Bismillaah
Saya sedih bukan hanya karena semakin maraknya begal dan tindakan kriminal seolah para pelakunya kehilangan akal. Melainkan saya juga sedih ketika kehidupan sosial semakin sarat dengan emosional, orang-orang menjadi bebal, dan hukum pun semakin tidak dikenal.
Saya sedih bukan hanya karena banyak geng motor berulah, menjadi raja jalanan semena-mena tidak ada yang mencegah. Melainkan saya juga sedih ketika penegak hukum gengsinya tidak mau kalah, menjadi preman jalanan, tidak lagi mengayomi malah menimbulkan masalah.
Saya sedih bukan hanya karena banyak anak muda yang gemar tawuran, menganiaya, bahkan menghilangkan nyawa temannya. Melainkan saya juga sedih ketika banyak media mengulasnya padahal justru memberikan inspirasi yang nyata.
Saya sedih bukan hanya karena dollar semakin bergengsi, rupiah terdegradasi, ekonomi kita seakan mengalami delusi. Melainkan saya juga sedih ketika riba justru diwajibkan melalui asuransi, pembentukan harga selalu diintervensi, sehingga mekanisme pasar terdistorsi.
Saya sedih bukan hanya karena orang-orang kita banyak yang latah, batu akik dianggap berpetuah, menomorduakan akidah, padahal harganya tidak murah. Melainkan saya juga sedih ketika kita mudah goyah, oleh tren remeh yang payah, seolah tiada lagi cita-cita bersama yang “wah”.
Saya sedih bukan hanya karena banyak yang bersumbu pendek, berpemikiran cethek, asal cuap seperti bebek, walaupun data tidak dicek. Melainkan saya juga sedih ketika kita semakin capek dengan banyaknya berita yang isinya bagaikan api bersambut korek.
Saya sedih bukan hanya karena banyak kisruh yang melanda elit negeri ini, adu kuasa sana sini, saling tuding unjuk gigi siapa yang paling berani. Melainkan saya juga sedih ketika yang di bawah malah terpolarisasi, tidak lagi memihak pada kebenaran hakiki, yang ada hanya golongan dan pribadi.
Apakah benar semua krisis yang kita alami bersumber pada soal ekonomi? Apakah benar semua masalah yang kita hadapai berasal dari korupsi? Apakah benar semua polemik yang kita musuhi berakar dari politisasi? Atau jangan-jangan semuanya merujuk pada mentalitas kita sendiri, kebodohan kita sendiri, karena semakin menjauh dari nilai-nilai ketuhanan dan religi. Di situ kadang saya merasa sedih.
Catatan ini merupakan lanjutan dari catatan sebelumnya: Saya Sedih
I totally share your concerns Ndik!
LikeLiked by 1 person
Thank you Mbak Mikan. Kok kyknya sekarang itu serba rumit gitu ya. Entah apakah karena kita semakin menua atau karena dunianya memang begitu.
LikeLiked by 1 person
Dunia makin komoleks Ndik menurutku.
LikeLiked by 1 person
Saya jadi ikutan sedih Mbah.
LikeLiked by 1 person
ga boleh ikut-ikutan om… kalau sedih semua, siapa yg bisa dicurhati… halah
LikeLiked by 1 person
Hahahahaha. Mau curhat apa om. *siapin popcorn*
LikeLiked by 1 person
biasanya kalo nyiapin popcorn itu ada tanda-tanda mau nraktir nonton ini… 😈
LikeLike
saya jadi ikut sedih setelah membaca tulisan ini
LikeLiked by 1 person
Saya juga semakin sedih Mbak 🙂 tapi ya sudahlah, cukup di tulisan saja, sisanya harus beraksi.
LikeLike
negara kita sedang diobok2 oleh kapitalis untuk keuntungan mereka…
LikeLiked by 1 person
celakanya, masih banyak yg ga nyadar atau tidak mau tau atau tidak merasa bahkan menyalahkan yg merasa kalau kita sedang dijajah kapitalis… 🙂
LikeLike
kemana yah gambaran masyarakat indonesia yang dulu saya dapatkan dalam pelajaran PMP/PPkN?
