Bismillaah…
Dalam dunia industri, perdagangan, teknologi, mineral, pengolahan sumber daya alam, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lain sebagainya, kok rasanya Indonesia ini seperti distereotipkan pasti kalah dengan negara-negara lain ya, khususnya negara-negara maju. Atau tidak usah jauh-jauh lah, dengan tetangga sendiri, Jepang dan Korea. Atau yang lebih mepet lagi, Malaysia. Bahkan ada beberapa artikel yang (menurut saya) relatif mendiskreditkan mengapa bangsa ini lebih sulit maju dibanding negara-negara lain.
Ada banyak contohnya, silakan cari saja di Google dengan keyword “mengapa Indonesia susah maju“. Tapi sebelumnya mohon maaf, bukan berarti saya menyalahkan opini-opini yang tertulis di situ ya, tidak sama sekali, melainkan saya hanya mencoba melihatnya dari sudut pandang yang agak lain.
Kalau dirunut semua kejelekan dan keburukan yang sudah terlanjur menempel pada orang-orang kita, jelas tidak akan ada habis-habisnya. Tapi memang tetap perlu. Tetap harus ada yang mem-break-down dan menyelesaikan satu demi satu permasalahannya. Sesuai kapasitas masing-masing, dan sesuai dengan peran kita masing-masing juga tentunya.
Saya juga tidak akan membahas semua keruwetan yang dihadapi bangsa ini. Percayalah, hidup saya sendiri sudah cukup ruwet. Anda bisa melihatnya dari tulisan-tulisan saya yang ga karuan dan “gado-gado” ini. Kali ini saya hanya ingin membahas sambal terasi.
Bandung Open Data
Berawal dari acara Bandung Open Data Summit yang diadakan hari Sabtu kemarin, tanggal 21 Februari 2015, di gedung Bank Indonesia Bandung. Kebetulan, saya ikut menyusup menghadiri pertemuan tersebut. Intinya, tim relawan Bandung Juara yang dipromotori oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil, menginginkan agar kota Bandung dijadikan sebagai smart city, kota yang berbasis teknologi informasi terpadu dengan target ribuan aplikasi yang mendukungnya, mulai dari mobile, web, hingga embedded. Semua aplikasi ini nantinya akan diintegrasikan dan dapat dikontrol menggunakan satu terminal bernama command center. Tengok saja penampakannya yang keren seperti kokpitnya Captain Kirk dan krunya di film Startrek berikut ini.
mantep juga nih analoginya….
LikeLiked by 2 people
siyap
LikeLike
yah sama halnya dengan ini
http://macantua.com/2015/02/23/orang-indonesia-bisa-buat-motorkenapa-ga-ada-motor-nasional/
sulit buat maju, entah kenapa….. time will tell
LikeLike
Perasaan aku ra serius deh mocone… neng mburine kok dituduh serius yo (komentar mode ngawur dan OOT š )
LikeLiked by 1 person
ah, ngono ae dianggep guyon š
LikeLike
:p lha kok dituduh maneh aku guyon š … #halah
LikeLiked by 1 person
lho… ojo nuduh aku nuduh… hahaha
LikeLike
Setuju!
Tulisan ini jadi semacam refleksi bagi saya yang setiap hari harus bekerja membantu menyelesaikan kekisruhan yang terjadi gara-gara koordinasi yang alakazam, acakadul, amburadul (haduh…).
Mungkin masalah kita memang ada di sana, Mas. Semua orang masih berpusat pada paham individu tentang bagaimana menguntungkan diri sendiri, belum ke taraf bagaimana menguntungkan semua orang.
Yah, mungkin saya juga masih seperti itu, sih… :hehe.
LikeLiked by 2 people
ya, sepakat… kalau di negara maju mungkin bisa iklim persaingan sempurna… soalnya iklimnya sudah terbentuk… tp di sini sptnya masih too early… š
LikeLiked by 2 people
Suka sama sambal terasi mas..tapi kalau bikin kok bau-nya bisa bertahan berhari-hari..hahaha..
