Berlawanan


Bismillaah…

Pernah tidak mengalami kejadian yang seakan justru berlawanan dengan apa yang kita “katakan”? Dulu saya sering. Sekarang pun masih sesekali mengalami kalau sedang khilaf. Terutama tipikal perkataan yang “dari lubuk hati terdalam” sengaja melebihkan diri sendiri di atas kondisi atau tindakan seseorang.

Misalnya, pernah ada kejadian ketika ada razia kendaraan bermotor di salah satu ruas jalan raya di Bandung. Sebut saja jalan Bunga **emang ada ya??**. Saya yang biasanya siap dengan segala persyaratan (SIM, STNK, KTP, helm, pasang spion dua sisi, sarung tangan, masker, sepatu, dan tidak lupa motornya) dengan pedenya melaju di arena palak tilang masal, khususnya buat pengendara motor. “Tidak sengaja” saya bergumam, “udah pak tilang aja, sikat, udah tau aturan berlalu lintas juga masih saja melanggar, apa namanya kalo bukan nyari masalah”. Eh, tak dinyana ternyata saya juga diberhentikan oleh pak polisi. “Ke kantor dulu ya Mas, buat diproses tilangnya.”. Weleh, baru nyadar rupanya saya lupa memakai helm. Sedari berangkat tadi helmnya hanya saya taruh di bawah jok. Ok lah kalo begitu.

Kejadian lain pernah menimpa salah seorang sahabat saya, sebut saja Mr. X. Mr. X ini kemana-mana selalu cerita sambil tertawa, kalau sandal temannya pernah hilang di tanah suci gara-gara ngomongin sandal orang lain yang hilang. Eh ndilalah, pas gilirannya ke tanah suci (alhamdulillah sudah menginjakkan kaki di tanah suci), mengalami kehilangan sandal juga. **maaf ya om, ceritanya saya bikin contoh, hanya contoh, nama sampeyan tetap saya rahasiakan**

Semoga saya tidak kuwalat. Karena ikutan ngomongin orang yang kehilangan sandal gara-gara ngomongin orang yang ngomongin orang lain yang juga kehilangan sandal. **paham kan maksudnya??**

Mau dikatakan dengan terus terang atau “mbatin“, istilah Jawa untuk nyinyir dalam hati **bukan istrinya mastin ya**, tetap sama saja. Percayalah, niat dan harga tidak pernah bohong. Kalau yang lebih mahal banyak. **korban iklan lawas**

Semoga bisa lebih berhati-hati dalam penggunaan kata-kata berlawanan semacam ini. Karena segala perkataan yang berkaitan dengan orang lain adalah ghibah. Dan niat melebihkan diri sendiri atas yang lain berpotensi ada unsur riya’ di dalamnya. Setiap perkataan juga bisa jadi merupakan sebagian dari doa. Apa yang diucapkan mungkin akan kembali ke diri kita sendiri. Mohon ingatkan juga saya yang banyak lupa ini untuk berhati-hati dalam segala ucapan dan perkataan. Jika ada yang kurang berkenan, mohon maaf.

9 thoughts on “Berlawanan

  1. ternyata nggak nyadar nggak pake helm 😀

    Dan niat melebihkan diri sendiri atas yang lain berpotensi ada unsur riya’ di dalamnya. –> bahkan mungkin ada unsur ‘ujub dan takabburnya

    Like

  2. Ada sebuah hadist yang bener-bener kupegang sampai sekarang dan membuatku sangat tidak berani “sombong”…. “sesungguhnya tidak akan meninggal seorang mukmin sebelum dia diuji dengan apa yang pernah dia olok-olokkan dari saudara sesama mukmin”…. maksud dari hadist ini adalah…. saat kita diuji dengan hal yang sama… belum tentu kita lebih baik… langsung dah menohokku :D…..makanya kuingat bener-bener kalau udah mulai gejala… lalu istigfar….

    Like

  3. **bukan istrinya mastin ya**
    baca ini ulang-ulang. baru ngeh… hahahaha.
    seringlah mas seperti itu. 🙂 moga jadi lebih baik lagi kedepannya. salam kenal

    Like

Leave a reply to Ryan Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.