LikeLiked by 2 people
masih ada di dalam buku-buku PMP/PPkN Bang kayaknya… 😀
LikeLike
Wah saya merhatiin rima kalimat dlm setiap paragraf sama, dan isi tulisannya pun sarat pesan. I agree with you Mas Andik, saya jg sedih 😦
LikeLiked by 1 person
Sedihnya lagi, saya hanya bisa menjadi pengamat saja dan sedikit menuliskannya di blog yg ga penting ini. Heuheu…
LikeLike
Seandainya manusia itu bisa stay as innocent as they were kids.
LikeLiked by 1 person
kalau stay as innocent mungkin juga peradaban ga berkembang kali ya… hehe.. menurutku sih
LikeLike
Iya sih, tapi serem kalo pada jahat tapi nanti gak berwarna ya kehidupan wkwkw
LikeLiked by 1 person
Asuransi kih ono sing ra riba lho… kuwi modele pengumpulan dana umat untuk menolong dan sifatnya mudharabah… jadi tabungan (tergantung ijab qobulnya). Trus cicilan omah, mobil seko bank konvensional kih riba (aku seh terbelit iki, cicilan omah 😦 … seh pemakai riba). Dan ada kasus saat jaman Rasulullah, saudara yang masih keluarga, yang perempuan masuk Islam, nah yang laki-laki non-muslim, Rasulullah tidak menyuruh saudara perempuannya itu untuk langsung bercerai namun mencoba mengajak suaminya untuk masuk Islam. Dalam telaah… ada kondisi dimana kita sebaiknya tidak melampaui batas. Maka niatkan untuk menyelesaikan kesalahan yang sudah ada semampu yang kita mampu dengan niat kepada Allah.
Sering orang berpikir …. lek ra nyilih bank yo ra duwe opo-opo (aku biyen yo ngono)…. padahal itu sebenarnya sedang meragukan bahwa Allah yang maha kaya akan mampu memberikan itu pada saatnya. Astagfirullah. Jadi sering manusia jadi meragukan Allah tidak percaya Allah (syirik) ketika tidak sabar dengan takdir Allah… Astagfirullah…. dadi ayo mulai seko diri sendiri….tanpa mampu mengendalikan diri, kita tidak akan pernah mampu mengajari orang lain…. itu sudah menjadi jalannya seperti itu….
LikeLiked by 2 people
lha iyo.. salah satu riba yg justru diwajibkan oleh pemerintah –> bpjs 😀
LikeLike
BPJS iki lek ra salah termasuk cara menghimpun dana umat. Aku tau se moco (lali sumbere)… dan sampai sekarang BPJS kih malah tekor terus….
LikeLiked by 1 person
Tekor atau tidaknya bukan intinya sih menurutku. Intinya BPJS itu ada praktik riba di dalamnya. Karena riba haram, jelas semua turunannya haram. Monggo dibaca artikel ini barangkali bermanfaat.
LikeLike
Ra iso reply sing ndisor, reply kene wae hehe…. mungkin pendapat penulise dadi riba karena ijab qobule wis dadi ra jelas. Aku moco sing nulis kuwi kayake wonge rada saklek hehe :D… ono justifikasine se… sembarang kih dadi riba kan karena ada ketidakjelasan di dalam perjalanan sesuatu itu, atau bahkan diinvestasikan pada sesuatu yang haram… wallahu a’lam… jare nang Qur’an… tidak perlu melampaui batas dadi menungso… sing penting diniatke neng Allah wae (neng qolbu, dudu lisan saja… berarti kudu mencoba kenal Allah disik)… 🙂 wong kabeh yo podo ra ngertine Allah bakal mutuske piye 🙂
LikeLiked by 1 person
Sing nulis rujukane fatwa MUI lho… 🙂
Niat boleh juga sama-sama niat, tp kl ga tau ilmunya itu jauh lebih berbahaya.