Indonesia sudah lumayan maju dibandingkan 10 tahun lalu. Hanya memang kemajuan mungkin akan progesif kalau ada keseriusan dari elite bangsa untuk membangun..itu jadi ingat kasus mobil listrik yang sebenarnya menarik untuk dikembangkan karena ramah lingkungan. SBY kurang tanggap soal itu dan saya berharap Jokowi akan meng-gol-kan eh malah Jokowi kerjasama sama Malaysia..itu baru satu contoh ada teknologi yang dikembangkan oleh bangsa sendiri tapi akhirnya hilang begitu saja karena gak dapat dukungan…
Analogi sambal terasi di sini terasa sekali š
LikeLiked by 1 person
iya betul… rasanya bener-bener pengen punya produk nasional yg bener-bener bisa dibanggakan ya mbak…
LikeLiked by 1 person
Ya ya betul betul… Btw sambelnya mgugah selera banget š
LikeLiked by 1 person
hehehe.. sedep seger ya mbak š
LikeLiked by 1 person
karang post cah prohemer memang kudu berbau digital yes?
tapi gini pak, sebagai orang awam saya masih belum paham tentang kolaborasi BDV, JDV trus beberapa lagi yang disebut tadi, apa maksud dan tujuan mereka berkolaborasi untuk membuat startup sambel terasi? Apakah sambal terasi yang cocok disantap bareng sayur asem tersebut disiapkan untuk bersaing dengan negara lain? Mohon pencerahan…
*siul2*
LikeLiked by 2 people
Weis.. agak grogi saya dikritisi pak all around player… sepengetahuan dan sepengalaman saya ya, rata-rata startup itu bisa naik level berdasar tahapan valuasi tertentu… investasi atas valuasi ini di atas 90 persen berasal dari luar negeri… saya kurang tau mengapa di dlm negeri kok blm ada iklim investasi industri kreatif digital yg memadai.. apakah emang ga ada duit, atau memang blm terkondisikan.. nah krn rata-rata dari luar, jadinya penilaian itu bisa sangat subjektif pukul rata thd semua startup lokal… sedikit atau byk ya ngaruh thd perkembangan rekan startup yg lain… tujuan kolaborasi tentu membentuk iklim investasi yg bagus, bahkan kalo perlu semua dr dlm negeri, jd kita bisa besar bareng-bareng spt di Tiongkok contohnya… negara, praktisi, ilmuwan, dan semua elemen masyarakat mendukung full atas kreasi bangsanya sendiri… begitu kurang lebihnya.. mohon maaf kl pemahaman saya cetek ya om…
LikeLiked by 1 person
Klasifikasi industri kreatif ada beberapa macam, namun pas jaman ada Kemenparekraf, fokusnya hanya di bidang industri wisata, kerajinan dan fashion. Dan sekarang kementerian itu ilang, praktis kembali dikelola oleh menteri perindustrian dan menteri perdagangan. Industri kreatif digital duduk manis dulu…
Padahal sebenarnya para pelaku industri kreatif digital dari Indonesia enggak kalah mutu, terbukti banyak programmer dan animator Indonesia yang memilih bekerja di luar negeri / untuk perusahaan luar negeri karena mereka lebih dihargai. Kesimpulan bodoh saya adalah, apresiasi investor lokal thd industri ini masih sangat kecil. Contohnya mereka mending beli Ipin & Upin yang produksinya sudah lawas sehingga murah daripada memproduksi sendiri… Duh, aku ngomyang opo sih? Mohon maaf kalau respon saya enggak nyambung pak… Namun semoga pak walikota Bandung yang concern dengan industri kreatif bisa membuat kebijakan yang asik untuk bidang ini.. Aamiin.. š
LikeLiked by 2 people
Iya betul om, aamiin… kemarin pas abis mbahas sambel ini langsung disaut soal upin ipin… hahaha… kok keren njenengan, iso membaca apa yg terjadi… jangan-jangan… š
LikeLike
sssttt…. :p
LikeLiked by 1 person
Setuju, Mas, untuk menghasilkan sambal terasi memang perlu melibatkan banyak pihak, mulai dari petsni sampai orang yang menguleknya, begitu juga kalau mau mengubah negeti ini ya? š
LikeLiked by 1 person
Yap… banyak banget sampe kadang kita juga lupa bersyukur kalo pas menikmati sambel yg maknyus itu shrsnya terpikir berapa byk org yg terlibat hanya untuk memuaskan lidah kita…
LikeLike
Ah keren mbah.
