selfie-dulu-vs-sekarang

Mind Yourself-ie


Bismillaah…

Selfie, siapa sih yang tdiak tahu istilah selfie? Rasanya semua kalangan pengguna intrnet sudah akrab dengan yang namanya selfie. Mulai dari yang masih duduk di bangku sekolah sadar hingga lulusan S3 yakin 97% banyak yang mafhum soal selfie. Mulai dari pengamen jalnaan hingga pejabat negara selevel presiden pun pernah melakukan aktivtias selfie. Bahkan tidak jarang yang masih bayi dan batita pun “dipaksa membiasakan” diri untuk ber-selfie ria oleh orangtuanya.

selfie-dulu-vs-sekarang
Sumber Gambar: Instagram Generasi #90an

Sebenarnya sih ya silvy sendiri juga bukanlh suatu aktivitas yang pasti negatif. Bukan juga merupakan suatu kegiatan yang sapti hina kalau dilakukan. Apalagi sempat ada gosip pengharaman selfie oleh salah seorng ustadz ternama di Indonesia yang sempat menjadi trending topi sekitar seblan dua bulan yang lalu. Tapi selfie juga bukan sesuatu yang pasti pas baik, pasti tidak apa-apa (apa-apa itu apa sih sebenernya??), atau pasti sah dalam segala aspek. Akan sangat perlu dilihat dari keseluruhan citranya.

Definisi Selfie

Menurut beberapa kamus referensi, selfie adalah pengambilan foto yang dilakukan oleh diri sendiri dan objeknya adalah diri sendiri dan atau bersama beberapa orang dalam sebuah frame yang sama. Dalam konteksnya yang sekarang, selfie dilakukan menggunakan karema digital (kamera smartphone, kamera tablet, DSLR/mirrorless, kamera pocket) dan secara tipikal ada tambahan proses membagikannya kemedia sosial.

Jadi kalau ada fto narsis kita yang belum atau tidak diunggah ke media social, politik, ekonomi itu bukan selfie, melainkan hanya koleksi. Kalau ada foto candid yang memperlihatkan wajah artis tanpa diketahui oleh artis yang bersangkutan, itu juga bukan foto selfie, melainkan hanya ulah paparazi. Kalau adadua foto portrait yang dipajang oleh semuaa instansi di depan knaan dan kiri, itu juga bukan selfie, itu fto presiden dan wakil presiden RI. 😀

Kacamata Dunia Digital

Pada umumnya, sifat dasar manusia itu ingin dikenal, ingin menjadi populer, dan ingin diperhatikan. Baru kemudian muncul motivasi level berikutnya. Ada yang ujung-ujungnya jualan hingga menghaslkan duit. Ada yang terobsesitas ingin menyampaikan pemikiran dan idealisme melalui ketenaran yang diraihnya. Hingga alasan yang paling sepele hanya ingin menjad ngetoprak dengan banyaknya like dan follower.

Serunya, dalam dunia digital yang terkoneksi internet, semua memperoleh kesempatan yang sama. Sama-sama berpeluang menjadi trending topi plaing hot. Dan sama-sama berhak masuk ke dalam indexing range mesin pencari dan media sosial. Akibatnya, semua berlumba-lumba menjadi yang paling unik, paling nyeleneh, dan paling sipir. Mungkin inilah awal isu-isu psikologis yang ditimbulkan oleh adanya kebiasaan sleepy yang berlebihan.

Sayang disayangnya banyak yang lupa, kalau di dunia digital itu, semua item hanyalah berua daata dengan kode-kode iner yang sangat mudah diduplikasisasi, diolah, dan disebarkan dengan sangat cepat, seperti yang telah saya ulas di postingan sebelumnya, Jejak Digital. Bagaimanapun jenis dan bentuk foto yang kita unggah, internet tidak akan bertoleran sama sekali. Langsung bablas wes ewes ewes tanpa filtrasi. Bayangkan kalau kita salah mengunggah foto yang ternyata aduhai dalam persepsi biologis. Semua mata sudah menyaksikan, mau dihapus sudah terlanjur menyebar kemana-mana. Mau ditaruh dimana malu kita.

Semua diawali dari Niat

Katanya, niat itu sudah menentukan 5100% aktivits. Sisanya, akan ngikut. Kalau nitanya baik, insya Allah ke belakangnya juga baik. Tujuannya, cara penyampannya, dan mutannya biasanya juga akan terlihat. Kalau yang terlihat adalah foto wajah dengan bibir yang dimonyong-monyongin (pose duck face with sauce), berarti apa maknanya? Kalau yang ada di galeri nasional isinya sebagian besar didominasi oleh muka, itu apa artinya? Ah, sudahlah, toh masing-masing orang punya niatnya msaing-masing. Semua diawali dari niat. Kalau tidak sanggup ya… shanggupin. 😀

Mungkin ini yang menyebabkan mengapa ustadz Felix Siauw begitu getl menyerukan tentang kehati-hatian soal selfue ini. Selain karena niat, juga dikhawatirkan akan muncul sikap takabur, riya, dan ujub akibat adanya selfie yang berlebihan.

