Ajek

Bismillaah…

Ajek bukan soal banyaknya tulisan yang dibuat dalam satu waktu. Ajek lebih bersifat bagaimana tulisan disusun dari kata demi kata setiap harinya hingga menjadi sebuah buku yang berbobot. Ajek juga bukan soal banyaknya uang yang diterima dari hasil sekali menang lotre. Ajek lebih mengarahkan kita bagaimana me-manage pendapatan setiap harinya dengan bijak hingga nantinya mempunyai value yang berharga. Pun ajek juga bukan soal bagaimana belajar SKS dengan instan agar cepat pintar. Ajek bicara tentang kebiasaan dan proses yang berulang, karena di dunia ini tidak ada yang instan kecuali ind*mie.

Makna ajek dapat disejajarkan dengan habit (kebiasaan), yang dengannya akan dihasilkan suatu attitude (sikap). Jadi tidak akan mungkin seorang anak batita langsung dapat berlari tanpa melalui proses berjalan secara berulang-ulang terlebih dahulu. Jika ada yang bermimpi menjadi kaya tanpa tindakan nyata setiap harinya, lalu kemudian dengan sendirinya tertawa, itu namanya gila.

We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an act, but a habit. – Aristotle

Dalam pengertian lain kita juga dapat menyandingkan ajek dengan istiqomah. Sebuah kata positif yang sama sekali tidak terdapat unsur peyorasi di dalamnya.

“Katakanlah: ‘Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka istiqomahlah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.'” (QS. Fushshilat:6)

Sangat ngawur jika ajek diasosiasikan sebagai salah satu teknik pemrograman web interaktif berbasis Asynchronous JavaScript (itu AJAX). Lebih ngawur lagi jika ajek dihubung-hubungkan dengan abreviasi kedua dalam RA Kartini (itu Ajeng -_-‘). Jadi, apa definisi ajek menurutmu?

—————————————

Gambar di-copy dari http://chic-type.com/blog/are-you-in-need-of-some-inspiration/