Bismillaah…
Aku dan keluarga kecilku tinggal di desa Sukoharjo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Bapakku adalah seorang petani sekaligus pemilik lahan persawahan yang cukup luas di desa kami. Tidak aneh memang, karena di desa Sukoharjo sendiri area lahan produktifnya masih sangat luas jika dibandingkan dengan area permukimannya. Yaa, namanya juga desa, hehehe.
Ibuku, adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Ibuku ini baik sekali. Selalu ada di saat bapakku sedang kesulitan. Selalu melindungiku setiap kali aku diancam orang tak dikenal. Bahkan selalu memberi kami makanan ketika kami sekeluarga sedang kelaparan.
Sawah kami memang terkenal sebagai sawah yang paling menghasilkan di desa kami. Di saat sawah-sawah yang lain terkena wabah belalang, sawah kami sama sekali tidak terkena imbasnya. Di saat area lain terserang burung pipit, area persawahan kami aman. Itu semua karena bapak mempunyai trik jitu untuk mengusir hama-hama itu, yaitu menggunakan orang-orangan sawah.
Orang-orangan sawah yang dirancang bapak memang spesial. Burung pipit dan belalang dapat dipastikan tidak akan mau mendekat. Mungkin mereka takut karena banyak burung hering yang sesekali datang dan bergumul. Keren kan desain bapakku. Menghadirkan pemangsa alami untuk mengusir hama yang memakan padi dan jagung kami. Walaupun aku sendiri tidak pernah melihat secara langsung sih, ada burung hering memangsa burung pipit, hehehe.
Saking terkenalnya, rumah kami sering dikunjungi beberapa warga desa. Tujuan utama mereka biasanya menanyakan apa rahasia sawah kami kok bisa luput dari wabah. Bapak pun selalu bersikap welcome. Dari hampir semua warga yang mampir, bapak selalu mengajak mereka untuk melihat proses pembuatan orang-orangan sawah secara langsung. Aku dan ibuku biasanya juga turut membantu menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
Keluargaku baik bukan. Yaa intinya, semakin banyak orang yang berkunjung, kami semakin senang karena artinya sawah kami semakin subur dan terhindar dari hama.
——————————————–
**maaf kalau kurang bagus, ternyata memang sulit membuat cerita, padahal cuman cerita pendek, gimana kalau nulis novel ya… 😛
Ini tulisan ke tiga dengan topik sawah sejak sepekan lalu saya jalan-jalan ke blog, sepertinya sawah sedang menarik nih 😀
Makanya mas jangan nulis novel, nulis buku cerpen aja hehehe
LikeLike
hehehe… lha nulis ini saja sepertinya saya gagal, belum ada yang nangkep misterinya… 😀
LikeLike
Saya tangkep misteri dibalik poster itu dan warna yang berlainan dari kata Sawah 😀
LikeLike
wah, berarti seharusnya saya tidak pake poster segala ya… inti misterinya hanya di cerita sebenarnya… soalnya posternya tidak berhubungan…
LikeLike
berarti saya gagal fokus kalau gitu 😀
LikeLike
ooo I see… berarti lain kali langsung to the point aja kali ya menjelaskannya… bilang kalo ini cerita misteri… kalo dibaca sekali mungkin ga ada apa2… tp begitu diulangi ada hal yg ganjil… sip2, thanks mas bro
LikeLike
Atau jangan-jangan pengaruh daun jagung yg tertukar dengan padi menguning akan menguatkan kisah dalam inti sarinya, mungkin sih Mas. Mulai menarik topik persawahan ini 🙂
LikeLike
clue nya di burung hering mas bro… a k a burung pemakan bangkai 😀
LikeLike
Tadi udah dapat si, cuma saya kepengaruh sama gambar cover 😀
LikeLike
Kirain Andik dari Kediri …
LikeLike
dikit lagi nyampe Sembung itu… 😛
LikeLike
masak? sembung kan di pelosok. kok tau sembung …?
LikeLike
lha kan tiap kali mau ke kediri selalu nglewatin sembung… ada tulisan di gapuranya guede banget 😀
LikeLike
lapo di kediri?
LikeLike
omahe mbahku iku..
LikeLike
wah keturunan Jenggala rupanya …:D
LikeLike
Melihat covernya sepertinya bakalan berisi kisah horor. Yaitu menghilangnya 10% petani di negeri agraria ini, dan sawah digarap oleh orang-orang asing dari negeri jiran. Kita sebagai tuan rumah hanya menjadi buruh sawah bagi mereka.
LikeLike
wah, keren sekali filosofinya Pak… imajinasi saya tidak seliar itu sepertinya… 🙂
LikeLike
Karena itu fakta. Jumlahnya ternyata menurun sampai 16% dalam 10 tahun.
http://finance.detik.com/read/2013/12/02/130514/2429721/4/dalam-10-tahun-jumlah-petani-ri-berkurang-51-juta-rumah-tangga-turun-16
Para penerus bangsa ini enggan bertani, lebih memilih bekerja di industri.
Yang punya sawah justru menjual sawahnya karena mungkin “ada yang memaksa” membeli.
LikeLiked by 1 person
Sementara itu para pemilik modal dari negeri jiran berduyun-duyun menggarap sawah di negeri ini. Siapa buruhnya? Ya sang tuan rumah.
http://bisnis.liputan6.com/read/645663/perusahaan-china-malaysia-bangun-sawah-rp-20-triliun-di-indonesia
Lama-lama kedaulatan negeri ini akan tercabik-cabik.
Bagus tuh kisah miris ini dibuat novel.
LikeLiked by 1 person
I see… sedih juga kalau ternyata seperti itu faktanya… yaa kalau menurut saya sebaiknya dimulai saja dari diri sendiri, dari kapasitas yang kita sanggup… bagi yang sanggup membuat kebijakan di pemerintahan, ya buatlah kebijakan yang mendorong adanya pemakmuran lahan pertanian negeri sendiri… bagi yang sanggupnya hanya membeli lahan dan mengolahnya, ya belilah sebanyak-banyaknya lahan produktif untuk memakmurkan negeri ini… bagi yang sanggupnya hanya sebatas pengetahuan, ya sebarkanlah pengetahuan tsb ke saudara-saudara kita yang mungkin masih belum terbuka pemikirannya… alhamdulillah saya sendiri sedang berusaha ke arah tsb… terima kasih infonya Pak…
LikeLike
Enggak ada gambar orang-orangan sawahnya ya? Dimuat dong siapa tahu berguna buat petani lainnya.
LikeLike
justru di situ letak misterinya mas bro… agak serem kalo pada tau orang-orangan sawahnya dibuat dari apa… 😀
btw, thanks sudah mampir…
LikeLike