uang receh

Membeli Bensin dengan Uang Receh


Bismillaah…

Masih nyambung dengan tema 50 Problems in 50 Days. Di postingan yang ini, saya membahas soal uang receh yang relatif tersendat penyebarannya dibanding uang kertas. Karena banyak uang koin yang justru lebih sering kita terima sebagai kembalian, tapi jarang kita manfaatkan untuk berbelanja. Akibatnya, numpuk di toples, tersembunyi di laci, dan nyangkut di saku-saku celana. Setidaknya ini yang saya alami.

Ternyata, bertransaksi menggunakan uang berbentuk receh-ceh dengan volume yang banyak-nyak, masih acceptable lho. Tapi, sebaiknya jangan langsung dikumpulkan dalam satu wadah, lalu dibawa apa adanya, hingga berbunyi “kricik-kricik”. Selain bunyinya cukup mengganggu, proses pembayaran yang nantinya kita lakukan akan jadi merepotkan. Ya masa musti dihitung satu-satu dulu di depan yang jualan. Kalau belinya di warung beras Bu Lela di pojokan gang yang relatif sepi sih gapapa. Tapi kalau transaksinya di tempat-tempat yang ada antrian panjangnya, seperti: pom bensin, minimarket, atau supermarket, ya bisa-bisa dimarahi orang-orang sekampung.

Kebetulan saya pernah sekali iseng membayar menggunakan uang receh untuk keperluan membeli bensin. Tapi, sebelumnya saya sudah melakukan persiapan yang cukup matang agar tidak mendzolimi orang yang mengantri di belakang. Kira-kira seperti ini:

  • Karena uang receh pecahannya beragam, maka waktu itu saya pilah-pilah terlebih dahulu berdasarkan nilai pecahannya. Yang pecahan 1000 dipisahkan sendiri, pecahan 500 dan 200 juga sama, hingga tersisa pecahan 100 saja yang paling banyak menghabiskan space. Memilah-milah uang koin ini cukup melelahkan, jadi harus sabar. Apalagi uang koin kita sudah terlampau banyak yang nganggur hingga setinggi gunung. **lebay

  • Setelah dipilah-pilah, maka yang waktu itu saya lakukan adalah mengemasnya menjadi nilai pecahan yang lebih besar. Besarnya bisa 10 kali, 20 kali, terserah, yang penting menjadi lebih mudah menghitungnya. Untuk contoh kasus saya, saya kemas pecahan 1000 menjadi 10000 masing-masingnya, 500 menjadi 5000, 200 menjadi 4000, dan 100 menjadi 2000. Alat yang saya gunakan cukup mudah disediakan, yaitu selotip dan gunting atau cutter kalau ada. Setelah itu dikelompokkan lagi sehingga mudah dihitung.

  • IMG463

  • Setelah dihitung, saya masukkan ke satu kontainer yang dapat menampung semuanya. Waktu itu yang saya gunakan adalah kresek plastik **ga elit blass**. Tapi kalau bisa sih dihitung ulang. Kita tidak mau mendzalimi si penjual dengan uang yang ternyata jumlahnya kurang kan.

  • IMG465

Pas dibayar, bapak-bapak pegawai pom bensinnya kaget begitu saya menyerahkan kresek “berharga” tersebut. “Pake receh gapapa kan Pak?” 😀 “barangkali mau dihitung dulu Pak?”. Lalu kata si bapak, “tidak usah Mas, saya percaya saja”. Ok, selesai.

Ngomong-ngomong, ternyata saya juga menemukan uang koin pecahan 50. Jumlahnya hanya sedikit, ganjil pula, jadi tidak saya ikutkan ke dalam rombongan. Enaknya diapain ya?

14 thoughts on “Membeli Bensin dengan Uang Receh

  1. Masukin aja ke kotak mesjid :D… atau ya diisolatip aja, masukin ke kresek tadi tapi ga dihitung… buat bonus si penjaga pom bensinnya :D… siapa tahu lebih bermanfaat di tangan-tangan mereka 🙂

    Like

      1. Yo sedekah buat mereka aja :)… pemberian buat mereka… segala perbuatan itu kan awalnya niat to :)… setelah itu akad… bahkan setelah akad pun masih ada ridho… (bukan ridho rhoma :p )

        Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.