Bismillaah…
Belum ganjil genap sebulan saya bergabung di komunitas Blog English Club yang diprakarsai oleh tiga orang sahabat peterpan saya, Dani, Ryan, dan Nita, and the other admin Deva. Saya akui mereka semua ini adalah orang-orang hebat, sampai bisa membuat komunitas yang menyerap animo cukup tinggi. Bayangkan, belum sebulan sudah ada tidak kurang dari 100an anggota yang bergabung. Belum lagi ada muatan learning-nya yang sudah pasti OK banget dari para mentor yang memang sudah sangat mafhum berbahasa Inggris, mbak Mikan, mbak Yo, mbak Nana, dan mbak Eva. Ternyata blog juga bisa dijadikan media pembelajaran bahasa Inggris yang cukup lumayan ya. Itulah tujuan utama dibuatnya komunitas ini. Agar para anggota bisa meningkatkan kemampuan penulisan bahasa Inggrisnya melalui media blog. Ah, kalau mau tahu informasi lebih lengkapnya silakan baca-baca di blognya saja ya. Barangkali tertarik bergabung.
Yang mau saya ceritakan di sini hanyalah tentang bagaimana ABC-nya menulis blog menggunakan bahasa Inggris dari kacamata yang saya lihat dan saya alami.
Bukan bahasa ibu
Mau bagaimanapun juga, bagi kita-kita yang lahir dan besar di Indonesia, bahasa asing tetaplah asing. Mau kursus sampai tua juga tetap saja by nature lingkungan kita tetap tidak cocok dengan bahasa Inggris, baik secara budaya maupun etimologi *opo kui etimologi*. Jadi sangat wajar kalau kita mengalami kesulitan dalam penulisan bahasa Inggris. It is not our mother language. Saya pribadi kalau menulis bahasa Inggris, biasanya harus mikir 10 kali lipat daripada biasanya ketika menulis menggunakan bahasa Indonesia.
Pede saja
Intinya, ya pede saja. Tidak perlu takut salah atau minder karena grammar yang amburadul. Jadi ingat kata guru bahasa Inggris saya pada waktu SMA dulu, “Come on speak up, Anda itu di sini mbayar untuk ngacung. Kalau ga ngacung rugi besar. Gpp… Sombong dulu saja, kalau nunggu pinter ngomongnya kapan sombongnya??”. Itu terkait lisan, dalam hal penulisan juga sama. Pede saja dulu. Lagipula kalau tidak ditulis dan ditunjukkan, kita tidak akan pernah tahu apa kekurangan kita. Untungnya, di BEC ini ada para mentor yang tidak canggung-canggung untuk memberikan koreksi dan masukan terkait penulisan kita.
Buka kamus
Karena bukan bahasa ibu, otomatis perbendaharaan kata kita sudah pasti terbatas. Kamus adalah referensi minimal yang wajib ada. Mau berbentuk online, standalone application, atau berupa buku kamus lengkap sekian juta kata yang biasa ditenteng kemana-mana, tidak jadi soal. Yang penting niatnya.
Menggunakan perasaan
Ada orang bilang, “Jangan remehkan perasaan, karena perasaan itu merupakan kumpulan pengalaman dan pengamatan yang dibumbui oleh suasana hati.” :mrgreen:. Pada prinsipnya, semakin banyak pengalaman dan pengamatan kita, perasaan kita juga akan semakin terasah. Kalau konteksnya adalah tulisan dalam bahasa Inggris, ya banyak-banyaklah membaca buku berbahasa Inggris, sering-seringlah menonton film tanpa subtitle bahasa Indonesia, dan asahlah dengan menulis, menulis, dan menulis. Sehingga mungkin suatu saat kita akan bilang, “Perasaan yang bener gini deh…”.