Memang gak mudah kita bikin satu hal sendirian. Bisa. Tapi gak mudah. Akan lbh mudah kalau beramai2. Namun apa siap? Kinerja sendiri yang tokcer diambil nama oleh yang gak tokcer? Ego bermain lg di sini.
LikeLiked by 1 person
ampun om, saya ga siap… š *apasih*
LikeLike
Lahhhh. Aku tidur aja
LikeLiked by 1 person
Cakep kali kau Bang Andik! Saya suka cara pikirnya, soal stereotip orang kebanyakan, yang cenderung berpikiran negatif ke orang lain, merasa tidak punya harapan dengan memunculkan anggapan-anggapan mereka (atau barangkalai juga saya) yang belum tentu benar. Seandainya saya jadi BOS-nya, saya akan ajak tim untuk berpikir positif. Jangan ‘apa-apa’ imbasnya ke ‘saya’, tapi ‘apa-apa’ yang saya lakukan adakah dampaknya buat mereka. Jangan jadikan diri kita sebagai pusat. Jadikan orang-orang di sekitar kita sebagai pusat. *udah berbuih-buih ngomongnya* Haha.
LikeLiked by 1 person
Siyap.. sepakat… saya salut euy sama komen-komennya broh Umami sama Gara… berbobot semua… ga spt saya one-liner… š
LikeLiked by 1 person
Hee, saya masih belajar Bang. š
LikeLike
Terus resep sambel terasi yang enak gimana mas? š
Btw bener juga yaaa analoginya. Sambel secobek gitu perjalanannya panjang….
LikeLiked by 1 person
Ada kok resepnya di warung Leko… hahaha *sotoy*
LikeLike
Sinergi dan emergence.
Orang Indonesia masih banyak yang belum bisa baris bareng, kalo gak menang sendiri, ya jadi follower tapi gak pinter..butuh mockingjay tangguh!
#lagi2 ter-hunger games..
#butuh sambel terasi
LikeLiked by 1 person
Suipp… wah gawat, ga dpt sponsor ketoke, bahan sambelnya cmn ada berry beracun…
LikeLike
Yah, kalo ditemenin Peeta Melark, sambel berry pun jadi sambel terasi henaaakk.
Ayo Mas, tak dukung sampeyan jadi startup2 yang cetar. Semoga benih2 unggulan ini langgeng berlangsungnya dan menjadi inspirasi Indonesian untuk maju bersama.
Amin
LikeLiked by 1 person
Aamiin… semoga segera muncul mockingjay-mockingjay yang selalu nenginspirasi kemajuan Indonesia…
LikeLike
Saya ga doyan samber terasiii
LikeLiked by 1 person
Samber… kyk petir.. hahaha
LikeLike
Urang Sunda mah, pokona tuang aya sambel sareng lalab cekaplaah.. Tong hilap kurupukna, sayur haseumna, lauk asinna, Hayam gorengna, tahu tempena..haaar atuh ieu mah timbel komplit.. *janten hoyong ..kutap-ketap… ššš
LikeLiked by 1 person
Hloo.. ini sambelnya virtual lho teh š
LikeLiked by 1 person
Aaaah justru lihat gambar jadi kebayang nikmatnya eta nasi Timbel kumplit š
LikeLike
All in all, masyarakat Indonesia ini kudu kompak ya Mas. Ngeliat berita soal pelelangan batu akik Aceh buat ganti bantuan ostrali itu saya terenyuh. Seharusnya itu memang disukseskan ya, meskipun pihak sana gak jadi minta imbalan tapi kalo beneran kita ganti mungkin bisa menunjukkan kalo negeri ini kuat, kompak. Sapa tau ntaran jadi segen dan gak sembarang dikte mentang2 udah nolong.