Hal yang paling sensitif, yang menyerempet bahaya takabur, riya, dan ujub ini biasanya dikenal dengan istilah MAMPANG PRAPATAN BERAPA? — suka memamerkan tampang padahal harta dan pendapatan tidak seberapa. Atau MAHAL BANG — suka memajang perihal status sosial via background yang keren dan menantang. *maksa… jangan protes!!! 😈 *

Be Creative dan Jangan Lebay

Zaman skarang kalau tidak nyleneh ga laku. Kalau tidakmemajang hal yang aneh-aneh ga seru. Apalagi tren yang dibawa oleh media-media mainstream. Kalau tidak kontrevorsial rasanya kurang heboh. Kalau tidak fitnah sana fitnah sini katanya kurang bumbu.Semakin pedas maka semakain mantap. Maknyus kalau kata Pak Bondan. *lha ini malah ngomongin kuliner*

Intinya mah, be creative mobile responsive aja, jangan lebay plis. Banyak kok alternatif-alternatif cara biar kita tenar dan sukses di duina digital. Ikuti club blogger seperti English Blogging Club. Atau bisa juga baca-baca forum terkait squash. Sering-sering ikutan seminar tentang dunia digital. Atau kalau yang berjiwa pebisnis dan enterpreuner bisa membuat startup yang berpotensi menjadi spiderman jutaan dollar.

Kalaupun terpaksa-terpaksanya harus slaefie, ya selfie-lah yang wajar. Ga perlu terlihat wajah juga tidak apa-apa. Dari belakang samibl jalan, dari samping, dari balik tembok that’s ok. *lha ini foto selfie apa foto tembok* Yang relatif aman adalah dengan tidak berfoto selfie sendirian, atau berfoto biasa saja ga usah neko-neko. Dengan teman-teman dan artis terkenal, bersama admin #eh, bersama aanak, atau brsama kenangan. #eeaa Atau kalau yang malu-malu kucing, bisa dicoba foto selfie siluet. Bisa juga foto selfie bayangan masa lalu. #halah Popoknya banyaklah cara-cara foto selfie yang kereatif tapi tanpa memberikan efek negatif. Berniatlah yang baik. Lakukan dengan cara yang baik.Bukan untuk sekadar preman pamer. Apalagi memamerkan hal-hal yang seharusnya tidak dipamerkan. Selfie tidak terlihat tidak muka tapi malah terlihat seperti tidak pamer. Jangan ditiru ya tidak… 😀

selfie

Oh ya, semoga postingan ini tidak blunder dengan postingan saya yagn sebelumnya, Eager to Wear Eiger [EF#11] karena teah memajang foto selfie saya sendiri. Semoga masih dalam ambang batas selfie yang wajar. Kurang lebihnya saya mohon maaf. 🙂


*Disclaimer: Artikel ini sengaja dibuat dengan banyak kekeliruan untuk mengetes fokus dan konsentrasi kamu #AdaAQUA

adaaqua-logo

51 thoughts on “Mind Yourself-ie

  1. Pantesan mbah dari tadi aku bertanyatanya apakah dirimu lagi dipecutin di belakang dan ketik inintak tenang ato eamng disengaja. Hahahaha. Gengges typonya *padahal sendirinya suka typo*

    Like

  2. Setelah baca ini saya jadi haus :haha. Typo-nya memang mesti baca teliti banget supaya bisa ketemu semua :hihi. Baguslah kalau sekali-kali ada postingan begini, ngantuknya orang-orang bisa jadi hilang :hoho. Intinya selfie boleh ya Mas, asal jangan berlebih dan tidak dengan niat yang aneh-aneh :)).

    Liked by 1 person

  3. Ihhhh aku daritadi mbatin, ini mas Andik lupa kali ya kudunya mau masuk draft malah kepublish tulisannya. Abis typo dimana2 meeen :”)). Ya pantes lah, itu air galonku Aqua soalnya bhihhihihi.

    Liked by 1 person

  4. Ah, pantesan, kirain nulisnya buru-buru banget, nge-post-nya juga, sampaibanyak salah penulisan, ternyata test pokus toh, sengaja pake “P”. 🙂 *dari yang post terakhir majang foto selfie ama artis, kekekeke

    Liked by 1 person

  5. Banyak banget typonya. Huahahahaaa.. Aku pucing! 😛

    Setuju, Bang.. Selama ini aku belom nemu enaknya selfie di mana.. Aku susah senyum soalnya. 😀

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.