Bismillaah…
Siapa yang tidak tahu Pak Jokowi. Gubernur DKI dan mantan walikota Solo yang sekarang “katanya” sedang menduduki elektabilitas tertinggi untuk menjadi calon presiden RI. Atau siapa pula yang tidak kenal Bu Risma, walikota Surabaya yang sedang hangat dibicarakan di media sosial karena sempat mencuatkan kisah haru pilunya dalam memimpin Surabaya di acara talk show unggulan pada salah satu stasiun TV ternama. Atau barangkali seorang Ridwan Kamil yang masih muda namun sudah terlihat kehebatannya dalam mengangkat nama kota Bandung. Percaya atau tidak, mereka-mereka ini adalah orang biasa. Mereka juga makan nasi putih. Sama-sama diberi jatah 24 jam setiap harinya. Berjalan pun masih menapak tanah layaknya kita-kita yang masih “ngaku” sebagai manusia.
Menurut saya… yang membuat mereka menjadi spesial bukan karena mereka diciptakan sebagai figur setengah dewa. Yang membuat mereka begitu spesial adalah karena mereka menjadi orang biasa di tengah-tengah orang-orang yang “di bawah” biasa. Tidak melakukan perbuatan korupsi, yaa… itu memang seharusnya demikian. Suka akan kebersihan, yaa… sewajarnya memang begitu kan. Jujur dan amanah, apalagi ini, semua orang memang sebaiknya wajib menjaganya. Justru yang dipertanyakan adalah kita-kita ini. Sebegitu bobrokkah mentalitas kita hingga berlebihan dalam memuja-muja ketika ada salah satu figur panutan yang berbuat jujur. Sebegitu sucikah nurani kita hingga berlebihan dalam mencaci maki ketika ada orang tenar yang terbukti melakukan tindak korupsi. Atau jangan-jangan kita ini sebenarnya malu dan takut hanya karena bakalan dianggap alien asing jika melakukan perbuatan baik.
“Sesungguhnya Islam permulaan (datang) dalam keadaan asing dan akan kembali asing. Maka berbahagialah bagi mereka yang (dianggap) asing. Mereka bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah mereka (yang dianggap) asing itu? Beliau menjawab : orang-orang yang berbuat baik di kala rusaknya manusia”. (H.R. Muslim)
Saya sendiri sih yakin bahwa masih banyak sekali orang-orang “baik” di sekitar kita. Hanya saja belum banyak yang muncul ke permukaan. Atau, memang sengaja tidak memunculkan diri ke permukaan. Atau, pamornya memang masih kalah skor dengan kemunculan beritanya orang-orang yang “tidak baik”. Bisa jadi. Wallaahualam…