LikeLike
Fatwa MUI ne ra menyebutkan soal asuransi ASKES atau BPJS. Disitu disebutkan asuransi konvensional karo bunga, atau pinjaman bank konvensional, lek bunga atau asuransi konvensional, atau pinjaman konvensional memang riba. Nah masalahe ra ngerti bener bagaimana negara mengelola BPJS. Khawatir fitnah 😀 … aku dewe wae rung bener hehe 😀 … intine riba kih karena ada ketidakjelasan dan merugikan salah satu pihak kuwi se pemahamanku, termasuk aku nyilih bank nggo tuku omah 😦 …. nganti 2017 je cicilane ….
LikeLiked by 1 person
Entahlah, kalau lihat berita dan keadaan yang santer diberitakan oleh berbagai media, aku bukannya cuma sedih, tetapi juga geram dan nggak habis pikir dengan segala kaos yang ada di negeri ini. Mungkin memang seharusnya kita membenahi mental, bukan hanya sibuk mengutuk keadaan.
LikeLiked by 1 person
Kyknya memang perlu restrukturisasi segala bidang, terutama sumber daya manusianya. Mau secanggih apapun fasilitas dan teknologi, kalau SDM nya bobrok, ya tetap saja hancur dan rusak.
LikeLiked by 1 person
Mari berharap dan berikhtiar semoga semua yang terjadi hari ini punya maksud untuk kebaikan di hari esok :)).
LikeLiked by 1 person
Aamiin… mari kita lakukan yg terbaik yg kita sanggup lakukan.
LikeLiked by 1 person
Suka banget sama tulisan Mbah ini! Yuk ah belajar bareng jadi orang yg lebih baik, Mbah. 🙂
LikeLiked by 1 person
Yuuk mariii.. semoga istiqomah ya
LikeLiked by 1 person
I share the sadness. Let’s make a better society within our capacity Mbah. 🙂
LikeLiked by 1 person
Siyapp…
LikeLike
emang sekarang jadi serem banget ya 😦 semua2 juga dilakukan demi duit
LikeLiked by 1 person
iya, jadinya urusannya serba runyam, ujung-ujungnya duit semua. Empati jadi duit. Simpati jadi duit. *kok jadi kyk iklan provider ya hehe*
LikeLike
I truly fully like this! Brilliant!
LikeLiked by 1 person
Thank you Bro 🙂
LikeLike
Reblogged this on Review Umami and commented:
Good Post.
LikeLiked by 1 person
Iya, saya juga sedih 😦
LikeLiked by 1 person
klop… 😀
LikeLike
Suka banget sama tulisan ini mas Andik, content dan rhyme-ing nya. Terlepas dr itu, saya juga sedih… tp cukupkan sampe disini yuk, beraksi! 😉
LikeLiked by 1 person
Yukkk mari… it’s time to act…
LikeLike
tenangno pikirmu….
LikeLiked by 1 person
nggih… siyap
LikeLiked by 1 person
Disitu kadang saya merasa sedih
LikeLiked by 1 person
haha, lagi ngetren kalimat ini nih…
LikeLike
Kalau saya malah nggak sedih
Melainkan berpikir bagaimana bangkit meski tertatih
Tak perlu jadikan kebobrokan sebagai dalih
Tuhan masih Maha Pengasih
Siapa yang bertekad tak takut tersisih
LikeLiked by 1 person
mantab Bos… begitulah seharusnya bangsa kita, langsung beraksi…
LikeLiked by 1 person
Nah, ayo beraksi!
Semoga Indonesia bisa lebih cepat bangkit.
Supaya cepet sembuh biasanya harus minum obat yang rasanya pahit, semoga gak terlalu pahit.
#revolusi!
LikeLiked by 1 person
Iki kok malah ngomongke soal obat, hahaha. Sip sip… aamiiin
LikeLiked by 1 person
saya juga sedih karena tidak bisa berbuat apa2
LikeLike
masih mending nyerah om, saya sudah hampir nyerah dengan negara ini
LikeLike