjat syukur*
LikeLiked by 1 person
Iya, jarang-jarang nonton Om…
LikeLiked by 1 person
Lihat cover filmnya di atas kelihatannya action yang lumayan menarik. Btw Mas Andik lebih suka melihat bintang-bintangnya dulu ya sebelum menonton?
LikeLiked by 1 person
highly recommended lah… iya, biasanya emang gitu, soalnya ada beberapa aktor / aktris yg kalo maen film jarang ada yg jelek… 😀
**balesannya telat
LikeLiked by 1 person