Bismillaah…
Entah mengapa cuaca di Bandung akhir-akhir ini sangat kurang bersahabat. Setelah sekitar selama satu minggu sebelumnya begitu cerah dan terang benderang, tiba-tiba hari ini, selepas waktu dhuhur, hujan turun dengan begitu derasnya. Bahkan di beberapa ruas jalan seperti jalan Surapati (Suci), air pada turun ke jalan laiknya para anggota ormas yang akan melakukan demo (halah lebay hehe). Akibatnya, di ujung jalan layang Pasupati sedikit mengalami kemacetan dikarenakan banyaknya kendaraan yang mogok. Saya sendiri sempat khawatir bahwa motor yang saya tumpangi bakal bernasib serupa. Bagaimana tidak, air yang tergenang sudah mencapai mata kaki saya, yah meskipun tidak setinggi lutut orang dewasa sebagaimana yang sering muncul di acara berita televisi. Ditambah lagi adanya efek kelajuan dari kendaraan-kendaraan lain yang semakin membuat sulit menjaga keseimbangan dari terjangan air yang membentuk beriak-beriak kecil. Tapi alhamdulillaah, setelah berjuang selama +-5 menit, saya lolos dari area banjir tersebut.

Jadi teringat, seorang teman pernah mengatakan bahwa drainase kota Bandung itu sangat jelek. Entah yang dimaksud jelek di sini itu seperti apa. Yang jelas, tiap kali hujan deras datang, kebanyakan jalan raya di Bandung selalu terendam air. Padahal jika saya perhatikan, jalan raya di Bandung ini termasuk wajar-wajar saja. Ada selokan di sepanjang sisi jalan, ada jalur hijau untuk penyerapan air, dan ada pula lubang penyaluran air dari jalan raya ke selokan di sampingnya. Jika begitu, seharusnya air tidak sampai menggenangi jalan, cukup di selokan saja. Tapi entah tiap kali hujan air selalu meluber ke jalan. Karena banyak sampah kah? Who knows…
Agak ironis memang, karena kota Bandung yang saya maksudkan di sini adalah Bandung Utara yang notabene lebih tinggi dibanding Bandung Selatan yang memang sudah sering langganan banjir. Mungkin hal ini juga bisa menjadi jawaban atas pertanyaan, mengapa jalan-jalan di kota Bandung sering rusak. Saya lebih prefer mengatakan bahwa tergenangnya air hujan inilah yang menjadi penyebab utama jalan raya di Bandung sering rusak. Ketimbang pendapat lain yang mengatakan bahwa sering rusaknya jalan raya di Bandung ini karena struktur tanah yang kurang bagus. Yah selain karena faktor X lho ya.
Kembali ke cerita hujan deras tadi. Kalau kita perhatikan, sekarang ini sudah menginjak bulan maret yang seharusnya musim penghujan sudah berganti jadi kemarau. Atau kalau orang jawa biasanya mengistilahkan maret itu dikiaskan dengan “ma’ ret” yang artinya hujan sudah seret atau berhenti. Tapi kenyataannya beberapa tahun terakhir ini malah “salah mongso” atau salah musim. Apa penyebabnya? Pemanasan global kah? Entahlah… Tadi saya juga mendapat kabar dari beberapa teman di jogja dan surabaya bahwa di sana hari ini juga turun hujan lebat. Berarti mungkin kebanyakan daerah-daerah di pulau jawa kompak mengalami hal yang sama. Yah, bagaimanapun juga semoga hujan tetap pada definisi awalnya, yaitu memberikan rahmat dan barokah untuk muka bumi.

jogja juga hujan sejak hari sabtu lalu
LikeLike
pedez rasanya gagal pertamax… hahay… gambar spideynya bagus bos,
LikeLike
“….sulit menjaga keseimbangan dari terjangan air yang membentuk BERAK-BERAK kecil”??
…hiiiiy….
LikeLike
wah alih profesi to pak, dari dosen jadi pengamat hujan, atau malah pawang hujan :p. Suroboyo yo elek ndik drainase ne, sering banjir.
LikeLike
sempet2nya moto, ndik.. haha =))
lebih sayang kelewatan momennya ya daripada mikirin ujannya 😀
LikeLike
ujan tuh enaknya pas jam tidur, jadi lebih nyenyak…hihihihihi
LikeLike
terima kasih artikel anda sangat bermanfaat bagi saya dan keluarga comment 375
LikeLike
tukeran link yuuukkkkkkkkkkk….. 🙂
LikeLike
Di Surakarta masih hujan terus nih, Hehe
Gambar spidey-nya kocak n keren! 😀
LikeLike
sama aja… di bandung kl ga hujan sekali aja jd serasa bukan bandung… 🙂
LikeLike
Yah, semoga aja hujan selalu membawa berkah. Cuaca saat ini kan ekstrim banget, nggak ada lagi pembagian musim penghujan, pancaroba, atau kemarau. 😦
LikeLike