*bahasanya rakyat jelata banget* š hahaha
LikeLiked by 1 person
Yep yep.. wah saya ga ngikutin soal perakikan… hahaha… baru tau saya, nice info mb Nad…
LikeLike
Kayaknya kenapa yg dilelang batu akik karena sekarang lagi “in” sih Mas jadi cepet laku hahaha
LikeLiked by 1 person
Iya, heboh banget… sampe sampe pas di warung warung kecil aja ngobrolin akik -_-‘
LikeLike
Lucunya kalo sepanjang jalan trotoar ada yg jual batu akik, banyak bapak-bapak pada jongkok ngeliatin, kayak anak kecil liat mainan š
LikeLiked by 1 person
sayang bapak sayang bapak… :))
LikeLike
hahaha X))
LikeLike
saya tidak mengomentari soal sambal terasi. cuma mengomentari paginationnya aja.
kalau saya buka web berita dan isinya cuma beberapa pargraf di halaman depan lalu bersambung ke halaman berikutnya dengan jumlah paragraf yang hanya beberapa saja…. biasanya saya nggak nafsu buat ngelanjutin baca š
LikeLiked by 1 person
Hmm.. makasih advise nya bang, ini jg sy baru nyoba-nyoba…
Standarnya brp kata ya bang per halaman? Kalo saya 400-600 kata saja, ketika lebih dari itu saya cenderung ga minat bacanya… overload… tp postingan yg ini emang terlalu pendek sepertinya…
LikeLike
kalau soal standarnya seh saya kurang tahu pasti. š
saya sendiri pernah bikin postingan yang saya buat lebih dari 3 halaman. contohnya adalah “Sepucuk Surat Untuk Calon Istriku”.
entah itu per halamannya terlalu pendek juga atau nggak.
mungkin 600 kata itu bisa dijadikan standar
LikeLiked by 1 person
I see… makasih Bang
LikeLike
Hohoho.. mungkin pada harus belajar dr tim admin BEC yang kebanyakan bahas ttg ngeblog.. kerjasama supaya blognya makin kece.. haha..
LikeLiked by 1 person
Haha… makasih lho manteman udah di-add di forum admin… *terharu berkaca-kaca mau pecah*
LikeLike
btw, widget di bawah kok persebarannya gak merata ya Mas? agak ganggu,,
LikeLiked by 1 person
Iya euy, bingung ngaturnya.. theme nya udah mentok kyknya… mau dihapus aja sptnya
LikeLike
Ih ituuuu.. ada foto markas power ranger hahaha *mengabaikan sambal terasi*
LikeLiked by 1 person
oh iya ya… baru nyadar… ay ay ay ay ay… gordon
LikeLike
Gw langsung melihat bayangan dirimu dilingkupi cahaya gitu Mbah.
Njenengan kok bisa sih nulisnya itu dalem-dalem. Susah euy kalo mau nyoba nulis sesuatu dengan kedalaman seperti dirimu. š¦
LikeLiked by 1 person
jadinya mikir thok iki sampe botak… hahaha… tp jadi beneran susah update daily kalo kyk gini om…
ah, tapi ya ngeblog ngeblog aja lah… hihihi
LikeLike
Ah nulis soal daily post ah.. Hihihi.
LikeLike
jiah… langsung jadi ide buat die… š
LikeLike
ora due toto kromo sampean mas, ngepost sambel terasi, sampek bar moco wetengku kelirennn. hahaaa
LikeLiked by 1 person
monggo lho pinarak… tapi ngombe thok onone… hahaha
LikeLike
Analoginya kece, keren pisan.
Pemimpin negeri ini pengen bikin “sambal” sendiri-sendiri, kayak gak ada visi jangka panjang. Payah ya.
LikeLiked by 1 person
kita doakan saja bro, biar para pemimpin kita ini disadarkan untuk bersatu, bukannya malah sikut kiri sikut kanan…
LikeLiked by 1 person