Baca berulang-ulang
Membuat tulisan yang bertanggungjawab tidaklah mudah. Apalagi tulisan itu akan dibaca oleh banyak orang. Informatif itu harus. Bisa dimengerti itu wajib. Tapi yang paling penting adalah kita tidak asal-asalan dalam membuat tulisan tersebut. Ada kaidah-kaidah penulisan tertentu yang sebaiknya dimengerti oleh penulis yang bertanggungjawab. Menggunakan bahasa Indonesia saja sebaiknya di-review lagi. Apalagi tulisan bahasa Inggris, sayang kan kalau pesan kita tidak tersampaikan kepada pembaca yang notabene teman-teman kita sebangsa dan setanah air. Terlebih kalau audience-nya global ya. Sebaiknya dibaca-baca lagi deh. Berulang-ulang dan berkali-kali.
Tools bisa sangat membantu
Karena kita (saya) bukan native speaker atau writer, pastinya tidak semua aturan terkait grammar dan vocabulary sanggup dipahami. Bahkan porsinya mungkin jauh lebih banyak yang tidak paham daripada yang (agak) paham. Untuk itulah, tidak ada salahnya kalau kita memanfaatkan tools bantuan agar teks yang kita tulis dapat segera dimonitor secara otomatis. Ada banyak sekali tools semacam ini. Saya biasanya menggunakan Grammarly yang dapat diinstal sebagai ekstensi browser seperti Chrome. Overall, lumayan. Apapun yang kita ketikkan pada text field akan secara otomatis dimonitor oleh Grammarly. Kerennya, ada suggestions yang bisa kita jadikan bahan koreksi pada tulisan kita. Kesalahan yang paling sering muncul adalah terkait article (the, a, an) atau preposition (in, on, at, dan sebagainya).
Oh ya, ini bukan tips bagaimana kita bisa ngeblog menggunakan bahasa Inggris dengan tepat ya. Lha wong saya saja masih ngos-ngosan kalau disuruh nulis full English, walaupun satu paragraf saja. Anda meremehkan saya kalau ini dijadikan acuan sebagai tips. Anda terlalu over estimate sama saya. Jangan salahkan saya jika Anda tersesat di jalan yang benar. Mikir! *cak Lontong mode on*
Hahahhaa.. Mas Andiiik.. Sayang di sini gak ada emotikon nangis spt di WA
LikeLike
abis hahaha kok nangis… :p
LikeLike
Mas Andik, judulnya nyaris sama dengan draft yang mau aku publish. hahahahaha
LikeLike
hahaha… klop lagi kita…
LikeLiked by 1 person
iya mas Andik..
LikeLike
Wah. Ira dah siapkan ya. Sharingnya. Cepet juga Ra. Hehehe. Baru semalam dah wa annya
LikeLike
Baru aku tulis mas Ryan. Lagi melarikan diri dari laporan ini 😆
LikeLike
Padahal baru saja mau dijadiin acuan niyh tapi akhirannya begitu. Nggak jadi deh kalo gitu 😀 😀 😀
Buat jumat gimana ini?? *kepala langsung pening*
LikeLike
hahaha… iya, sy jg baru nulis judul doang.. itu pun judul standar “doraemon” -_-‘
LikeLike
Kalo versi inggrisnya, “aku ingin begini, aku ingin begitu” apa ya?? 😀
LikeLike
I want it all. Hahahahaha *nyamber gak bener pula*
LikeLike
Jadi perasaan itu penting ya, Mas? #eh 😛
LikeLike
Penting Dev… kalau ga pake perasaan hampa hidup ini… *halah*
LikeLike
SMA nya itu tahun berapa yak??
LikeLike
baru 2 tahunan yg lalu kok… perasaan…
LikeLike
Laki koq pake perasaan, pak??
LikeLike
Yaa boleh kok ga pake perasaan. Ga dilarang.
Saya sih ga perlu mengklaim sebagai laki-laki, sudah terbukti soalnya… 😀
LikeLike
*pura2 ga denger
LikeLike
Lha kemarin gak boleh sombong, sekarang disuruh nyombong..
Hihi.
Yep, yang penting pede, tapi bukan nggaya lho ya.
Saya kalo ngomong disinj juga ancur, suami suka koreksi grammar saya, tapi saya tetep move on..eh, tetep lanjut ajalah..
LikeLike
oh iya ya… maapkan ketidakkonsistenan saya.. seperti komentar yg pernah sy post-kan ke postingannya mbak Jo… saya ini consistenly inconsistent… 😀
LikeLike
Hehe, kalo saya nyebutnya fleksibel ajalah..
Kan liat kondisi juga.
LikeLiked by 1 person
huebat ya bisa membangun komunitas dengan cepat… saluut 🙂
LikeLike
iya tuh mereka emang hebat Sand… salut juga saya…
LikeLike
saya pake woRdpress juga ah biar gampang di reblog. eh ndak harus wordpress buat ikutan ya ..
LikeLike
Ndak hrs pake wp kok Sand.. byk jg yg pake blogspot, tp emg suka ga msk di reader… jdnya suka kelewat
LikeLike
oh gitu ya ..
LikeLike
Mbah… Mereka (Dani dan Nita) memang hebat euy. Rata2 member dari mereka. Saya mah numpang nama doang ini.
Kalau saya pakai yang grammarcheck itu. Lumayan membantu banget.
Langsung ingat belum siapin apa2 buat besok Jumat.
LikeLike
wahaha… sampeyan juga hebat kok Mas… blognya keren, postingannya keren, manteb-manteb… aku kipasmu Mas…
*oh iya, blm nulis apa-apa juga ini*
LikeLike
Nulis apa ya mbah
LikeLike
Ya? Bisa dibantu mas?
LikeLike
Bingung mbah. Makanya grup ramai aku gercokin kan.
LikeLike
Semangat buat bahasa Inggrisnya Mas :haha
Being bilingual has been proven as a way to postpone dementia too, lho :hihi *digampar*
LikeLike
Sippp… tetap semangat… ya setuju, karena otak dilatih mikir lebih keras, jadinya bagus, ga gampang pikun… eh, besok itu hari apa ya?? -_-‘
LikeLike
Bahahahaha lagi kompakan ya kelian. Aku bw dari Ira ke Andhik eh topiknya sama. Moga2 lagi ga pada cekat cekot otaknya gara2 postingan Jumat besok (aku sih iya – belum ada ide). Spt yang aku tulis di blog Ira tadi, yang paling penting itu berani buka mulut- eh dlm hal ini gerakin jari dan ngomong awaaayyy di WA saat session dan paksa diri menulis. Klo kita ga ngerti kan nanti ditanya dan ajukan diri sebagai relawan penyedia bahan diskusi. Jadi maksimal deh hasilnya. Senang sekali melihat antusiasme kawan2. Hidup BEC!
LikeLike
cekat cekot banget mbak… hahaha… dari kemarin nulis draft isinya cuman judul yg digonta ganti… ternyata topiknya lumayan berat kl dibawa ke postingan yg “agak” mikir story telling nya…
hiduppp BEC!!!
LikeLiked by 1 person
Ndik kaw untung udah draft, aku idenya aja masih coba ditangkaap huhuhuhu
LikeLiked by 1 person
Waah, jadi pengen ikutan nih heheh.. Soalnya saya juga nulis pakai bahasa inggris, ya walopun semua isinya mirror/translate dari blog utama hehe..
Btw, salam kenal. Nice post. Jangan lupa kunjungan balik dan follow backnya 😀 hehe
LikeLike
ayo om ikutan aja… 😀
LikeLike
Barusan daftar jadi member. Tapi tau dehh di approve nggak. hihi
Btw, Tulisan yang bertanggungjawab itu kamsudnya gimana ya, mas? 😀
LikeLiked by 1 person
insya Allah diapprove semua… tp sayangnya grup WA udah full… kami lg nyari solusi gmn caranya biar terfasilitasi semua… 🙂
hmm… tulisan yg bertanggung-jawab… menurut saya yaa tulisan yg diungkapkan dgn bahasa yg baik, dan scr normatif bisa diterima kalau yg kita sampaikan muatannya positif, tidak provokatif ke arah yg buruk, atau memberitakan fakta yg blm tentu kebenarannya… itu sih kl menurut saya, sy pribadi msh ga yakin 100% apakah tulisan yg pernah dan akan sy buat termasuk bertanggung-jawab… semoga demikian adanya…
LikeLike